Pelaksanaan Repelita (pelita I dan II) pada masa orde baru
A. Latar
belakang
Kehidupan
ekonomi di seluruh dunia menjadi suatu tolak ukur kemajuan Negara. Hal ini
terjadi karena pemenuhan kebutuhan masyarakat berasal dari kegiatan ekonomi
yang terjadi di suatu Negara atau daerah. Kegiatan ekonomi di suatu Negara
dapat menjadi salah satu sumber kesejahteraan masyarakat. Contohnya adalah
hasil pertanian seperti padi, jagung, dan sebagainya, yang digunakan oleh
petani untuk membeli kebutuhan pokok mereka. Keadaan seperti contoh tersebut
membuat semua orang mau tidak mau ikut terlibat dalam kegiatan perekonomian
atau jual beli.
Pembangunan
erat sekali kaitannya dengan perekonomian dalam suatu Negara. Sumber utama
pembangunan adalah pajak dari daerah tersebut, pajak ( pungutan wajib, biasanya
merupakan uang yang harus dibayarkan penduduk sebagai sumbangan wajib pada
Negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pendidikan, harga beli
barang, dan sebagainya ) berasal dari masyarakat. Pembangunan yang terhambt
dapat menimbulkan berbagai kekecewaan pada masyarakat, karena uang yang sudah
mereka bayarkan kepada pemerintah tidak dipergunakan secara maksimal. Pajak
sangat penting peranannya dalam pembangunan, karena sumber pendanaan Negara
berasal dari pajak itu sendiri. Pemerintah harus memaksimalkan uang yang sudah
mereka dapatkan dari pajak dan dikembalikan pada masyarakat dalam bentuk
pembangunan sarana dan prasarana.
Keadaan
ekonomi suatu Negara yang kacau dapat membuat masyarakat menjadi tidak teratur
seperi yang terjadi pada masa awal proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai
tahun 1950 saat terjadinya konferensi menja bundar . pemerintah yang baru saja
lahir disibukkan dengan perang mempertahankan kemerdekaan melawan belanda yang
menyebabkan perkonomian Indonesia menjadi terhambat. Harga – harga produk
pertanian menjadi mahal, bahkan orang – orang kota tidak dapat membeli bahan
pangan dengan uang, melainkan harus dengan barang –barang konsumsi.
Dua
pembangunan yang dilakukan oleh presiden soekarno di Indonesia dianggap belum
berhasil memperbaiki perekonomian di Indonesia pada masa orde lama. Proyek
tersebut mengeluarkan banyak sekali dana yang setiap tahunnya semakin besar.
Dampak dari pengeluaran yang semakin besar adalah laju inflasi yang semakin
besar pada tahun 1965 kenikan inflasi mencapai sekitar 200 – 300 % dari harga
tahun 1964. Kegiatan ekonomi terpimpin yang dilaksanakn soekarno juga mengalami
kegagalan. Ketika indicator – indicator ekonomi makro saat itu menunjukkan
rapuhnya fondasi perekonomian Indonesia ( pertumbuhan ekonomi yang minus
inflasi sangat tinggi diatas 500 persen, dan deficit neraca perdagangan ), maka
strategi dan kebijakan ekonomi orde lama selalu mengundang pertanyaaan.
Akhirnya
kesabaran rakyat mencapai batasnya dengan semakin parahnya krisis ekonomi.
Kesejahteraan rakyat jauh merosot antara lain karena laju inflasi yang mencapai
650 %. Keadaan ini menimbulkan aksi rakyat berupa tritura yang berisi tentang
pembubaran PKI, pembersihan cabinet dari unsure – unsur G30S/PKI, dan penurunan
harga beras. Isis tritura yang ketiga memperlihatkan kondisi kesejahteraan
masyarakat Indonesia yang sulit, harga bersa sangat tinggi tetapi daya beli
,masyarakat sangat rendah. Harga kebutuhan pokok yang sangat tinggi membuat
masyarakat menjadi kesulitan memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Ketika
soeharto menjadi presiden republik Indonesia beliau menggunakan beberapa
strategi untuk melakukan perbaikan ekonomi di Indonesia. Pembanguna dilakukan
dalam beberapa tahap yang disebut pembangunan jangka panjang (PJP), yang
digunakan soeharto untuk memulihkan kembali perekonomian indonesia yang sangat
rapuh.
B. Konsep PELITA I yang telah dicanangkan tahun 1969 - 1974
Kebijakan
awal pemerintahan soeharto adalah melakukan pemulihan keamanan dan kestabilan
perekonomian. Soeharto menegaskan bahwa perekonomian NKRI kembali kepada UUD
1945 dan pancasila sebagai dasar dalam beraktifitas di Indonesia. Perekonomian
yang hancur berpengaruh pada pembangunan yang ada di Indonesia. Soeharto
kemudian merancang pembangunan dalam berbagai bidang di Indonesia yang terutama
adalah normalisasi perekonomian Indonesia.
Pada
awal kepemimpinan soeharto sebagai presiden tidaklah mudah , presiden soeharto
memiliki tugas utama untuk menstabilkan dan rehabilitasi perekonomian
Indonesia. Tugas utama yang ditetapkan oleh MPRS adalah program penyelamatan,
stabilisasi, dan rehabilitasi serta pembangunan. Landasan utama tindakan ini
adalah karena kemerosotan ekonomi yang terjadi dan berlarut – larut yang
disebabkan oleh tidak adanya pengawasan yang efektif dari DPR terhadap
kebijakan ekonomi, kepentingan ekonomi dikalahkan oleh kepentingan politik,
pemikiran ekonomi yang rational untuk ,memecahkan masalah – masalah ekonomi
dikesampingkan. MPRS membuat program khusus untuk mengembalikan stabilitas
ekonomi yang merupakan program jangka pendek, yaitu pengendalian inflasi,
pencukupan kebutuhan pangan, rehabilitasi prasarana ekonomi, dan penignkatan
kegiatan ekspor.
Pada
tahun 1969 yang merupakan akhir dari masa transisi, perekonomian Indonesia
sudah mulai dapat distabilkan, terbukti dengan terkendalinya inflasi dan
kenaikan harga beras yang hanya mencapai 10%. Keberhasilan ini membuat
pemerintah membuat sebuah perencanaan pembangunan yang dikenal dengan Rencana
Pembangunan Lima Tahun ( RePelita ). Repelita digunakan untuk merencanakan
secara matang tentang pembanguna yang akan dilakukan oleh pemerintahan orde
baru.
Pembangunan
harus dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Pembangunan yang
bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia adalah suatu hal yang sangat baik,
karena pajak yang diberikan oleh masyarakat dapat dengan jelas dimanfaatkan
untuk kehidupan masyarakat itu sendiri. Pemerintah sebaiknya kepada masyarakat
dalam bentuk fasilitas baik berbentuk sebagai modal usaha seperti bibit maupun
hasil jadi seperti sarana & prasarana. Pembangunan yang baik dapat
digunakan tidak hanya untuk jangka pendek, akan tetapi juga untuk kebutuhan
jangka panjang.
Dasar hukum repelita
Adapun
yang menjadi dasar hukum bagi Pemerintah
Republik Indonesia untuk menyusun
REPELITA ini ialah Ketetapan M.P.R.S.No.XLI/MPRS/1968 tentang Tugas
Pokok Kabinet Pembangunan.Dalam Konsiderans Ketetapan M.P.R-S.No.XLI/MPRS/1968
ini ditegaskan sebagai berikut:
a.Dalam
rangka melaksanakan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Rencana
Pembangunan Lima Tahun perlu segera
dibentuk Kabinet Pembangunan.
b.Politik
Kabinet Pembangunan ini sesuai dengan kehendak rakyat menuju kearah stabilisasi
dan Pembangunan Nasional.
Dalam
pasal 1Ketetapan M.P.R.S.ini kemudian disebutkan, bahwa Tugas Pokok
Kabinet Pembangunan antara
lain ialah :
1. menciptakan
stabilisasi politik dan
ekonomi sebagai syarat untuk berhasilnya
pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun
dan Pemilihan Umum.
2. menyusun dan
melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun
(ke-I).
Keputusan Presiden No.
319 tahun 1968
yang mulai berlaku
tanggal 30 Desember 1968,isi pokoknya
adalah sebagai berikut:
Pasal
1 : Rencana Pembangunan Lima Tahun 1969 - 1973 sebagaimana termuat
dalam Buku I, II dan
III Lampiran Keputusan Presiden
ini merupakan landasan dan pedoman
bagi Pemerintah dalam
melaksanakan Pembangunan Lima
Tahun seperti yang ditugaskan
oleh M.P.R.S.
Pasal
2 :
Kebijaksanaan pelaksanaan daripada
REPELITA akan dituangkan
dalam Rencana Tahunan yang
tercermin dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara serta
kebijaksanaan- lainnya.
Pasal 3
: Penuangan dalam
Rencana Tahun sebagaimana terdapat dalam
pasal 2 Keputusan
Presiden ini, dilaksanakan dengan
memperhatikan kemungkinan -
kemungkinan perubahan dan
perkembangan keadaan memerlukan
penyesuaian terhadap REPELITA.
Sasaran pembangunan lima tahun ( Pelita I )
Sasaran Pembangunan
Lima Tahun yang dilaksanakan pada 1 April 1969
hingga 31 Maret 1974 telah menjadi landasan awal pembangunan bagi masa awal
orde baru yang
sekarang ini, sangat sederhana, yaitu : pangan, sandang, perbaikan prasarana, penyediaan perumahan Rakyat, perluasan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan rohani. Dalam melaksanakan pembangunan itu, maka titik beratnya dipusatkan pada bidang pertanian. Bidang ini mendapatkan perhatian yang paling besar, oleh karena sebagian besar Rakyat kita adalah petani dan kebutuhan kita akan pangan masih lebih besar daripada apa yang dapat kita hasilkan. Dengan pembangunan di bidang pertanian ini, dengan makin luasnya persawahan perkebunan kehutanan, perikanan dan peternakan, berarti makin banyak terbuka lapangan pekerjaan dan makin naik penghasilan rakyat kita.
sekarang ini, sangat sederhana, yaitu : pangan, sandang, perbaikan prasarana, penyediaan perumahan Rakyat, perluasan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan rohani. Dalam melaksanakan pembangunan itu, maka titik beratnya dipusatkan pada bidang pertanian. Bidang ini mendapatkan perhatian yang paling besar, oleh karena sebagian besar Rakyat kita adalah petani dan kebutuhan kita akan pangan masih lebih besar daripada apa yang dapat kita hasilkan. Dengan pembangunan di bidang pertanian ini, dengan makin luasnya persawahan perkebunan kehutanan, perikanan dan peternakan, berarti makin banyak terbuka lapangan pekerjaan dan makin naik penghasilan rakyat kita.
Di
samping bidang pertanian, bidang industri juga mendapatkan perhatian, tetapi
terbatas pada industri – industri yang menunjang pembangunan bidang pertanian,
seperti industri pupuk, semen, alat – alat pertanian dan pengolahan hasil
pertanian dan sebagainya. Dan industri – industri yang menghasilkan barang – barang pengganti impor yang penting,
seperti tekstil kertas, ban mobil, bahan perumahan, dan sebagainya.
Pembangunan
hanya dapat berjalan lancar apabila jalan – jalan diperbaiki, alat pengangkutan
cukup, pelabuhan – pelabuhan baik dan kapal – kapal laut dapat berjalan dengan
teratur, lapangan terbang diperbaiki, dan pesawat – pesawat dapat terbang
dengan tepat & aman. Telakomunikasi lancar, listrik dan air minum cukup
& keperluan penting lainnya. Oleh karena itu, pembangunan prasarana ini
menjadi perhatian yang besar. juga perbaikan prasarana tersebut juga akan lebih
memperlancar pembinaan persatuan
dan kesatuan Negara dan
Bangsa Indonesia yang
berwilayah luas dan
berpenduduk sangat besar
itu, akan lebih
mengeratkan rasa persatuan kita sebagai
satu Bangsa dan
makin menguatkan perekonomian Indonesia sebagai
satu kesatuan ekonomi.Pembangunan jelas
memerlukan biaya yang
besar, baik biaya dalam
bentuk rupiah maupun
devisa. Devisa ini
sangat kita perlukan untuk
mendatangkan barang-barang, modal,
untuk mengimpor bahan-bahan baku,
sparepart dan kebutuhan-kebutuhan penting
lainnya yang belum dapat
kita hasilkan sendiri. Untuk itu,
maka kita harus
melakukan pembangunan dibidang - bidang yang
paling cepat dan
besar menghasilkan devisa,
yaitu perkebunan,
pertambangan dan menarik
pariwisata asing sebanyak-banyaknya.
Di
samping pembangunan dalam
bidang ekonomi/materiil
tersebut diatas, bidang
kesejahteraan Rakyat dan
mental spirituil tidak
diabaikan. Dalam batas - batas
kemampuan, direncanakan pembangunan
di bidang Pendidikan, Agama,
kesehatan, keluarga berentjana di
samping penelitian -penelitian ilmu pengetahuan
dan lain-lain. Bidang Hankam
dalam Rencana Pembangunan Lima
Tahun pertama ini hanya dilakukan usaha - usaha yang bersifat
penelitian dan pengembangan dan
belum diadakan pembangunan
ABRI dalam arti yang
sebenarnya.
Adapun
Titik Berat dari Pembangunan
Lima Tahun (Pelita I
) adalah Pembangunan bidang pertanian
sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses
pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup
dari hasil pertanian.
Konsep PELITA II
PELITA II dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974
hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan,
sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas
kesempatan kerja. Dibidang pertanian,
meliputi usaha-usaha untuk
menaikkan produksi bahan pangan
dan bahan-bahan ekspor.
Tujuan dibidang pangan
adalah, agar dalam
waktu lima tahun
yang akan datang kita
tidak perlu lagi
mengimpor beras dan
mutu gizi makanan Rakyat
Indonesia menjadi lebih
baik. Perlu diketahui,
bahwa antara tahun
1953 sampai dengan
1967 yang lampau, rata-rata kita
mengadakan impor beras
sebesar 100 juta dollar setahun.
Pada akhir
Pembangunan Lima Tahun
yang akan datang, direncanakan produksi beras kita akan
mencapai 15,4 juta ton. Untuk itu,
antara lain akan
diusahakan perbaikan irigasi
ang akan dapat mengairi
± 900.000 ha
sawah dan usaha
perluasan yang meliputi ±
480.000 ha; dengan
usaha ini, luas areal
panenan akan mencapai
9,3 djuta ha,
yang berarti pertambahan
sebesar 1,7 juta
ha, jika dibandingkan
keadaan dewasa ini.
Bersamaan dengan itu,
maka penggunaan bibit
unggul, yaitu PB-5 dan
PB-8 akan ditingkatkan
sehingga meliputi 4 juta ha
sawah. Usaha intensifikasi dan
ekstensifikasi dibidang pertanian
ini dibarengi pula dengan
usaha-usaha lain, seperti
pemberian kredit, penyuluhan
bagi para petani,
pemasaran dan efisiensi
prasarana pelembagaan yang
wajar.
Kenaikan produksi
pangan lainnya meliputi:
jagung, ketela pohon, ketela
rambat, kacang kedelai,
kacang tanah, sayur-mayur,
buah-buahan, ikan, unggas dan
ternak. Disamping
pembangunan dalam bidang
pertanian , maka pembangunan
pertanian meliputi bidang - bidang
perkebunan, kehutanan, perikanan
dan peternakan.Dalam kesemua bidang
itu akan terdapat
peningkatan kegiatan dan diharapkan
akan terdapat hasil-hasil
yang meningkat pula, baik untuk
ekspor yang akan meningkatkan hasil
devisa kita maupun untuk
memenuhi kebutuhan di
Dalam Negeri. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil
pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan
Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun
menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi
9,5%.
Pelaksanaan PELITA sebagai strategi pembangunan pada masa
orde baru
Pembangunan
pada pelita 1 sepenuhnya dikomandoi oleh pemerintah orde baru ( cabinet pembangunan I ) yang dipimpin oleh
presiden soeharto dan wakil presiden sultan hamengkubuwono IX. Pemerintah orde
baru mengambil langkah – langkah dalam pembangunan pertama ini secara bertahap.
Pembangunan yang dilaksanakan ini harus mengembangkan sector – sector lain
selain dalam bidang pertanian, karena focus utama pelita I ini adalah pertanian
tetapi bidang lain juga harus mengalami perkembangan yang sejalan dengan
perkembangan di sector pertanian. Tahap – tahap yang dilalui pada pelita I ini
adalah sebagai berikut.
Intensifikasi
pertanian dan ekstensifikasi pertanian
intensifikasi
pertanian merupakan cara yang dilakukan pemerintah untuk memaksimalkan hasil
pertanian melalui panca usaha tani yang meliputi :
·
Penggunaan bibit
unggul, merupakan bibit yang dipilih dan dipilah agar menghasilkan kualitas
yang baik dan tahan hama penyakit serta gangguan lainnya. Penggunaan bibit
unggul merupakan salah satu upaya meningkatkan produksi.
·
Pengolahan tanah yang
baik, tanah yang baik adalah tanah yang mamapu menyediakan unsure – unsure hara
secara lengkap. Selain harus mengandung zat organic dan anorganik, air da
udara, yang tidak kalah penting adalah pengolahan tanah yang bertujuan
memperbaiki struktur tanah.
·
Pemupukan yang tepat,
bertujuan untuk menggantikan unsure hara yang hilang terbawa panen, penyuburan
lahan, dan memaksimalkan hasil yang didapat oleh petani. Dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan petani, daya saing produk / hasil petanian, serta
sejalan dengan berbagai isu lingkungan dan pertanian berkelanjutan yang
berbasis sumber daya, makin mendorong perlunya rekomendasi teknologi spesifik
lokasi, terutama pupuk.
·
Pengendalian hama /
penyakit, dilakukan secara mekanis, ekologi, dan kimiawi. Pengendalian hama
berfungsi untuk memaksimalkan hasil pertanian.
·
Pengairan / irigasi,
usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.usaha
pengendalian, penyaluran, dan pembagian air yang benar – benar diatur oleh
manusia sehingga air dapt dimanfaatkan dengan benar.pembagunan saran irigasi
berfungsi untuk mempermudah petani saat mengairi sawah.
Ekstensifikasi
lahan merupakan salah satu kebijakan pemerintah orde baru dengan memperluas
lahan pertanian yang sudah ada unutk meningkatkan penghasilan dari lahan pertanian.
Dengan meluasnya lahan pertanian maka lapangan pekerjaan menjadi sangat terbuka
lagi bagi petani.
Pengembangan dan pembangunan infrastruktur
Pengembangan dan pembangunan infrastruktur
Infrastruktur
atau prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Infrastruktur sangat penting dalam melakukan
pembangunan yang ada. Jika infrastruktur terganggu maka pelksanaan pembanguna
akan ikut terganggu seperti keterlambatan pengiriman pupuk yang digunakan untuk
proses pertanian.Pembangunan infrastruktur pembangunan meliputi perbaikan mutu
jalan Negara, perbaikan jembatan – jembatan yang sudah ada, penambahan jembatan
dan jalan. Pembanguna sarana pendukung lain selain ketersediaan jalan.
Pengembangan industry pendukung
Pengembangan industry pendukung
Pengembangan
industry pendukung merupakan suatu strategi untuk menekan pengeluaran yang
bersal dari pertanian. Pemerintah mengusahakan semuanya berasal dari bangsa
Indonesia sendiri. Pengembangan industry tersebut meliputi industry yang
berhubungan dengan pertanian seperti industry pupukdan industry lainnya yang
berhubungan dengan keperluan pertanian itu sendiri industry – industry menjadi
sebuah fondasi utama dalam melaksanakan target utama pembangunan pelita yaitu
kemajuan dalam bidang agraris di Indonesia.
Pengembangan tenaga kerja
Tenaga
kerja diindonesia sangat banyak dan melimpah pada awal rencana pembangunan lima
tahun (repelita). Pertumbuhan penduduk tejadi sekitar 2,34% sedangkan lapangan
pekerjaan sector produktif tidak berkembang dengan baik, luasnya wilayah
Indonesia juga menjadi pengaruh yang sangat besar bagi pembangunan yang
menyebabkan ketidakmeratanya penduduk yang ada di Indonesia.
C. Hambatan dalam pelaksanaan pelita
C. Hambatan dalam pelaksanaan pelita
Pelaksanaan pelita tidak lepas dari permasalahan yang menghambat pelaksanaannya. Hambatan yang berasal dari kesiapan Indonesia untuk mengadakan pembangunan dari masalah pendanaan dan juga kesiapan warga negara Indonesia. Berikut kendala – kendala yang dialami pada pelita.
·
Peristiwa Malari
Malari
( mala petaka lima belas januari ) 1974 terjadi karena protes dari mahasiswa
yang menolak bantuan asing dalam pembangunan. Bantuan yang dinilai akan
mengganggu keuangan Negara Indonesia pada jangka tahun – tahun kedepan. Malari
merupakan perlawanan yang dilakukan oleh mahasiswa yang memprotes kehadiran
para pemodal asing ke Indonesia yang berujung pada kerusuhan yang tidak
terkendali. Kerusuhan kitu sendiri meliputi perusakan beberapa fasilitas umum
dan banguna toko di kawasan ibu kota seperti pertokoan senen, Jakarta pusat dan
roxy, Jakarta barat. Selama dua hari setelah daerah ibu kota diselimuti asap.
Pembakaran dan penjarahan menjadi pemandangan yang sangat mengkhawatirkan saat
itu.
Aksi
seperti ini merupakan aksi yang pertama kali terjadi pada masa orde baru. Dari
peristiwa ini pemerintah belajar untuk mengunci aspirasi rakyat yang
berlebihan. Selama masa orde baru terlihat hamper tidak pernah terjadi protes
secara kecil maupun besar – besaran karena orde baru menindak orang – orang
yang tidak sejalan dengan pemikiran pemerintah orde baru.
·
Pembiayaan Repelita
Sumber
pendanaan awal pada masa orde baru sangat sulit sekali karena hancurnya system
pemungutan pajak yang ada di Indonesia, kehancuran system perbankan,
penyelundupan yang sering terjadi, pelarian modal asing, dan utang luar negeri
yang banyak dan menumpuk. Langkah awal yang digunakan oleh pemerintah orde baru
adalah menstabilkan dulu keuangan Indonesia yang berada diambang kebangkrutan
karena banyaknya permasalahan keuangan yang ada di Indonesia dan menggunakan
dana pinjaman dari luar negeri.
Pelita
pada masa orde baru memiliki sumber dana yang sebenarnya belum begitu kuat,
tetapi dalam pembangunannya pemerintah orde baru membuat program dari yang
paling dasar terlebih dahulu. Sumber keuangan yang diharapkan untuk membiayai
investasi di dalam repelita ini diperkirakan akan berjumlah Rp.1.420 miliar di
dalam jangka waktu lima tahun.
Sumber
pendanaan Indonesia untuk pelaksanaan pelita berasal dari tabungan pemerintah
yang didapat dari selisih antara pendapatan dari dalam negeri dan pengeluaran
rutin pemerintah. Salah satu sumber pembangunan yang dapat digunakan adalah
melalui pendapatan asing, karena pendapatan dalam negeri masih sangat sedikit
akibat dari inflasi yang sangat tinggi pada masa pemerintahan orde lama.
Landasan utama dalam pembangunan di Indonesia adalah pendanaan secara mandiri,
segala bentuk pendanaan berasal dari kas Negara yang ada , yang dimanfaatkan
dengan tepat sesuai dengan kebutuhan Negara. Sumber dari luar negeri hanya sebagai
pelengkap dan perbandingannya jauh lebih besar menggunakan kas sendiri.
Pembanguna di Indonesia benar – benar berasal dari masyarakat Indonesia itu
sendiri. Tabungan yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1969
sampai 1970 adalah sebesar 24 milyar
yang berasal dari selisih pendapatan luar negeri 238 miliar dan pengeluaran
rutin pemerintah sebesar 204 miliar.
Selain
dari dalam negeri, sebenarnya pinjaman dari asing pun ikut masuk dalam
pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pada masa demokrasi terpimpin pinjaman
yang masuk di Indonesia mencapai US$ 2,36 miliar, 59,5 % merupakan dana
pinjaman dari Negara – Negara komunis. Masa orde baru mendapatkan lebih banyak
lagi karena adanya bantuan modal dari Negara non komunis. Negara kreditor non
komunis sepakat untuk bersama – sama Indonesia untuk membentuk IGGI (
inter-governmental group on Indonesia ) pada tahun 1967 pinjaman dari IGGI
inilah yang nantinya akan membuat utang Indonesia bukan semakin berkurang
tetapi malah semakin meningkat pada akhir masa orde baru. Dengan banyaknya bantuan asing dalam
pendanaan di awal pemerintahan orde baru menimbulkan angin segar bagi
pembangunan pada masa itu, akan tetapi jika pembayarannnya tidak diatur secara
baik maka akan menimbulkan angin topan yang sangat mengguncang perekonomian
Indonesia. Penyebab utama munculnya angin topan tersebut karena utang –
utang tersebut jangka pembayaran hamper
sama dan jatuh temponya nyaris bersamaan.
D. Kesimpulan
Sasaran Pembangunan Lima Tahun yang dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 telah menjadi landasan awal pembangunan bagi masa awal orde baru yang
sekarang ini, sangat sederhana, yaitu : pangan, sandang, perbaikan prasarana, penyediaan perumahan Rakyat, perluasan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan rohani. Dalam melaksanakan pembangunan itu, maka titik beratnya dipusatkan pada bidang pertanian. PELITA II dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Dibidang pertanian, meliputi usaha-usaha untuk menaikkan produksi bahan pangan dan bahan-bahan ekspor. Tujuan dibidang pangan adalah, agar dalam waktu lima tahun yang akan datang kita tidak perlu lagi mengimpor beras dan mutu gizi makanan Rakyat Indonesia menjadi lebih baik.
Daftar
Pustaka
Departemen
pertanian.1984.Visualisasi Hasil
Pembangunan Orde Baru Pelita I- Pelita II- Pelita III.Jakarta : Departemen
Pertanian.
Dhakidae,Daniel.2013.Soekarno Membongkar Sisi- sisi Hidup Putra
Sang Fajar.Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Kansil,C.S.T.1980.Inti Pengetahuan Repelita.Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Republik
Indonesia. 1980. Repelita Rentjana
Pembangunan Lima Tahoen 1969/1970-1973/1974.Bandung : Penerbit Doa restu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar