Senin, 08 Mei 2017

PENGANTAR SARINAH



Oleh : Sarinah wiwid anggraini

SIAPA SARINAH ?
 Kita mungkin sering mendengar nama ini. Nama yang sebenarnya tak beda dengan nama-nama lain yang ada di Indonesia maupun di daerah manapun, layaknya nama Dewi, Ayu, Rangga, Smith maupun Park, Sarinah juga memiliki kedudukan yang sama. Namun apa yang membedakannya?.. ya, nama tersebut selalu mampu membawa kita kepada tokoh revolusioner bangsa Indonesia, Soekarno. Hubungan yang sangat erat antara kedua manusia ini namapaknya bisa kita cermati dari buku Soekarno, Penyambung Lidah Rakyat. Tak kurang dari 8 kali, bung karno memunculkan nama beliau dalam tulisannya itu, ini juga masih belum tehitung di dalam buku "SARINAH", Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia.
Sarinah merupakan wanita yang menjadi figur kunci dari seorang Bung Karno sebagaimana dikutip dalam buku Penyambung Lidah Rakyat, yakni :

"Sarinah adalah bagian dari rumah tangga kami. Tidak kawin. Bagi kami dia seorang anggota keluarga kami. Dia tidur dengan kami, tinggal dengan kami, memakan apa yang kami makan, akan tetapi ia tidak mendapat gaji sepeserpun. Dialah yang mengajarku untuk mengenal cintakasih. Aku tidak menyinggung pengertian jasmaniahnya bila aku menyebut itu. Sarinah mengajarku untuk mencintai rakyat. Massa rakyat, rakyat jelata. Selagi ia memasak di gubuk kecil dekat rumah, aku duduk disampingnya dan kemudian ia berpidato, "Karno, yang terutama engkau harus mencintai ibumu. Akan tetapi kemudian engkau harus mencintai pula rakjat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya."

Sarinah adalah nama yang biasa. Akan tetapi Sarinah yang ini bukanlah wanita yang biasa. Ia adalah satu kekuasaan yang paling besar dalam hidupku. Di masa mudaku aku tidur dengan dia. Maksudku bukan sebagai suamiisteri. Kami berdua tidur di tempat tidur yang kecil. Ketika aku sudah mulai besar, Sarinah  sudah tidak ada lagi".

 Dalam kutipan tulisan yang diambil dari buku penyambung lidah rakyat diatas, kita dapat menangkap bahwa sosok sarinah merupakan sosok yang sangat penting bagi Soekarno. Ajaran yang disampaikan oleh Sarinah mengenai Cinta kasih yang merupakan nilai-nilai dari Humanisme selalu melekat kedalam pemikiran Soekarno. Hal ini dibuktikan Bung Karno, ketika beliau melakukan Perjalanan ke Bandung Selatan yang berakibat pertemuan dengan petani Marhaen yang menginspirasi lahirnya Marhaenisme yang merupakan  wujud kepedulian Bung Karno terhadap rakyat jelata sesuai dengan pesan mbok Sarinah, menjadi suatu bukti bahwa nilai-nilai yang selalu ditanamkan Sarinah ketika Soekarno kecil selalu menemaninya memasak, teraplikasikan oleh Soekarno Dewasa.
Di dalam buku Sarinah, yang ditulis oleh bung Karno ia berkata “ Saya namakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terima kasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-kanak. Pengasuh saya itu bernama Sarinah. Ia “mbok” saya.. Dari dia, saya banyak mendapat pelajaran mencintai “orang kecil”. Dia sendiri pun “orang kecil”, tetapi budinya besar.
Pengaruh Sarinah dalam kehidupan Soekarno selalu menjadi latar belakang dari keberhasilan-keberhasilan beliau dalam memberikan nilai-nilai yang terbaik bagi Negara ini.
Nasionalisme Soekarno contohnya, merupakan Nasionalisme yang paling populer dan kemudian diresmikan pada masa awal kemerdekaan. Nasionalisme Soekarno ini mengambil platform Marhaenisme dan Sarinahisme sebagai common denominator untuk menyatukan seluruh elemen bangsa melawan kolonialisme. Marhaen adalah seorang petani dan Sarinah adalah pembantu rumah tangga. Marhaenisme adalah salah satu konsepsi subatern yang berbeda dengan konsep proletar yang hanya ada dalam masyarakat kapitalisme lanjut di negara Barat. Kalau proletar adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai modal selain tenaganya sehingga dia terpaksa menjualnya pada pemilik modal, maka Marhaen, adalah seorang yang mempunyai modal, seperti tanah dan hewan peliharaan, tetapi mereka tetap menjadi miskin.

MENGAPA SARINAH?
            Suatu ketika Bung Karno bersama temannya dan sitri temannya bersilahturahmi ke rumah temannya yang memiliki sebuah toko. Saat sampai mereka dipersilahkan duduk dengan budi yang amat baik. Lalu bung karno bertanya “bagaimana kesehatan?,”bagaimana perdangangan?. Lalu istri teman bung karno ikut menambahi bagaimana keadaan nyonya rumah? . ia ingin berkenalan dengan istrinya tuan rumah.
            Sang tuan rumah sedikit malu-malu menjawab pertanyaan, telinganya kemerah-merah lalu ia menjawab : O,terima kasih ia dalam keasaan baik-baik saja, tetapi sayang seribu sayang ia kebetulaan tidak ada di rumah,-ia menengok bibinya yang sedang sakit-”. (dikutip dari Buku Sarinah).

Tetapi tak lama kemudian bung karno melihat kain tabir / gorden yang tergantung dipintu uyang memisah bagian toko dengan  rumah, ia melihat Sepasang mata yang sedang mengintai dan terlihat kakinya dengan sarung seorang perepmuan. Bung karno menyadari bahwa yang dilihatnya ada seorang perempuan-istri dari tuan rumah.
            Kemerdekaan? Apakah semua Sarinah-sarinah mendapat kemerdekaan ? kemerdekaan seperti apa? Feminismekah? Atau kemerdekaan ala Kartini ?
            Seorang teman bung Karno, guru di Bengkulu, istrinya mengeluh kepada bung  karno bahwa ia merasa dikekang. Ia tidak diizinkan keluar rumah, justru karena ia amat cinta dan menjunjung tinggi sang istri. “Percayalah Bung, saya tidak ada maksud mengurangi kebahagiaannya: saya hargai ia sebagai sebutir mutiara”. Lalu beginikah sebuah kemerdekaan seorang Sarinah ? jawabnya bukan.
           
GENDER DAN SEX.

Terdapat kerancuan dalam pemaknaan istilah gender dan Seks yang tidak banyak diketahui orang. Beberapa kalangan menganggap seks maupun Gender merupakan term yang memiliki konotasi yang sama. Hal ini merupakan suatu kesalahan dimana dalam implementasinya pemaknaan kedua istilah ini cukup memiliki perbedaan yang penting untuk dibedakan.
Menurut Mansoer Fakih dalam bukunya "Analisis Gender", beliau membedakan pemaknaan istilah Gender dan Seks, dimana pengertian kedua istilah tesebut yakni :
    Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara social maupun cultural. Anggapan bahwa permpuan itu lemah lembut, cantik , emosional atau keibuan. Sedangkan laki-laki lebih kepada kuat, rasional, perkasa. Sifat –sifat tersebut memiliki kemungkinan untuk dipertukarkan.
    Sex adalah pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin menusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Alat-alat kelamin tersebut tidak bisa dipertukarkan antar beda jenis, hal inilah yang kemudian sering disebut sebagi ketentuan Tuhan atau Kodrat.
                Dari pengertian diatas, maka sesungguhnya tidak ada masalah yang serius yang mampu menyebabkan ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu. Namun dalam realitas yang ada berbeda. Bagi jenis kelamin tertentu, konstruksi social yang terbentuk (bahkan sebelum dia dilahirkan), menyebabkan terjadinya perbedaan gender yang kemudian memunculkan ketidak adilan.
“persamaan hak antara perempuan dan laki-laki namun tidak melupakan kodratnya”
Sejak jaman Kerajaan (feodal) perempuan maupun basis yang tertindas ini dibuktikan dengan adanya pembagian kerja.
Pada masa manusia komunal (kelompok), masa manusia masih hidup berpindah-pindah (nomaden).  Ktika manusia berkelompok, dalam mencari kebutuhan hidup maka dibentuklah “pembagian kerja”. Pembagian kerja inilah yang menjadi penghalang atau batas antara laki-laki dan perempuan. Di zaman ini, laki-laki kan berburu binatang, jarang ada perempuan yang ikut berburu, mereka disuruh untuk menunggu di gua sambil mencari tumbuh-tumbuhan, kayu bakar untuk memasak. Jika telah habis makanan dan sumber ari ditempat itu mereka pun pergi berpindah ketempat yang lain. Hubungan suami istri juga belum ada. Mereka yang ingin melakukan hubungan seksual akan melakukannya dengan yang mereka suka. Lantas laki-laki tidak ada terkena dampak dengan hubungan itu. Sang perempuanlah yang akhirnya harus mengandung dan melahirkan. Perempuan menjadi makhluk yang ditaklukkan. Ia diperintah seenaknya saja oleh laki-laki. Kalau kata August Babel, perempuan adalah budak, sebelum ada budak.
Lalu pada masa berikutnya, masa dimulainya bercocok tanam, perempuan mulai menjadi seoarang produsen yang berharga. Dimana dimulai jasanya untuk pertama kalinya melakukan pertanian, ia berinisiatif untuk bercocok tanam dengan menanam benih tumbuhan. perempuan merupakan seorang petani pertama. Lalu krtika perempuan tersebut harus merawat anaknya dan mendapat tempat lindungan maka ia membangun rumah, ia membangun tempat tinggal. Ialah yang pertama kali membuat sebuah peradaban yang maju. Perempuan lah yang memberikan jasanya.
Namun, sistem peribuan diberlakukan disini, dikarenakan wanita yang hamil tidak tahu siapa bapaknya, namun ia tahu siapa ibunya karena dia yang melahirkan. Tetapi sistem ini tidaklah adil dimana perempuan akan membawa laki-laki ke rumahnya dan bukan perempuan yang ikut
Selanjutnya adalah masa dimana laki-laki berternak, berternak tidak memakan banya waktu, iapun ikut melakukan pertanian, membangun rumah, mencari tanahnya. Lalu muncullah patriarchat untuk mewarisi hartanya. Perempuan kembali terbelakang, tidak lagi menjadi produsen tertinggi. Perempuan selanjutnya berlomba agar mendapat laki-laki yang mapan, dengan menggunakan kecantikan, solek dll.
Lalu bagiamana zaman Matriarchat (peribuan), kedudukan perempuan lebih tinggi dari zaman sekarang, laki-laki tertindas. Patriarchat sekarang ini kaum istri menjadi kaum yang tertindas. Harus ada perimbagaan hak dan perimbangan perlakuan antara kaum laki-laki dan perempuan yang sama berat dan adilnya.
Lalu apa tugas Sarinah ?
Sebagai seoarng sarinah, seorang yang berpendidikan harus melakukan sesuatu tanpa adanya pendapat bahwa ia lebih lemah daripada seorang laki-laki, tidak merasa kecil, tidak merasa tertindas. Bahwa ia harus tahu bahwa kesetaraan itu dapat diraih.
Di akhir buku Sarinah, Soekarno menuliskan :
Wanita Indonesia! kewajibanmu telah terang, sekarang ikutlah untuk menyelamatkan republik, lalu ikutlah menyusun Negara Nasioanl. Jangan ketinggalan di dalam Revolusi Nasional ini dan jangan ketinggalan dlam menyusun masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial. Didalam masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial itulah engkat nanti menjadi wanita yang bahagia, wanita yang Merdeka!


*PENULIS MERUPAKAN ANGGOTA Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) .
*TULISAN INI DIBUAT SEBAGAI REFERENSI BUNG/SARINAH YANG BELUM MEMAHAMI ATAU MENGENAL SARINAH.

1 komentar:

KAPITA SELEKTA SEJARAH INDONESIA : Korespondensi Cina Di Hindia Belanda 1865-1949

Korespondensi Cina Di Hindia Belanda, 1865-1949 SIEM TJONG HAN, M.D . Artikel ini merupakan upaya untuk menggambarkan beberapa aspek ...