Selama
abad ke-17 sampai abad ke-19 Aceh dan Siak menjadi dua kerajaan terpenting di
Sumatera. Negara-negara di pantai timuryang terdiri dari Timiang, Langkat,
Deli, Serdang, Batu-bara, Asahan, Kualu, Panai, dan Bila yang diperebutkan oleh
Aceh dan Siak. Awal abad ke-17, Aceh memegang kekuasaan, dan pada akhir abad
ke-18 dialihkan kepada Siak. Tak satupun negara-negara pantai Timur menarik perhatian
kepada negara-negara di Eropa. Dan pada abad ke-18 atau sekitaran tahun 1800an
Inggris yang pertama kali menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap
Sumatera Timur.
KEPENDUDUKAN
Anderson menemukan bahwa hanya kampung-kampung pada
bagian sungai-sungai yang lebih ke hilir sajalah yang dihuni oleh
masyarakat-masyarakat Islam dan berbahasa Melayu. Penduduk tersebut keturunan
para imigran Melayu dari Jambi, Palembang, dan Semanjung Malaya. Dan ada juga
beberapa keturunan Minangkabau, Bugis dan Jawa yang telah menetap di pesisir
pantai. Tidak jauh dari daerah pantai, terdapat pemukiman Batak.Anderson
melihat berlangsungnya perkawinan campuran antara orang Melayu dan wanita Batak
di Langkat dan Deli. Kepala-kepala suku Melayu Batu-bara mengawini putri-putri
kepala-kepala suku Batak Simalungun untuk memperoleh hak-hak istimewa berdagang
dan untuk menjamin keselamatan pribadi di daerah Batak.Bekas keluarga-keluarga
penguasa Asahan dan Langkat konon adalah keturunan Batak Toba atau Batak Karo,
tetapi telah masuk Islam sejak beberapa generasi. Kampung-kampung Islam dewasa
ini yang terletak di hulu tepi-tepi sungai Deli atau Belawan di dalam jalur
Melayu. Orang-orang batak yang beralih memeluk agama Islam segera mulai
mengikuti adat kebiasaan Melayu, menggunakan dua bahasa, mengambil nama-nama
Islam, dan menganggap diri mereka sebagai orang-orang Melayu namun mereka tidak
pernah melupakan marga Bataknya.Anderson menggunakan banyak waktunya untuk
masalah jumlah penduduk, dan ida memperkirakan bahwa daerah-daerah antara
Tanjung Intan dan Siak dihuni kira-kira 350.000 jiwa. Dijumlahkan setiap
kerajaan yang ada kecuali kerajaan Siak, jumlah orang Batak jauh sekali
melampaui orang Melayu serdang, umpamanya, mempunyai kira-kira 3.000 penduduk
Melayu dan kira-kira 8000 orang Batak.
PERTANIAN
Anderson adalah seorang pengamat pertanian yang cermat,
suatu sekator dari ekonomi Sumatera yang sangat menarik perhatiannya karena ia
ingin sekali mencari informasi bertalian dengan ekspor pertanian. Di semua
negeri yang dikunjunginya, penduduk bertempat tinggal di kampung-kampung yang
terletak di tepi sungai-sungai yang dapat dilayari sampan-sampan kecil.
Orang-orang kampung melakukan cocok tanam perladangan di hutan-hutan yang
dibuka sementara, tidak jauh dari tepi-tepi sungai. Banyak penduduk yang
berjenis laki-laki sibuk menebangi kayu hutan untuk membuka ladang.
Di
Langkat, Andreson mengatkan bahwa penanaman lada telah dimulai kira-kira pada
peralihan abad ke-18. Statistik impor Penang nampaknya mendukung keterangan
ini, pengiriman-pengiriman lada dari Sumatera Timur meningkat. Anderson
meramalkan hasil lada akan menjadi dua kali lipat lagi, mengingat cepatnya
pengelolaan kebun-kebun baru yang sedang dikembangkan.Lama sebelum lada
diperkenalkan, petani-petani ladang di Sumatera Timur telah melakukan pembukaan
dan membakar hutan-hutan lama atau belukar-belukar baru selama musim kering
untuk dijadikan perladangan padi selama musim hujan berikutnya. Suku Batak Karo
memainkan peranan sangat penting dalam pertumbuhan yang pesat dari industri
lada. Beberapa Karo dan turun ke dataran-dataran tinggi Karo dan turun ke
dataran-dataran rendah Langkat dan Deli.Penanaman tembakau di Deli sangat
penting, karena tanaman inilah yang kemudian membuat Deli terkenal ke seluruh
dunia. Tembakau ditanam oleh orang-orang Melayu dan Batak.
ORGANISASI POLITIK
Pendapat Anderson yang didapat dari para pemuka Siak yang
terlibat dalam peperangan di Asahan, Deli dan kerajaan-kerajaan lain yang
ditaklukkan pleh Siak bahwa mereka belum memasuki daerah pedalaman
kerajaan-kerajaaan kecil ini sejauh yang sudah dilakukan Anderson. Di Tamiang
penguasa sepenuhnya mengakui Sultan Aceh, meskipun penguasa Siak telah
menaklukkan Tamiang beberapa tahun sebelumnya.Langkat ditundukkan oleh Siak
kira-kira lima tahun sebelum 1823. Siak mengatakan berdaulat atas Serdang.
Kepala-kepala BatuBara diangkat dan menerima surat keputusan pengangkatan
mereka dari Siak. Dengan demikian penelitian Andreson membuktikan bahwa
kerajaan-kerajaan Sumatera Timur mengakui kekuasaan Siak atas negeri-negeri
mereka.
REKOMENDASI ANDERSON
Anderson menganjurkan supaya Perusahaan Hindia Timur
Inggris mendirikan serangtkaian pos perdagangan kecil sepanjang pantai Sumatera
Timur dan ia yakin pos-pos ini akan disambut baik oleh pengusaha-pengusaha disana.Rekomendasinya
itu didorong oleh kekhawatiran bahwa Belanda akanmenjalankan praktek-praktek
perdagangan monopoli mereka di Sumatera Timur yang terletak tepat di seberang
Penang, apabila mereka memperluas kekuasaan mereka ke bagian Sumatera ini.
PERJANJIAN LONDON
Perjanjian
Inggris-Belanda di London, ditandatangani tanggal 17 Maret 1824 (belum satu
tahun setelah Anderson kembali dari Sumatera) memudarkan semua harapan para
pejabat dan para pedagang. Tujuan perjanjian ini adalah untuk mengakhiri
persaingan Inggris Belanda di Asia-Tenggara.Menyangkut perniagaan, perjanjian
itu menetapkan bahwa Belanda akan menghentikan praktek monopoli perdagangan di
Nusantara. Kedua pihak lebih lanjut akan saling memberikan pelayanan
antarbangsa yang paling menyenangkan di daerah Malaka, kepulauan Hindia Timur,
India dan Sri Langka.Pasal-pasal teritorial terbukti lebih efektif daripada
ketentuan ketentuan perniagaan. Belanda memberikan kebebasan di Sumatera
kesuali Aceh dan daerah-daerah taklukkannya, dan Belanda mengakui kemerdekaan
Aceh.
PERLUASAN KEPENTINGAN
BELANDA DI SUMATERA
Dalam
perjanjian London dikatakan bahwa Belanda diberi kebebasan untuk melakukan
perluasan kekuasaan di daerah Sumatera sampai ke perbatasan Aceh dan daeraah
taklukannya, tetapi Belanda maju agak lambat dan berhati-hati.Bagian pertama
Sumatera yang memerlukan perhatian militer adalah daerah perdalaman Padang, di
pantai barat. Disana kaum Padri, suatu mazhab Islam, melancarkan perang di
Padang.hal ini emmaksa Belanda mengirimkan pasukan militernya untuk mengusir
keluar lembah Angkoia itu. Tuanku Tambusi bergerak melintasi pegunungan ke arah
timurmemasuki lembah Barumun.
Menjelang
akhir 1838, Mandailing dan Angkola di Tapanuli Selatan dan lembah-lembah Sungai
Rokan dan sungai Barumun yang merupakan sebagian dari Sumatera Timur, dengan
demikian berada dalam kekuasaan Belanda. Akan tetapi pengganti van den Bosch,
menteri jajahan J.C.Baud memerintahkan penarikan mundur pasukan-pasukan militer
yang ditempatkan di Sumatera Timur. Hanya Angkola dan Mandailing tetap
dipertahankan.Alasan-alasan penarikan mundur dari Sumatera Timur menurut
Schadee adalah penegakan hukum dan ketertiban di Sumatera Barat dan penundaan
aksi di pedalaman Sumatera dalam jumlah yang semakin meningkat ke pantai Barat
Sumatera.Keputusan untuk menarik diri dari Sumatera Timur mungkin juga
disebabkan bertambah banyaknya protes kalangan pedagang Inggris terhadap
politik perdagangan Belanda. Inggris terutama berkeberatan terhadap diadakannya
sistem tanam paksa atas hasil pertanian ekspor yang menempatkan hasil-hasil
penen ini di bawah pengawasan pemerintah dan pemasarannya di tangan Perusahaan
Perdagangan Belanda (NHM). Ini berarti mencegah Inggris mendapatkan bagian
dengan jalan apapun dalam perdagangan mereka.De Stuers jelas berkepentingan
untuk meminta pertatian penuh dari pemerintah terhadap Sumatera Barat. Semua
ini mengakibatkan penarikan mundur Belanda untuk sementara dari bagian Sumatera
Timur sebelah selatan Asahan. Tahun 1850-an Aceh mulai lagi bergerak menuju
Sumatera Timur.
Penguasa
Aceh Tuanku Ibrahim, memerintahkan puteranya Pangeran Husin untuk memulihkan
kembali kekuasaan Aceh atas Langkat, Deli, dan Serdang. Karena
kerajaan-kerajaan Sumatera Timur ini tidak mendapat bantuan militer apapun dari
raja berkuasa yaitu Sultan Ismail dari Siak.Kegiatan-kegiatan james Briike di
Sarawak dan penegakan kekuasaan Inggris atas Labuan dalam tahun 1840-an
diprotes oleh Belanda, yang menganggap kedua tindakan ini sebagai pelanggaran
terhadap perjanjian yahun 1824.
Pada
tanggal 27 Maret 1862 Gubernur Jenderal memerintahkan Neyscher supaya mencoba
secara damai menarik kerajaan-kerajaan di pantai ini dari cengkraman Aceh dan
mengajak mereka kembali untuk mengakui kekuasaan Siak, dan dengan demikian
mengukuhkan kekuasaan Belanda atas sumatera.Menjelang akhir tahun 1860an
pedagang-pedagang Penang mulai memperoleh keuntungan dari pengembangan
pertanian perkebunan dan tidak mengalami pembedaan apa pun dalam perniagaan
dengan Belanda, sehingga keberatan terhadap
kerajaan-kerajaan di pantai timur menjadi pudar. Perjanjian tahun 1871
telah menyelesaikan masalah aceh, Belanda boleh bergerak bebas di Aceh. Dan
imbalan nya di Siak dan daerah-daerah taklukannya Inggris mendapatkan hak-hak
perdagangan atas dasar persamaan dengan Belanda. Sehingga dapat mententramkan
keresahan masyarakat-masyarakat perdagangan Malaka untuk selamnya dan sangat
mempermudah hubungan-hubungan Inggris Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar