Jumat, 13 Januari 2017

CAGAR BUDAYA DIKOTA MEDAN



CAGAR BUDAYA DIKOTA MEDAN
A.    LATAR BELAKANG
Daerah secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebentuk wilayah yang memiliki bangunan tertentu yang memiliki nama, ciri dan khas tersendiri yang dijadikan tempat tinggal oleh suatu kelompok masyarakat atau komunitas secara terus-menerus dalam waktu yang lama, sehingga dapat dikatakan memiliki sejarah tertentu, baik itu berupa peristiwa, nama seseorang ataupun cerita-cerita lainnya. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.
Riwayat masa lampau sebagai obyek studi sejarah, berkenaan dengan peristiwa-peristiwa pada kehidupan manusia yang menyangkut segala aspeknya. Dalam penuturan sejarah, peristiwa-peristiwa tadi diurutkan kurun-kurun waktu secara kronologis. Dari analisis sejarah tentang suatu peristiwa atau suatu masalah, kita dapat mengadakan prediksi terhadap hal-hal tersebut pada masa yang akan datang.
Penelaahan suatu gejala atau suatu masalah dengan menggunakan pendekatan sejarah, ini termasuk penelaahan yang dinamis, karena memperhatikan urutan prosesnya dari waktu kewaktu.  Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah). Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sejarah juga sebagai riwayat tentang masa lampau yang menyelidiki dan menuturkan riwayat masa lampau tersebut sesuai dengan apa yang terjadi tanpa dapat melepaskan diri dari kejadian dan serta kenyataan masa sekarang yang sedang kita alami bersama dan tidak pula kita lepaskan dari perspefktif masa depan. Sebagai sebuah kisah, sejarah menyajikan sesuatu yang benar-benar terjadi.
B.     ISI
Cerita sejarah disusun berdasarkan sumber-sumber, fakta-fakta dan bukti-bukti berupa peninggalan-peninggalan sejarah. Setiap individu, masyarakat maupun setiap bangsa memiliki sejarah sendiri-sendiri. Proses sejarah dapat memberikan pengalaman, pelajaran dan pemantapan kepribadian bagi seorang individu, masyarakat dan bangsa. Pada masa dimana cerita atau peristiwa sejarah tersebut sudah berlalu, peninggalan sejarahlah yang hanya tersisa. Peninggalan ini dapat berbentuk bangunan, dokumentasi dan cerita turun-temurun.
Dimana peninggalan sejarah ini sangat berguna dan dapat dijadikan sumber utama dalam menelaah masalah atas peristiwa yang terjadi di saat itu. Kota Medan merupakan salah satu kota yang mempunyai peninggalan sejarah. Salah satunya yang dapat terlihat dengan jelas adalah banguna-bangunan bersejarah yang masih tampak hingga saat ini. Bangunan-bangunan ini telah mengukir sejarahnya masing-masing sehingga dapat mendukung perkembangan Kota Medan sendiri. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Sumatera Utara mengatakan, tanpa bangunan bersejarah, kota Medan tidak akan menjadi kotamadya. Artinya, atas keberadaan warisan budaya (cultural heritage), maka kota Medan dikenal di dunia luar.

Berikut ini merupakan daftar bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kota Medan, yang tentunya membantu perkembangan dan kemajuan Kota Medan itu sendiri: Tabel 1 Daftar Bangunan Bersejarah Kota Medan
No
Bangunan
Lokasi
1
Mesjid Raya Al’Mashun
Jl. Sisingamangaraja
2
Mesjid Raya Labuhan
Jl. Yos Sudarso
3
Gereja Roma Katholik
Jl. Pemuda
4
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP
Jl. Sudirman
5
Gedung Palang Merah Indonesia
Jl. Palang Merah
7
Tjong A Fie Mansion
Jl. Ahmad Yani
8
RS Elizabeth,
Jl. Sudirman
9
RS Pirngadi
Jl. HM Yamin
10
RS Tembakau Deli
Jl. Putri Hijau
11
Sekolah dan TK Roma Katholik
Jl. Pemuda,
12
Sekolah Immanuel
Jl. Sudirman
14
Kantor Walikota Medan
Jl. Balai Kota
15
Kantor Pos Besar
Jl. Balai Kota
16
Kantor Bank Mandiri
Jl. Balai Kota
17
Kantor Hotel Natour Darma Deli
Jl. Balai Kota
18
Bekas Kantor Dinas Tenaga Kerja
Jl. Hindu
19
Kantor Bank Danamon
Jl. Pemuda
20
Bekas Kantor Sospol
Jl. Pemuda
21
Istana Maimun
Jl. Sultan Makmun Al Rasyid
22
Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Jl. Kolonel Sugiono,
23
Rumah Dinas Walikota Medan
Jl. Sudirman
24
Kantor Pengadilan Negeri Medan
Jl. Pengadilan
25
Kantor Gubernur Sumatera Utara
Jl. Diponegoro
26
Kantor Dinas Penerangan Kodam I Bukit Barisan
Jl. Listrik
27
Bangunan lama di samping Hotel Danau Toba
Jl. Imam Bonjol Medan
28
Gerja Kristen Indonesia
Jl. Zainul Arifin,
30
Kantor Rispa
Jl. Brigjen Katamso
31
Bank Bukopin
Jl. Kolonel Sugiono
32
Bekas Kantor Polda Sumatera Utara
Jl. Sudirman
33
Bekas Kantor Perkebunan HVA
Jl. Sudirman
34
Bank Koperasi
Jl. Kolonel Sugiono
35
Laboratorium USU
Jl. HM Yamin sebelah kantor PT KAI
36
Toapekong
Jl. Hangtuah

Rumah Tjong A Fie yang kini merupakan salah satu landmark di kota Medan benar-benar memperlihatkan keragaman budaya di Medan. Medan pun menjadi tempat tinggal berbagai penduduk dari berbagai suku. Baik itu orang-orang Tionghoa, Jawa, Batak, India dan yang lain. Dan ekdiaman Tjong A Fie menjadi bukti kalau keragaman masyarakat di Medan telah terjadi sejak dulu.

Rumah Tjong A Fie ini merupakan sebuah rumah tua yang kini telah berfungsi sebagai sebuah museum. Rumah ini dibangun oleh seorang saudagar Cina bernama Tjong A Fie yang hidup pada rentang waktu antara 1860 – 1921. Meskipun mempunyai usia lebih dari 100 tahun, bangunan rumah berlantai dua ini masih berdiri megah dan terjaga dengan baik.
Semasa hidupnya, Tjong A Fie dikenal sebagai seorang saudagar kaya yang mempunyai bisnis di berbagai bidang. Mulai dari perkebunan, pabrik minyak kelapa sawit, pabrik gula, bank dan bahkan perusahaan kereta api. Menariknya, Tjong A Fie tak hanya dikenal sebagai saudagar kaya. Namun juga merupakan seorang yang mempunyai sikap dermawan di kota Medan. Rumah Tjong A Fie yang kini telah berubah fungsi menjadi museum ini merupakan salah satu bangunan cagar budaya nasional yang ada di Medan. Bangunan mencakup area yang sangat luas, mencapai 6 ribu meter persegi. Tentu saja, karena rumah ini adalah milik seorang saudagar Cina, desain arsitektur yang digunakan pun adalah desain arsitektur Cina kuno. Namun sebagai tambahan, bangunan ini juga dipengaruhi dengan corak melayu serta Eropa.
Tjong A Fie memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap Kota Medan, misalnya dia turut andil dalam pembangunan Masjid Raya Al-Mashum, Istana Maimoon, Kereta Api Deli (DSM), Masjid Gang Bengkok, Gereja di Jalan Uskup Agung Sugiopranoto, Balai Kota Lama, Kuil Budha China di Brayan, Kuil Hindu, dan Jembatan Kebajikan di Jalan Zainul Arifin. Ia juga tercatat sebagai pendiri Rumah Sakit Cina pertama di Medan (daerah Marelan), pendiri Batavia Bank dan Deli Bank. Perkebunan yang dipimpinnya memiliki lebih dari 10.000 tenaga kerja dan luas kebunnya mengalahkan luas perkebunan milik Deli Matschapaij yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys yang dikenal dengan Peletak Dasar Budaya Perkebunan di Sumatra Utara.

Menurut situs “Tjong A Fie Memorial Institute”, pria ini lahir di provinsi Guangdong di Tiongkok pada tahun 1860. Tjong A Fie datang ke Medan dari Meixian, bersama dengan saudaranya Tjong Yong Hian (1850-1911), dia berhasil membangun usaha dalam bidang perkebunan. Perusahaannya mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan. Keberhasilannya tersebut membuat dia mempunyai hubungan yang dekat dengan para petinggi Medan pada saat itu, di antaranya  Sultan Deli Makmun Al Rasjid dan pejabat-pejabat kolonial Belanda. Tjong A Fie pun lalu dilantik sebagai Kapitan China (”Majoor der Chineezen”), pemimpin komunitas Tionghoa di Medan, menggantikan Yong Hian yang wafat.

C.     KESIMPULAN
Perkembangan Tjong A Fie Mansion menjadi bagian dari objek wisata Kota Medan, hal ini dideskripsikan dalam bab II dan III penulisan ini, perkembangan antar waktu Tjong A Fie Mansion telah menjadikannya bagian dari objek wisata di Kota Medan yang memiliki nilai sejarah, selain sosok Tjong A Fie yang menjadi faktor penting, keberadaan Tjong A Fie Mansion beserta aspek lainnya memiliki nilai sejarah dalam perkembangan Kota Medan.  Aspek sejarah sosok Tjong A Fie yang menjadi Mayor atau pemimpin di Kota Medan merupakan modal penting dalam menentukan wisata sejarah terhadap Tjong A Fie Mansion, nilai-nilai sejarah yang terdapat dari tindakan Tjong A Fie.

DAFTAR PUSTAKA
Atmodjo, Junus Satrio , Kelenteng Kuna di DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Jakarta: Dep. Pendidikan Nasional, 2000.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KAPITA SELEKTA SEJARAH INDONESIA : Korespondensi Cina Di Hindia Belanda 1865-1949

Korespondensi Cina Di Hindia Belanda, 1865-1949 SIEM TJONG HAN, M.D . Artikel ini merupakan upaya untuk menggambarkan beberapa aspek ...