CAGAR
BUDAYA DIKOTA MEDAN
A.
LATAR BELAKANG
Daerah secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebentuk
wilayah yang memiliki bangunan tertentu yang memiliki nama, ciri dan khas
tersendiri yang dijadikan tempat tinggal oleh suatu kelompok masyarakat atau
komunitas secara terus-menerus dalam waktu yang lama, sehingga dapat dikatakan
memiliki sejarah tertentu, baik itu berupa peristiwa, nama seseorang ataupun
cerita-cerita lainnya. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia
dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat
yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.
Riwayat masa lampau sebagai obyek studi sejarah, berkenaan
dengan peristiwa-peristiwa pada kehidupan manusia yang menyangkut segala
aspeknya. Dalam penuturan sejarah, peristiwa-peristiwa tadi diurutkan
kurun-kurun waktu secara kronologis. Dari analisis sejarah tentang suatu
peristiwa atau suatu masalah, kita dapat mengadakan prediksi terhadap hal-hal
tersebut pada masa yang akan datang.
Penelaahan suatu gejala atau suatu masalah dengan menggunakan
pendekatan sejarah, ini termasuk penelaahan yang dinamis, karena memperhatikan
urutan prosesnya dari waktu kewaktu. Sejarah,
dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang
benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja
yang memerintah). Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian
yang sudah lampau. Sejarah juga sebagai riwayat tentang masa lampau yang menyelidiki dan
menuturkan riwayat masa lampau tersebut sesuai dengan apa yang terjadi tanpa
dapat melepaskan diri dari kejadian dan serta kenyataan masa sekarang yang
sedang kita alami bersama dan tidak pula kita lepaskan dari perspefktif masa
depan. Sebagai sebuah kisah, sejarah menyajikan sesuatu yang benar-benar
terjadi.
B. ISI
Cerita sejarah disusun berdasarkan sumber-sumber, fakta-fakta dan
bukti-bukti berupa peninggalan-peninggalan sejarah. Setiap individu, masyarakat
maupun setiap bangsa memiliki sejarah sendiri-sendiri. Proses sejarah dapat
memberikan pengalaman, pelajaran dan pemantapan kepribadian bagi seorang
individu, masyarakat dan bangsa. Pada masa dimana cerita atau peristiwa sejarah
tersebut sudah berlalu, peninggalan sejarahlah yang hanya tersisa. Peninggalan
ini dapat berbentuk bangunan, dokumentasi dan cerita turun-temurun.
Dimana peninggalan sejarah ini sangat berguna dan dapat dijadikan sumber
utama dalam menelaah masalah atas peristiwa yang terjadi di saat itu. Kota
Medan merupakan salah satu kota yang mempunyai peninggalan sejarah. Salah
satunya yang dapat terlihat dengan jelas adalah banguna-bangunan bersejarah
yang masih tampak hingga saat ini. Bangunan-bangunan ini telah mengukir sejarahnya
masing-masing sehingga dapat mendukung perkembangan Kota Medan sendiri. Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI) Sumatera Utara mengatakan, tanpa bangunan bersejarah,
kota Medan tidak akan menjadi kotamadya. Artinya, atas keberadaan warisan
budaya (cultural heritage), maka kota Medan dikenal di dunia luar.
Berikut ini merupakan daftar bangunan-bangunan bersejarah
yang ada di Kota Medan, yang tentunya membantu perkembangan dan kemajuan Kota
Medan itu sendiri: Tabel
1 Daftar Bangunan Bersejarah Kota Medan
|
||
No
|
Bangunan
|
Lokasi
|
1
|
Mesjid Raya Al’Mashun
|
Jl. Sisingamangaraja
|
2
|
Mesjid Raya Labuhan
|
Jl. Yos Sudarso
|
3
|
Gereja Roma Katholik
|
Jl. Pemuda
|
4
|
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP
|
Jl. Sudirman
|
5
|
Gedung Palang Merah Indonesia
|
Jl. Palang Merah
|
7
|
Tjong A Fie Mansion
|
Jl. Ahmad Yani
|
8
|
RS Elizabeth,
|
Jl. Sudirman
|
9
|
RS Pirngadi
|
Jl. HM Yamin
|
10
|
RS Tembakau Deli
|
Jl. Putri Hijau
|
11
|
Sekolah dan TK Roma Katholik
|
Jl. Pemuda,
|
12
|
Sekolah Immanuel
|
Jl. Sudirman
|
14
|
Kantor Walikota Medan
|
Jl. Balai Kota
|
15
|
Kantor Pos Besar
|
Jl. Balai Kota
|
16
|
Kantor Bank Mandiri
|
Jl. Balai Kota
|
17
|
Kantor Hotel Natour Darma Deli
|
Jl. Balai Kota
|
18
|
Bekas Kantor Dinas Tenaga Kerja
|
Jl. Hindu
|
19
|
Kantor Bank Danamon
|
Jl. Pemuda
|
20
|
Bekas Kantor Sospol
|
Jl. Pemuda
|
21
|
Istana Maimun
|
Jl. Sultan Makmun Al Rasyid
|
22
|
Kantor Dinas Pekerjaan Umum
|
Jl. Kolonel Sugiono,
|
23
|
Rumah Dinas Walikota Medan
|
Jl. Sudirman
|
24
|
Kantor Pengadilan Negeri Medan
|
Jl. Pengadilan
|
25
|
Kantor Gubernur Sumatera Utara
|
Jl. Diponegoro
|
26
|
Kantor Dinas Penerangan Kodam I Bukit Barisan
|
Jl. Listrik
|
27
|
Bangunan lama di samping Hotel Danau Toba
|
Jl. Imam Bonjol Medan
|
28
|
Gerja Kristen Indonesia
|
Jl. Zainul Arifin,
|
30
|
Kantor Rispa
|
Jl. Brigjen Katamso
|
31
|
Bank Bukopin
|
Jl. Kolonel Sugiono
|
32
|
Bekas Kantor Polda Sumatera Utara
|
Jl. Sudirman
|
33
|
Bekas Kantor Perkebunan HVA
|
Jl. Sudirman
|
34
|
Bank Koperasi
|
Jl. Kolonel Sugiono
|
35
|
Laboratorium USU
|
Jl. HM Yamin sebelah kantor PT KAI
|
36
|
Toapekong
|
Jl. Hangtuah
|
Rumah Tjong A Fie yang kini merupakan salah satu landmark di
kota Medan benar-benar memperlihatkan keragaman budaya di Medan. Medan pun
menjadi tempat tinggal berbagai penduduk dari berbagai suku. Baik itu
orang-orang Tionghoa, Jawa, Batak, India dan yang lain. Dan ekdiaman Tjong A
Fie menjadi bukti kalau keragaman masyarakat di Medan telah terjadi sejak dulu.
Rumah Tjong A Fie ini merupakan sebuah rumah tua yang kini
telah berfungsi sebagai sebuah museum. Rumah ini dibangun oleh seorang saudagar
Cina bernama Tjong A Fie yang hidup pada rentang waktu antara 1860 – 1921.
Meskipun mempunyai usia lebih dari 100 tahun, bangunan rumah berlantai dua ini
masih berdiri megah dan terjaga dengan baik.
Semasa hidupnya, Tjong A Fie dikenal sebagai seorang saudagar
kaya yang mempunyai bisnis di berbagai bidang. Mulai dari perkebunan, pabrik
minyak kelapa sawit, pabrik gula, bank dan bahkan perusahaan kereta api.
Menariknya, Tjong A Fie tak hanya dikenal sebagai saudagar kaya. Namun juga
merupakan seorang yang mempunyai sikap dermawan di kota Medan. Rumah Tjong A
Fie yang kini telah berubah fungsi menjadi museum ini merupakan salah satu
bangunan cagar budaya nasional yang ada di Medan. Bangunan mencakup area yang
sangat luas, mencapai 6 ribu meter persegi. Tentu saja, karena rumah ini adalah
milik seorang saudagar Cina, desain arsitektur yang digunakan pun adalah desain
arsitektur Cina kuno. Namun sebagai tambahan, bangunan ini juga dipengaruhi
dengan corak melayu serta Eropa.
Tjong A Fie memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap Kota Medan,
misalnya dia turut andil dalam pembangunan Masjid Raya Al-Mashum, Istana
Maimoon, Kereta Api Deli (DSM), Masjid Gang Bengkok, Gereja di Jalan Uskup
Agung Sugiopranoto, Balai Kota Lama, Kuil Budha China di Brayan, Kuil Hindu,
dan Jembatan Kebajikan di Jalan Zainul Arifin. Ia juga tercatat sebagai pendiri
Rumah Sakit Cina pertama di Medan (daerah Marelan), pendiri Batavia Bank dan
Deli Bank. Perkebunan yang dipimpinnya memiliki lebih dari 10.000 tenaga kerja
dan luas kebunnya mengalahkan luas perkebunan milik Deli Matschapaij yang
dirintis oleh Jacobus Nienhuys yang dikenal dengan Peletak Dasar Budaya
Perkebunan di Sumatra Utara.
Menurut situs “Tjong A Fie Memorial Institute”, pria ini lahir di
provinsi Guangdong di Tiongkok pada tahun 1860. Tjong A Fie datang ke Medan
dari Meixian, bersama dengan saudaranya Tjong Yong Hian (1850-1911), dia
berhasil membangun usaha dalam bidang perkebunan. Perusahaannya mempekerjakan
lebih dari 10.000 karyawan. Keberhasilannya tersebut membuat dia mempunyai
hubungan yang dekat dengan para petinggi Medan pada saat itu, di antaranya Sultan Deli Makmun Al Rasjid dan
pejabat-pejabat kolonial Belanda. Tjong A Fie pun lalu dilantik sebagai Kapitan
China (”Majoor der Chineezen”), pemimpin komunitas Tionghoa di Medan,
menggantikan Yong Hian yang wafat.
C. KESIMPULAN
Perkembangan Tjong A Fie Mansion menjadi bagian dari objek wisata Kota
Medan, hal ini dideskripsikan dalam bab II dan III penulisan ini, perkembangan
antar waktu Tjong A Fie Mansion telah menjadikannya bagian dari objek wisata di
Kota Medan yang memiliki nilai sejarah, selain sosok Tjong A Fie yang menjadi
faktor penting, keberadaan Tjong A Fie Mansion beserta aspek lainnya memiliki
nilai sejarah dalam perkembangan Kota Medan.
Aspek sejarah sosok Tjong A Fie yang menjadi Mayor atau pemimpin
di Kota Medan merupakan modal penting dalam menentukan wisata sejarah terhadap
Tjong A Fie Mansion, nilai-nilai sejarah yang terdapat dari tindakan Tjong A
Fie.
DAFTAR
PUSTAKA
Atmodjo,
Junus Satrio , Kelenteng Kuna di DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Jakarta:
Dep. Pendidikan Nasional, 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar