Sabtu, 30 September 2017

PERKEMBANGAN DE DELI SPOORWEG MAATSCHAPPIJ DI SUMATERA TIMUR TAHUN 1883-1940

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor perkebunan, karena sektor ini memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam pembentukan berbagai realitas sosial ekonomi masyarakat di Indonesia. Perkebunan di satu sisi dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat Indonesia dengan ekonomi dunia. Perkebunan dapat memberikan keuntungan finansial yang besar, serta membuka kesempatan ekonomi baru[1].
            Sumatra Timur sangat terkenal dengan perkebunan-perkebunan besar. Ketika masuknya John Anderson pada tahun 1823 ke Sumatra Timur yang mengamati adanya sektor yang mencolok yaitu di bidang pertanian[2]. Pengamatan Anderson mengenai penanaman tembakau di Deli sangat penting, karena tanaman inilah yang kemudian membuat Deli terkenal ke selutuh dunia[3].
            Sejarah perkebunan Deli dimulai ketika langkah kerja Jacobus Nienhyus dan para perintis pengusaha perkebunan yang pertama kali membuka wilayah perkebunan di Sumatra Timur pada tahun 1863. Hasil ekspor tembakau deli menguasai pasar Eropa.
            Dengan hal ini memberikan dorongan pembangunan fisik jaringan kereta api sebagai jawaban untuk memenuhi kebutuhan dalam pengangkutan hasil bumi. Dalam memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Sumatera Timur maka didirikan perusahaan kereta api, yang dikenal dengan Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).
            Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) merupakan perusahaan swasta Belanda yang memiliki hak dan konsesi pembangunan jaringan kereta api di Sumatra Timur. Kepemilikan serta operasionalnya secara tidak langsung mendapat prioritas utama pemerintah kolonial Belanda. Alasan ini diarahkan untuk mengangkut hasil-hasil perkebunan dan penumpang dari dan ke daerah pedalaman sepanjang pantai timur Sumatra menuju pelabuhan Belawan. Skala prioritas ini memberi arti bahwa perusahaan kereta api ini mampu mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi perkebunan swasta di Sumatra Timur[4].
            Transportasi merupakan unsur yang penting dan berfungsi sebagai kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk yang timbul bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang dan sector. Seperti halnya pada transportasi kereta api yang memiliki posisi penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian[5].
            Daerah pantai timur Sumatera memiliki tanah yang subur sehingga sangat cocok untuk penanaman komoditi ekspor, seperti tembakau, karet, sawit dll. Tanaman ekspor ini sebagian besar dikelola perkebunan besar milik asing baik pengusaha Belanda maupun pegusaha asing lainnya. Sebelum kedatangan Belanda di wilayah Sumatra Timur merupakan hutan belantara yang memiliki keuntungan ekonomi yang kecil. Namun dalam beberapa decade terbukti wilayah Sumatera Timur berubah menjadi salah satu daerah penghasil komoditi ekspor tembakau terpenting di Hindia Belanda. Letak geografis wilayah pantai Sumatera Timur memberi arti tersendiri dalam pengembangan perkebunan-perkebunan besar, berjalan seiring dengan kebutuhan ekspor kolonial. Hal ini terbukti wilayah Sumatera Timur memiliki prospek untuk penanaman tembakau yang bernilai tinggi.
            Menyadari pentingnya peranan perusahaan kereta api sebagai sarana penunjang, pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi. Deli Spoorweg Maatschappij tentu memiliki berbagai langkah dan kebijakan untuk kelangsungan aktifitas operasionalnya. Deli Spoorweg Maatschappij sebagai perusahaan swasta ternyata menyumbangkan dasar pembangunan ekonomi wilayah pantai Timur Sumatera.
Maka dari itu penulis tertarik untuk menulis makalah sebagai bentuk karya ilmiah mengenai perusahaan swasta belanda berupa transportasi dengan judul “ PERKEMBANGAN DE DELI SPOORWEG MAATSCHAPPIJ DI SUMATERA TIMUR TAHUN 1883-1940”.



















BAB II
ISI
2.1  Sejarah Awal Berdiriya Kereta Api Deli di Sumatera Timur

           Keberadaan kereta api di Sumatera Timur tidak terlepas dari adanya pengaruh pemerintah kolonial Belanda yang memprakarsai pembangunan sarana transportasi kereta api Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) untuk mengangkut hasil perkebunan. Perkembangan yang pesat dari tanaman tembakau sejak abad ke-19 menyebabkan dibangunnya perusahaan kereta api Deli ini. Dibangunnya perusahaan kereta api Deli ini agar transportasi lebih cepat dan tidak terganggu lumpur-lumpur di jalanan ketika musim hujan datang[6].
           Inisiatif pertama pembuatan jalan kereta api ini datang dari J.T. Cremer[7] yakni manajer perusahaan Deli (Deli Maatschappij) yang menganjurkan agar jaringan Kereta Api di Deli segera mungkin dapat di bangun dan direalisasikan, mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan di Deli. Kemudian  pada tanggal 23 Januari 1883 “Deli Maatschappij” memperoleh konsesi dari pemerintah Belanda untuk membangun jalan kereta api dari Belawan-Medan-Deli Tua- Timbang Langkat (Binjai). Pada bulan Juni 1883 konsesi ini dialihkan kepada perusahaan “Deli Spoorweg Maatschappij” yang baru didirikan oleh “Deli Maatschappij”.
           Lima tahun kemudian diperoleh konsesi-konsesi untuk membuka cabang-cabang jaringan lintasan ke Serdang – Perbaungan – Serdang – Hulu. Jaringan lintasan pertama dibuka pada bulan Juni 1886 dan seluruh jaringan landasan 63 mil selesai dalam tahun 1889. Apabila perkebunan-perkebunana baru mulai dibuka arah ke Selatan maka jalan kereta api juga turut menyusul dibuka ke arah Selatan tersebut. Dengan dibukanya tambang-tambang minyak di Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu maka dalam tahun 1900 jaringan lintasan baru dibuka pula kesana. Kesemuanya telah dibuka 162 mil jaringan lintasan dengan 54 stasiun. Perkembangan jaringan lintasan kereta api cukup signifikan sejalan dengan ekspansi pengusaha perkebunan-perkebunan ke beberapa kawasan di Sumatera Timur.
           Pada tahun 1888 kawasan-kawasan seperti Belawan, Deli dan Binjai telah dapat dilalui oleh kereta api. Kemudian di tahun 1904 pembangunan kereta api dilanjutkan dengan menghubungkan antara Lubuk Pakam – Bangun Purba[8].

2.2  Lintasan Kereta Api Deli di Sumatera Timur

           Pada tahun 1889 pembangunan mendapatkan konsensi untuk menyambung jalan Kereta Api itu dari  Medan  via  Serdang  ke  Perbaungan  dan  dari  Medan  ke  Timbang  Langkat  sampai  selesai.  Ijin Kereta  Api  sampai  perbaungan  pada  tanggal  18  Februari  1890.  Dapat  dibandingkan  bagaimana pentingnya   pembukaan   ijin   Kereta   Api   untuk   perkebunan-perkebunan   tersebut.   Sebagai   contoh dikemukakan bahwa di tahun 1882 ongkos angkut tembakau per kereta lembu di dalam musim kering di dalam Labuhan ke Medan adalah f 460 sedangkan muatannya hanya sebanyak 600 kg. Berdasarkan  surat  keputusan  Gubernur  Jenderal  Belanda  maka  pada  tanggal  23  Januari  1883, permohonan   konsensi   dari   pemerintah   Belanda   untuk   pembangunan   jaringan   Kereta   Api   yang menghubungkan  Belawan - Medan - Deli - Tua - Timbang  Langkat  (Binjai)  direalisasikan.  Dan  konsensi untuk  pembangunan  dan  pengoperasian  Kereta  Api  dari  pelabuhan  ke  Belawan  untuk  toewa  Deli Medan, dengan cabang di Medan untuk Timbang - Langkat di Deli.
           Pada  tahun  itu  pula,  presiden komisaris DSM, Peter Wilhem Janssen merealisasikan pembangunan rel Kereta Api pertama sekali di Sumatera Utara yang menghubungkan Medan-Labuhan  yang diresmikan penggunaannya pada tanggal 25 Juli 1886. Perusahaan DSM   merupakan   satu-satunya   perusahaan   dari   11   perusahaan   Kereta   Api   di Sumatera  Utara  yang  ada  di  Hindia  Belanda.  Pada  waktu  itu,  pembangunan  jalan  Kereta  Api  di Sumatera  Utara  dibangun  pertama  dari  Labuhan  Pakam  ke  Batak  sekitar  11  Km-13  Km  dan  dalam pembangunan  jaringan  Kereta  Api  ini  membutuhkan  biaya  yang  sangat  banyak,  yakni  sekitar  seratus dolar tujuh puluh f22.770. Keputusan pengeluaaran ini akan dibebankan pada anggaran 1897. Dengan adanya surat tanggal 31 Maret dimana diserahkan oleh administrator perusahaan Kereta Api Deli untuk memberikan perintah atau ijin pembangunan dan pengoperasian Kereta Api dari Perbaoengan, Tebing Tinggi,  Laboean  Serdang  sampai  ke  simpang  Kuala.  Jalur  Kereta  Api  Medan-Belawan  yang  berjarak sekitar  21  Km,  pada  saat  itu  memiliki  beberapa  stasiun  yaitu,  stasiun  Medan – Gloegoer – Poeloebraijan – Mabar -Titi papan - Kampung Besar - Laboean - Belawan – Pasar Belawan - dan Pelabuhan Belawan.
Data Lintasan dan Panjang Rel Kereta Api Deli tahun 1883-1940[9].
Lintas rel
Panjang (Km)
SK
Peresmian
Medan-Labuhan
16.743
No.17,  tgl 23 Jan 1883
25 Juli 1886
Medan-Binjai
20.888
No.17,  tgl 23 Jan 1883
01 Mei 1887
Medan-Delitua
11.249
No.17,  tgl 23 Jan 1883
04 Sep 1887
Labuhan-Belawan
6.162
No.17,  tgl  23 Jan 1883
16 Feb 1888
Medan-Serdang
20.122
No. 09, tgl 28 Apr 1988
01 Jul  1889
Serdang-Parbaungan
17.668
No. 09, tgl 28 Apr 1988
07 Feb 1890
Binjai-Selesai                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
10.576
No. 01, tgl 20 Jun 1889
19 Des 1890
Kp Baru-Arnhemia
14.872
No. 62, tgl 26 Jul 1906
01 Okt 1907
Pakam-Bangun Purba
27.936
No. 25, tgl 13 Jul 1901
10 Apr 1904
Selesai-Kuala
9.943
No. 33, tgl 11 Aug 1901
5 Nov 1902
Bamban-Perbaungan
30.350
No. 02, tgl 12 Feb 1900
11 Apr 1902
Bamban-Rantau Laban
10.680
No. 24, tgl 20 Sep 1901
02 Mar 1903
Stabat-Rantau Laban
22.428
No. 01, tgl 13 Jul 1900
20 Juni 1903
Stabat-Binjai
24.036
No. 01,  tgl 13 Jul 1900
01 Aug 1904
Tanjung Pura-Brandan
19.505
No. 01, tgl 13 Jul 1900
15 Des 1904
Delitua-P. Batu
3.035
No. 28, tgl 10 Jun 1915
01 Des 1915
Brandan-Besitang
14.990
No. 56, tgl 26 Okt 1917
29 Des 1919
Besitang-P. Susu
9.510
No. 56, tgl 26 Okt 1917
01 Des 1921
Tebing-Siantar
48.464
No.02, tgl 25 Aug 1914
05 Mei 1916
Rt. Laban-Tj. Balai
95.602
No. 14, tgl 19 Sep 1912
06 Aug 1915
Tj. Balai-Tlk. Nibung
4.592
No. 14, tgl 19 Sep 1912
01 Feb 1918
Kisaran-Membang Muda
57.111
No. 06, tgl 13 Des 1926
19 Aug 1937
Membang Muda-Milano
44.199
No. 07, tgl 24 Okt 1928
19 Aug 1937
Milano-Rt. Prapat
12.562
No. 07, tgl 24 Okt 1928
19 Aug 1937
Total Panjang Rel
553.223




           Jalan rel Kereta Api merupakan sarana utama dalam perKereta Apian karena rangkaian Kereta Api hanya dapat melintas diatas jalan yang dibuat secara khusus untuknya. Lebar jalan rel yang pernah ada  di  Hindia  Belanda  di  bedakan  dengan  lebar  spoor  1.435  mm,  1.067  mm,  750  mm,  600  mm. Sedangkan  tipe  rel  yang  pernah  digunakan  di  Hindia  Belanda  meliputi  tipe - R25,  R-33.,  R-42,  dan  R-54.
           Pentingnya  transportasi  Kereta  Api  tercermin  semakin  meningkatnya  kebutuhan  jasa angkutan bagi mobilitas penumpang maupun barang secara aman, nyaman, cepat, tepat dan beratur dengan biaya yang dapat terjangkau daya  beli  masyarakat. Hal ini berarti transportasi  Kereta Api memiliki posisi penting dan strategi dalam memperlancar roda perekonomian.   Menyadari pentingnya peranan perusahaan Kereta Api sebagai sarana penunjang, pendorong dan penggerak pertumbuhan daerah yang berpotensi berarti transportasi Kereta Api memiliki   posisi  penting  dalam  memperlancar roda perekonomian.
           Kereta Api sangat dibutuhkan untuk mengangkut hasil perkebunan tidah hanya  tembakau melainkan juga tanaman seperti karet, kelapa  sawit  dan  sebagainya.  Dan  lebih  dari  65  jenis  barang yang dapat diangkut 17 barang yang diangkut, misalnya kayu bakar, semen, papan, batu, besi rel, karet, tembakau,  minyak  sawit,  kopi.  Hasil  pertanian  dan  kerajinan  rakyat,  anatara  lain  padi,  atap,  dan sebagainya.  Jenis  barang  yang  diangkut  sebagian  besar  merupakan  kebutuhan  pokok  masyarakat  kota dan  komuditi  ekspor  yang  di  kirim  ke  luar  negeri  melalui  pelabuhan  Belawan.  Tanaman  ekspor  ini sebagian   besar  dikelolah   perkebunan   besar   milik   Asing   baik   pengusaha   swasta   maupun   milik pemerintah. Ada  3  stasiun  besar di  Deli  yaitu:  Stasiun  Timbang  Langkat,  Stasiun  Medan  dan  Stasiun Belawan yang mempunyai fungsi sebagai transit dari halte-halte yang ada. Alasan ini diarahkan untuk tujuan  mengangkut  hasil-hasil  perkebunan  dari  dan  kedaerah  pedalaman  sepanjang  pantai  Timur Sumatera  menuju  Pelabuhan  Belawan.  Skala  prioritas  ini  memberi  arti  bahwa  perusahaan  Kereta  Api ini mampu mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi perkebunan swasta di Sumatera Utara[10].
 




2.3  Dampak Perkembangan Kereta Api di Perkebunan Deli Sumatera Timur

           Pada dampak perkembangan kereta api di perkebunan Deli telah mendorong  pertumbuhan perekonomian di sektor lain yang pada akhirnya membuat Deli menjadi daerah yang maju dan berkembang pesat. Lintasan kereta api yang dibangun untuk memperlancar distribusi hasil perkebunan. Pembangunan jaringan jalan kereta api membawa dampak yang luar biasa pada pola pemukiman kota. Setelah pembuatan jaringan jalan kereta api mulai dioperasikan banyak sultan-sultan, para pedagang, pejabat pemerintah Hindia Belanda dan semua orang kecuali para nelayan yang tinggal di pantai, mulai berpindah ke padalaman. Terjadinya perpindahan penduduk yang pada mulanya bermukim di dekat pantai ke kota-kota pedalaman yang terletak sekitar dijalan kereta api mendorong peluang terjadinya interaksi antara masyarakat pedalaman dan penduduk yang berada di kota-kota perdagangan. Proses perpindahan penduduk sebagai akibat kemajuan transportasi, sehingga dampak perpindahan penduduk dari desa ke kota. Proses ini melahirkan kota-kota perdagangan baru di wilayah Sumatera.
           Pembangunan jalan kereta api membawa dampak bagi perkebunan Deli Sumatera Timur. Wilayah ini menjadi perkebunan besar yang berperan penting dala perkebangan perkebunan, peran penting tersebut adalah sarana transportasi yang memadai sejak transportasi kereta api dikembangkan. Banyak investor asing datang ke Sumatera Timur untuk menjadi toean kebun. Dengan adanya transportasi kereta api sehingga perusahaan Deli Spoorweg Maatschappij sebagai satu-satunya perusahaan transportasi pada waktu itu berkembang dengan cepat menjadi jaringan Kereta Api regional. Perkembangan ini mendorong pada waktu yang sama dibangun jaringan telefon dan telegram di wilayah perkebunan Deli.
           Bila dilihat dari dampak sosialnya, bahwa masyarakat perkebunan di Sumatera Timur memiliki sifat yang memiliki cirri karena hegemoni para tuan kebun dan kekerasan yang menandai perlakuannya terhadap para kuli sangatlah menonjol di Deli. Kota yang berkebang dan terletak di pinggiran daerah jajahan tumbuh cepat sebagai factor yang dominan, serta keberadaan buruh yang bersifat sementara. Struktur masyarakatnya terbagi dalam dua golongan yang menjadi tenaga penggerak dalam bidang perkebunan yaitu para majikan dan sebagian besar tenaga kerja(para kuli). Mereka  memanfaatkan daerah yang strategis, sehingga peranan dari masing-masing golongan dapat terlihat jelas. Adanya perkebunan di Deli tumbuh menjadi kota seperti di duniat Barat dan menjadi indah.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
           Sejak kedatangan Jacob Nienhuys pada tahun 1863 di Sumatera Timur dan sebagai peletak dasar perkebunan di Sumatera Timur telah berhasil mengembangkan komoditas tembakau menjadi komoditas unggulan di Hindia Belanda. Pada kurun waktu 1863-1870-an perkembangan perkebunan di Sumatera Timur berkembang pesat pada tahun 1880, membutuhkan alat transportasi yang dapat memuat hasil perkebunan dengan cepat dan jangka waktu yang sangat singkat dibandingkan dengan menggunaka alat transportasi tradisional.
           Pembangunan jaringan kereta api di Deli merupakan inisiatif J.T. Cermer yakni manajer perusahaan Deli( Deli Maatschappij) menganjurkan agar jaringan kereta api di Deli segera mungkin dibangun dan realisasikan mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli. Konsesi pembangunan jaringan jalan kereta api diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan tembakau Deli Maatschappij tahun 1883. Izin konsesi tersebut dipindahtangankan pengerjaannya dari Deli Maatschappij kepada Deli Spoorweg Maatschappij(DSM).
           Tujuan pembangunan jaringan kereta api ini untuk mengangkut hasil produksi perkebunan dari daerah-daerah perkebunan di pedalaman Deli ke Pelabuhan Belawan untuk selanjutnya diekspor ke luar negeri.

          





DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Erond L, Deli Spoorweg Maatschappij: Kontribusi Perkebunan Deli Dalam
            Pengembangan Transportasi Di Sumatera Utara, Artikel Sejarah( Pusat Studi Sejarah &
            Ilmu-ilmu Sosial Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan).
Indera, Diversifikasi Usaha Deli Spoorweg Maatschappij: Studi Sejarah Perusahaan di     Sumatera Timur(1883-1940).
Kadir, Abdul, Transportasi: Peran dan Dampaknya Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional.
Kalo, Syafruddin, Kapita Selekta Hukum Pertanahan: Studi Tanah Perkebunan di Sumatera
            Timur, Medan: USU Press, 2005.
Pelzer, Karl. J, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera
            Timur, 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1985.
Sinar, Tengku Luckman, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Sinar Budaya Group, 2011.
Widjijanto, Yudi Prasetyo, Perkembangan Transportasi Kereta Api di Perkebunan Deli    (Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo).


                [1]  repository.usu.ac.id.
                [2] Penduduk yang bertempat tinggal di kampung-kampung itu selalu ada rumpun pepohonan yang ditumbuhi buah-buahan, kelapa sawit, dan rupun-rumpun bambu. Pohon buah-buahan itu terdiri dari nangka, sukun, durian, mangga, manggis, jambu biji, jambu bol, delima, rambutan, asam jawa, papaya, jambu monyet, jeruk dan pisang juga pohon-pohon palem seperti kelapa dan pinang. 
                [3] Karl J. Pelzer, Toean Keboen Dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur, 1863-1947 (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), hal 20-22.
                [4]  Indera “Diversifikasi Usaha Deli Spoorweg Maatschappij: Studi Sejarah Perusahaan di Sumatera Timur (1883-1940), hal 1.
                [5] Abdul Kadir “ Transportasi: Peran Dan Dampaknya Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional”, hal 123.
                [6]  Tengku Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Sinar Budaya Group,2011, hlm 61
                [7] J.T. Cremer menjabat sebagai administrator di Sumatera Timur atau manajer Maskapai Deli sejak tahun 1871 sampai 1873 dan sebagai Menteri Jajahan di Negeri Belanda dari tahun 1888 sampai 1923. Cremer yang membangun terus di atas landasan yang telah diletakkan oleh Nienhuys, mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan Sumatera Timur. Ia adalah seorang tokoh terkemuka di kalangan pengusaha onderneming.
                [8] Tengku Luckman Sinar, Loc.Cit. hal.61
                [9] Erond L. Damanik, “Deli Spoorweg Maatschappij: Kontribusi Perkebunan Deli Dalam Pengembangan Transportasi Di Sumatera Utara”, Artikel Sejarah (Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan).
                [10] Yudi Prasetyo Widjijanto, Perkembangan Transportasi Kereta Api di Perkebunan Deli (Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo) hlm.5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KAPITA SELEKTA SEJARAH INDONESIA : Korespondensi Cina Di Hindia Belanda 1865-1949

Korespondensi Cina Di Hindia Belanda, 1865-1949 SIEM TJONG HAN, M.D . Artikel ini merupakan upaya untuk menggambarkan beberapa aspek ...