BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah Indonesia sejak masa
kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor perkebunan, karena
sektor ini memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam pembentukan
berbagai realitas sosial ekonomi masyarakat di Indonesia. Perkebunan di satu
sisi dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat Indonesia dengan
ekonomi dunia. Perkebunan dapat memberikan keuntungan finansial yang besar,
serta membuka kesempatan ekonomi baru[1].
Sumatra Timur sangat terkenal dengan
perkebunan-perkebunan besar. Ketika masuknya John Anderson pada tahun 1823 ke
Sumatra Timur yang mengamati adanya sektor yang mencolok yaitu di bidang
pertanian[2].
Pengamatan Anderson mengenai penanaman tembakau di Deli sangat penting, karena
tanaman inilah yang kemudian membuat Deli terkenal ke selutuh dunia[3].
Sejarah perkebunan Deli dimulai
ketika langkah kerja Jacobus Nienhyus dan para perintis pengusaha perkebunan
yang pertama kali membuka wilayah perkebunan di Sumatra Timur pada tahun 1863.
Hasil ekspor tembakau deli menguasai pasar Eropa.
Dengan hal ini memberikan dorongan
pembangunan fisik jaringan kereta api sebagai jawaban untuk memenuhi kebutuhan
dalam pengangkutan hasil bumi. Dalam memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Sumatera
Timur maka didirikan perusahaan kereta api, yang dikenal dengan Deli Spoorweg
Maatschappij (DSM).
Deli Spoorweg Maatschappij (DSM)
merupakan perusahaan swasta Belanda yang memiliki hak dan konsesi pembangunan
jaringan kereta api di Sumatra Timur. Kepemilikan serta operasionalnya secara
tidak langsung mendapat prioritas utama pemerintah kolonial Belanda. Alasan ini
diarahkan untuk mengangkut hasil-hasil perkebunan dan penumpang dari dan ke
daerah pedalaman sepanjang pantai timur Sumatra menuju pelabuhan Belawan. Skala
prioritas ini memberi arti bahwa perusahaan kereta api ini mampu mengimbangi
laju pertumbuhan ekonomi perkebunan swasta di Sumatra Timur[4].
Transportasi merupakan unsur yang
penting dan berfungsi sebagai kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial,
politik dan mobilitas penduduk yang timbul bersamaan dan mengikuti perkembangan
yang terjadi dalam berbagai bidang dan sector. Seperti halnya pada transportasi
kereta api yang memiliki posisi penting dan strategis dalam memperlancar roda
perekonomian[5].
Daerah pantai timur Sumatera
memiliki tanah yang subur sehingga sangat cocok untuk penanaman komoditi
ekspor, seperti tembakau, karet, sawit dll. Tanaman ekspor ini sebagian besar
dikelola perkebunan besar milik asing baik pengusaha Belanda maupun pegusaha
asing lainnya. Sebelum kedatangan Belanda di wilayah Sumatra Timur merupakan
hutan belantara yang memiliki keuntungan ekonomi yang kecil. Namun dalam
beberapa decade terbukti wilayah Sumatera Timur berubah menjadi salah satu
daerah penghasil komoditi ekspor tembakau terpenting di Hindia Belanda. Letak
geografis wilayah pantai Sumatera Timur memberi arti tersendiri dalam
pengembangan perkebunan-perkebunan besar, berjalan seiring dengan kebutuhan
ekspor kolonial. Hal ini terbukti wilayah Sumatera Timur memiliki prospek untuk
penanaman tembakau yang bernilai tinggi.
Menyadari pentingnya peranan
perusahaan kereta api sebagai sarana penunjang, pendorong dan penggerak bagi
pertumbuhan daerah yang berpotensi. Deli Spoorweg Maatschappij tentu memiliki
berbagai langkah dan kebijakan untuk kelangsungan aktifitas operasionalnya.
Deli Spoorweg Maatschappij sebagai perusahaan swasta ternyata menyumbangkan
dasar pembangunan ekonomi wilayah pantai Timur Sumatera.
Maka
dari itu penulis tertarik untuk menulis makalah sebagai bentuk karya ilmiah
mengenai perusahaan swasta belanda berupa transportasi dengan judul “
PERKEMBANGAN DE DELI SPOORWEG MAATSCHAPPIJ DI SUMATERA TIMUR TAHUN 1883-1940”.
BAB II
ISI
2.1 Sejarah Awal Berdiriya Kereta Api
Deli di Sumatera Timur
Keberadaan kereta api di Sumatera Timur tidak terlepas
dari adanya pengaruh pemerintah kolonial Belanda yang memprakarsai pembangunan
sarana transportasi kereta api Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) untuk
mengangkut hasil perkebunan. Perkembangan yang pesat dari tanaman tembakau
sejak abad ke-19 menyebabkan dibangunnya perusahaan kereta api Deli ini.
Dibangunnya perusahaan kereta api Deli ini agar transportasi lebih cepat dan
tidak terganggu lumpur-lumpur di jalanan ketika musim hujan datang[6].
Inisiatif pertama pembuatan jalan kereta api ini datang
dari J.T. Cremer[7]
yakni manajer perusahaan Deli (Deli Maatschappij) yang menganjurkan agar
jaringan Kereta Api di Deli segera mungkin dapat di bangun dan direalisasikan,
mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan di Deli. Kemudian pada tanggal 23 Januari 1883 “Deli
Maatschappij” memperoleh konsesi dari pemerintah Belanda untuk membangun jalan
kereta api dari Belawan-Medan-Deli Tua- Timbang Langkat (Binjai). Pada bulan
Juni 1883 konsesi ini dialihkan kepada perusahaan “Deli Spoorweg Maatschappij”
yang baru didirikan oleh “Deli Maatschappij”.
Lima tahun kemudian diperoleh konsesi-konsesi untuk
membuka cabang-cabang jaringan lintasan ke Serdang – Perbaungan – Serdang –
Hulu. Jaringan lintasan pertama dibuka pada bulan Juni 1886 dan seluruh
jaringan landasan 63 mil selesai dalam tahun 1889. Apabila
perkebunan-perkebunana baru mulai dibuka arah ke Selatan maka jalan kereta api
juga turut menyusul dibuka ke arah Selatan tersebut. Dengan dibukanya
tambang-tambang minyak di Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu maka dalam tahun
1900 jaringan lintasan baru dibuka pula kesana. Kesemuanya telah dibuka 162 mil
jaringan lintasan dengan 54 stasiun. Perkembangan jaringan lintasan kereta api
cukup signifikan sejalan dengan ekspansi pengusaha perkebunan-perkebunan ke
beberapa kawasan di Sumatera Timur.
Pada tahun 1888 kawasan-kawasan seperti Belawan, Deli dan
Binjai telah dapat dilalui oleh kereta api. Kemudian di tahun 1904 pembangunan
kereta api dilanjutkan dengan menghubungkan antara Lubuk Pakam – Bangun Purba[8].
2.2 Lintasan Kereta Api Deli di
Sumatera Timur
Pada tahun 1889 pembangunan mendapatkan konsensi untuk
menyambung jalan Kereta Api itu dari
Medan via Serdang
ke Perbaungan dan
dari Medan ke
Timbang Langkat sampai
selesai. Ijin Kereta Api
sampai perbaungan pada
tanggal 18 Februari
1890. Dapat dibandingkan
bagaimana pentingnya
pembukaan ijin Kereta
Api untuk perkebunan-perkebunan tersebut.
Sebagai contoh dikemukakan bahwa
di tahun 1882 ongkos angkut tembakau per kereta lembu di dalam musim kering di
dalam Labuhan ke Medan adalah f 460 sedangkan muatannya hanya sebanyak 600 kg. Berdasarkan surat
keputusan Gubernur Jenderal
Belanda maka pada
tanggal 23 Januari
1883, permohonan konsensi dari
pemerintah Belanda untuk
pembangunan jaringan Kereta
Api yang menghubungkan Belawan - Medan - Deli - Tua - Timbang Langkat
(Binjai) direalisasikan. Dan
konsensi untuk pembangunan dan
pengoperasian Kereta Api
dari pelabuhan ke
Belawan untuk toewa
Deli Medan, dengan cabang di Medan untuk Timbang - Langkat di Deli.
Pada tahun
itu pula, presiden komisaris DSM, Peter Wilhem Janssen
merealisasikan pembangunan rel Kereta Api pertama sekali di Sumatera Utara yang
menghubungkan Medan-Labuhan yang
diresmikan penggunaannya pada tanggal 25 Juli 1886. Perusahaan DSM merupakan
satu-satunya perusahaan dari
11 perusahaan Kereta
Api di Sumatera Utara
yang ada di
Hindia Belanda. Pada
waktu itu, pembangunan
jalan Kereta Api di
Sumatera Utara dibangun
pertama dari Labuhan
Pakam ke Batak
sekitar 11 Km-13
Km dan dalam pembangunan jaringan
Kereta Api ini
membutuhkan biaya yang
sangat banyak, yakni
sekitar seratus dolar tujuh puluh
f22.770. Keputusan pengeluaaran ini akan dibebankan pada anggaran 1897. Dengan adanya
surat tanggal 31 Maret dimana diserahkan oleh administrator perusahaan Kereta
Api Deli untuk memberikan perintah atau ijin pembangunan dan pengoperasian
Kereta Api dari Perbaoengan, Tebing Tinggi,
Laboean Serdang sampai
ke simpang Kuala.
Jalur Kereta Api
Medan-Belawan yang berjarak sekitar 21
Km, pada saat
itu memiliki beberapa
stasiun yaitu, stasiun
Medan – Gloegoer – Poeloebraijan – Mabar -Titi papan - Kampung Besar - Laboean
- Belawan – Pasar Belawan - dan Pelabuhan Belawan.
Data Lintasan
dan Panjang Rel Kereta Api Deli tahun 1883-1940[9].
Lintas rel
|
Panjang (Km)
|
SK
|
Peresmian
|
Medan-Labuhan
|
16.743
|
No.17, tgl 23 Jan 1883
|
25 Juli 1886
|
Medan-Binjai
|
20.888
|
No.17, tgl 23 Jan 1883
|
01 Mei 1887
|
Medan-Delitua
|
11.249
|
No.17, tgl 23 Jan 1883
|
04 Sep 1887
|
Labuhan-Belawan
|
6.162
|
No.17, tgl 23 Jan 1883
|
16 Feb 1888
|
Medan-Serdang
|
20.122
|
No. 09, tgl 28 Apr 1988
|
01 Jul 1889
|
Serdang-Parbaungan
|
17.668
|
No. 09, tgl 28 Apr 1988
|
07 Feb 1890
|
Binjai-Selesai
|
10.576
|
No. 01, tgl 20 Jun 1889
|
19 Des 1890
|
Kp Baru-Arnhemia
|
14.872
|
No. 62, tgl 26 Jul 1906
|
01 Okt 1907
|
Pakam-Bangun Purba
|
27.936
|
No. 25, tgl 13 Jul 1901
|
10 Apr 1904
|
Selesai-Kuala
|
9.943
|
No. 33, tgl 11 Aug 1901
|
5 Nov 1902
|
Bamban-Perbaungan
|
30.350
|
No. 02, tgl 12 Feb 1900
|
11 Apr 1902
|
Bamban-Rantau Laban
|
10.680
|
No. 24, tgl 20 Sep 1901
|
02 Mar 1903
|
Stabat-Rantau Laban
|
22.428
|
No. 01, tgl 13 Jul 1900
|
20 Juni 1903
|
Stabat-Binjai
|
24.036
|
No. 01, tgl 13 Jul 1900
|
01 Aug 1904
|
Tanjung Pura-Brandan
|
19.505
|
No. 01, tgl 13 Jul 1900
|
15 Des 1904
|
Delitua-P. Batu
|
3.035
|
No. 28, tgl 10 Jun 1915
|
01 Des 1915
|
Brandan-Besitang
|
14.990
|
No. 56, tgl 26 Okt 1917
|
29 Des 1919
|
Besitang-P. Susu
|
9.510
|
No. 56, tgl 26 Okt 1917
|
01 Des 1921
|
Tebing-Siantar
|
48.464
|
No.02, tgl 25 Aug 1914
|
05 Mei 1916
|
Rt. Laban-Tj. Balai
|
95.602
|
No. 14, tgl 19 Sep 1912
|
06 Aug 1915
|
Tj. Balai-Tlk. Nibung
|
4.592
|
No. 14, tgl 19 Sep 1912
|
01 Feb 1918
|
Kisaran-Membang Muda
|
57.111
|
No. 06, tgl 13 Des 1926
|
19 Aug 1937
|
Membang Muda-Milano
|
44.199
|
No. 07, tgl 24 Okt 1928
|
19 Aug 1937
|
Milano-Rt. Prapat
|
12.562
|
No. 07, tgl 24 Okt 1928
|
19 Aug 1937
|
Total Panjang Rel
|
553.223
|
Jalan rel Kereta Api merupakan sarana utama dalam perKereta
Apian karena rangkaian Kereta Api hanya dapat melintas diatas jalan yang dibuat
secara khusus untuknya. Lebar jalan rel yang pernah ada di
Hindia Belanda di
bedakan dengan lebar
spoor 1.435 mm, 1.067 mm,
750 mm, 600
mm. Sedangkan tipe rel
yang pernah digunakan
di Hindia Belanda
meliputi tipe - R25, R-33.,
R-42, dan R-54.
Pentingnya
transportasi Kereta Api
tercermin semakin meningkatnya
kebutuhan jasa angkutan bagi
mobilitas penumpang maupun barang secara aman, nyaman, cepat, tepat dan beratur
dengan biaya yang dapat terjangkau daya
beli masyarakat. Hal ini berarti transportasi
Kereta Api memiliki posisi penting dan
strategi dalam memperlancar roda perekonomian.
Menyadari pentingnya peranan perusahaan Kereta Api sebagai sarana
penunjang, pendorong dan penggerak pertumbuhan daerah yang berpotensi berarti transportasi
Kereta Api memiliki posisi penting
dalam memperlancar roda perekonomian.
Kereta Api sangat dibutuhkan untuk mengangkut hasil
perkebunan tidah hanya tembakau melainkan
juga tanaman seperti karet, kelapa
sawit dan sebagainya.
Dan lebih dari
65 jenis barang yang dapat diangkut 17 barang yang
diangkut, misalnya kayu bakar, semen, papan, batu, besi rel, karet, tembakau, minyak
sawit, kopi. Hasil
pertanian dan kerajinan
rakyat, anatara lain
padi, atap, dan sebagainya. Jenis
barang yang diangkut
sebagian besar merupakan
kebutuhan pokok masyarakat
kota dan komuditi ekspor
yang di kirim
ke luar negeri
melalui pelabuhan Belawan.
Tanaman ekspor ini sebagian
besar dikelolah perkebunan
besar milik Asing
baik pengusaha swasta
maupun milik pemerintah. Ada 3
stasiun besar di Deli
yaitu: Stasiun Timbang
Langkat, Stasiun Medan
dan Stasiun Belawan yang
mempunyai fungsi sebagai transit dari halte-halte yang ada. Alasan ini
diarahkan untuk tujuan mengangkut hasil-hasil
perkebunan dari dan
kedaerah pedalaman sepanjang
pantai Timur Sumatera menuju
Pelabuhan Belawan. Skala
prioritas ini memberi
arti bahwa perusahaan
Kereta Api ini mampu mengimbangi
laju pertumbuhan ekonomi perkebunan swasta di Sumatera Utara[10].
2.3 Dampak Perkembangan Kereta Api di
Perkebunan Deli Sumatera Timur
Pada dampak perkembangan kereta api di perkebunan Deli
telah mendorong pertumbuhan perekonomian
di sektor lain yang pada akhirnya membuat Deli menjadi daerah yang maju dan
berkembang pesat. Lintasan kereta api yang dibangun untuk memperlancar
distribusi hasil perkebunan. Pembangunan jaringan jalan kereta api membawa
dampak yang luar biasa pada pola pemukiman kota. Setelah pembuatan jaringan
jalan kereta api mulai dioperasikan banyak sultan-sultan, para pedagang,
pejabat pemerintah Hindia Belanda dan semua orang kecuali para nelayan yang
tinggal di pantai, mulai berpindah ke padalaman. Terjadinya perpindahan
penduduk yang pada mulanya bermukim di dekat pantai ke kota-kota pedalaman yang
terletak sekitar dijalan kereta api mendorong peluang terjadinya interaksi
antara masyarakat pedalaman dan penduduk yang berada di kota-kota perdagangan.
Proses perpindahan penduduk sebagai akibat kemajuan transportasi, sehingga
dampak perpindahan penduduk dari desa ke kota. Proses ini melahirkan kota-kota
perdagangan baru di wilayah Sumatera.
Pembangunan jalan kereta api membawa dampak bagi
perkebunan Deli Sumatera Timur. Wilayah ini menjadi perkebunan besar yang
berperan penting dala perkebangan perkebunan, peran penting tersebut adalah
sarana transportasi yang memadai sejak transportasi kereta api dikembangkan.
Banyak investor asing datang ke Sumatera Timur untuk menjadi toean kebun.
Dengan adanya transportasi kereta api sehingga perusahaan Deli Spoorweg
Maatschappij sebagai satu-satunya perusahaan transportasi pada waktu itu
berkembang dengan cepat menjadi jaringan Kereta Api regional. Perkembangan ini
mendorong pada waktu yang sama dibangun jaringan telefon dan telegram di
wilayah perkebunan Deli.
Bila
dilihat dari dampak sosialnya, bahwa masyarakat perkebunan di Sumatera Timur
memiliki sifat yang memiliki cirri karena hegemoni para tuan kebun dan
kekerasan yang menandai perlakuannya terhadap para kuli sangatlah menonjol di
Deli. Kota yang berkebang dan terletak di pinggiran daerah jajahan tumbuh cepat
sebagai factor yang dominan, serta keberadaan buruh yang bersifat sementara.
Struktur masyarakatnya terbagi dalam dua golongan yang menjadi tenaga penggerak
dalam bidang perkebunan yaitu para majikan dan sebagian besar tenaga kerja(para
kuli). Mereka memanfaatkan daerah yang strategis,
sehingga peranan dari masing-masing golongan dapat terlihat jelas. Adanya
perkebunan di Deli tumbuh menjadi kota seperti di duniat Barat dan menjadi
indah.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejak kedatangan Jacob Nienhuys pada tahun 1863 di
Sumatera Timur dan sebagai peletak dasar perkebunan di Sumatera Timur telah
berhasil mengembangkan komoditas tembakau menjadi komoditas unggulan di Hindia
Belanda. Pada kurun waktu 1863-1870-an perkembangan perkebunan di Sumatera
Timur berkembang pesat pada tahun 1880, membutuhkan alat transportasi yang
dapat memuat hasil perkebunan dengan cepat dan jangka waktu yang sangat singkat
dibandingkan dengan menggunaka alat transportasi tradisional.
Pembangunan jaringan kereta api di Deli merupakan
inisiatif J.T. Cermer yakni manajer perusahaan Deli( Deli Maatschappij)
menganjurkan agar jaringan kereta api di Deli segera mungkin dibangun dan
realisasikan mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli.
Konsesi pembangunan jaringan jalan kereta api diberikan oleh pemerintah kepada
perusahaan tembakau Deli Maatschappij tahun 1883. Izin konsesi tersebut
dipindahtangankan pengerjaannya dari Deli Maatschappij kepada Deli Spoorweg
Maatschappij(DSM).
Tujuan pembangunan jaringan kereta api ini untuk
mengangkut hasil produksi perkebunan dari daerah-daerah perkebunan di pedalaman
Deli ke Pelabuhan Belawan untuk selanjutnya diekspor ke luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik,
Erond L, Deli Spoorweg Maatschappij:
Kontribusi Perkebunan Deli Dalam
Pengembangan
Transportasi Di Sumatera Utara, Artikel Sejarah(
Pusat Studi Sejarah &
Ilmu-ilmu Sosial Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Medan).
Indera,
Diversifikasi Usaha Deli Spoorweg
Maatschappij: Studi Sejarah Perusahaan di Sumatera
Timur(1883-1940).
Kadir,
Abdul, Transportasi: Peran dan Dampaknya
Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional.
Kalo,
Syafruddin, Kapita Selekta Hukum
Pertanahan: Studi Tanah Perkebunan di Sumatera
Timur,
Medan: USU Press, 2005.
Pelzer,
Karl. J, Toean Keboen dan Petani: Politik
Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera
Timur,
1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1985.
Sinar,
Tengku Luckman, Sejarah Medan Tempo
Doeloe, Medan: Sinar Budaya Group, 2011.
Widjijanto,
Yudi Prasetyo, Perkembangan Transportasi
Kereta Api di Perkebunan Deli (Program
Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo).
[2] Penduduk
yang bertempat tinggal di kampung-kampung itu selalu ada rumpun pepohonan yang
ditumbuhi buah-buahan, kelapa sawit, dan rupun-rumpun bambu. Pohon buah-buahan
itu terdiri dari nangka, sukun, durian, mangga, manggis, jambu biji, jambu bol,
delima, rambutan, asam jawa, papaya, jambu monyet, jeruk dan pisang juga
pohon-pohon palem seperti kelapa dan pinang.
[7] J.T.
Cremer menjabat sebagai administrator di Sumatera Timur atau manajer Maskapai
Deli sejak tahun 1871 sampai 1873 dan sebagai Menteri Jajahan di Negeri Belanda
dari tahun 1888 sampai 1923. Cremer yang membangun terus di atas landasan yang
telah diletakkan oleh Nienhuys, mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan
Sumatera Timur. Ia adalah seorang tokoh terkemuka di kalangan pengusaha
onderneming.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar