BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di
Amerika Serikat, perang ini secara resmi dideskripsikan sebagai tindakan polisi
(police action) karena tidak adanya deklarasi perang resmi dari Kongres AS.
Dalam bahasa sehari-hari, perang ini juga sering disebut The Forgotten War
("perang yang terlupakan") dan The Unknown War ("perang yang
tidak diketahui") karena dianggap sebagai urusan PBB, berakhir buntu
(stalemate), sedikitnya korban dari pihak AS, dan kurang jelasnya isu-isu
menjadi penyebab perang ini, bila dibandingkan dengan Perang Vietnam dan Perang
Dunia ke-2.Di Korea Selatan, perang ini biasa disebut sebagai Perang 6-2-5
(yuk-i-o jeonjaeng) yang mencerminkan tanggal dimulainya perang pada 25 Juni.Di
Korea Utara, perang ini secara resmi disebut Choguk haebang chǒnjaeng
("perang pembebasan tanah air"). Perang ini juga disebut Chosǒn
chǒnjaeng ("Perang Joseo", Joseon adalah sebutan Korea Utara untuk
tanah Korea). Di Republik Rakyat Cina, perang ini secara resmi disebut Chao
Xian Zhan Zheng (Perang Korea). kata "Chao Xian" merujuk ke Korea
pada umumnya, dan secara resmi Korea Utara.Istilah Perang Korea juga dapat
menyatakan pertempuran sebelum invasi maupun setelah gencatan senjata
dilakukan.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II
muncul persaingan-persaingan baru antara Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok
Timur (Uni Soviet) yang lebih dikenal dengan sebutan “Perang Dingin”. Adapun
negara-negara yang telah menjadi korban akibat dari Perang Dingin diantaranya:
1.
Vietnam, yang terpecah menjadi Vietnam Utara dan
Vietnam Selatan
2.
Jerman, terpecah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur
3.
Korea, terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara
Dalam perjanjian Yalta pada tahun 1945 disebutkan
bahwa, Uni Soviet akan mengumumkan perang kepada Jepang setelah Perang di Eropa
selesai. Dimana pasukan Uni Soviet akan menyerang Jepang melalui Semenanjung
Korea. Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet melancarkan serangannya terhadap
pasukan Jepang lewat Semenanjung Korea hingga mencapai garis batas 38º LU.
Selama enam hari peperangan Uni Soviet keluar sebagai pemenang, tepatnya pada
tanggal 14 Agustus 1945 pasukan Jepang menyerah kepada sekutu dengan ketentuan
pasukan Jepang yang berada disebelah Utara garis 38º LU menyerah kepada Uni
Soviet, sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah Selatan garis 38º LS
menyerah kepada Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi dasar pembagian Korea,
sehingga garis batas 38º Lintang Utara (LU), menjadi garis batas demarkasi
antara Korea Utara dan Korea selatan.
B. RUMUSAN MASALAH
Pada pembahasan ini
kita akan membahas tentang:
1.
Bagaimana keadaan negara Korea setelah
Perang Dunia II
2.
Apakah penyebab terjadinya konflik
antara Korea Utara dan Korea Selatan
3.
Bagaimana jalannya perang antara Korea
Utara dan Korea Selatan
4.
Bagaimana upaya penyelesaian konflik
antara Korea Utara dan Korea Selatan
5.
Apakah dampak dari perang Korea terhadap
kedua negara dan dunia
6.
Bagaimana hubungan kedua negara setelah
perang hingga saat ini
7.
Bagaimana peranan negara-negara Asia Timur dalam penyelesaian konflik Korea Utara dan Korea
Selatan
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Dapat
kita ketahui bahwa tujuan pembahasan dari konflik antara Korea Utara dan Korea
Selatan yaitu:
1.
Kita dapat mengetahui penyebab pecahnya
Korea menjadi dua
2.
Kita dapat mengetahui bagaimana jalannya
Perang Korea
3.
Mengetahui bagaimana kondisi kedua
negara dan awal permasalahan yang di hadapi hingga dewasa ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keadaan Negara Korea Setelah Perang
Dunia II
Pada November 1943, Franklin Roosevelt, Winston Churchill,
dan Chiang Kai-shek bertemu di Konferensi Kairo untuk membahas apa yang harus terjadi
pada koloni Jepang, dan
setuju bahwa Jepang harus kehilangan semua wilayah taklukkannya karena
dikhawatirkannya bahaya kebangkitan Jepang. Dalam pernyataan setelah konferensi
ini, Korea
disebutkan untuk pertama kalinya. Tiga kekuatan menyatakan bahwa
"kesadaran akan perbudakan rakyat Korea ditentukan bahwa pada saatnya
Korea akan menjadi bebas dan merdeka" (Konferensi Kairo). Bagi nasionalis
Korea yang menginginkan kemerdekaan langsung, frasa "pada waktunya"
adalah alasan kecemasan. Roosevelt mungkin telah mengusulkan kepada Stalin
bahwa 3 atau 4 tahun berlalu sebelum Korea merdeka sepenuhnya; Stalin keberatan,
dengan mengatakan bahwa periode waktu yang lebih singkatlah yang diinginkan.
Pada kasus manapun, perbincangan Korea di antara Blok Sekutu tidak akan
dilanjutkan hingga kemenangan atas Jepang semakin dekat.
Dengan berakhirnya perang yang tampak
pada bulan Agustus 1945, masih belum ada mufakat mengenai nasib Korea di antara
pemimpin Sekutu. Banyak orang Korea di Semenanjung Korea telah membuat rencana
mereka sendiri untuk masa depan Korea, dan beberapa dari rencana ini termasuk
pendudukan kembali Korea oleh kekuatan asing. Menyusul pengeboman atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, tentara Uni Soviet menyerbu Manchuria,
sesuai kesepakatan Joseph Stalin dengan Harry Truman
selama konferensi Potsdam. Namun, para pemimpin Amerika
khawatir bahwa seluruh semenanjung mungkin akan diduduki oleh Uni Soviet, dan
ketakutan ini mungkin juga mengarah pada pendudukan Soviet atas Jepang.
Peristiwa berikutnya menunjukkan rasa takut ini menjadi tidak berdasar. Pasukan
Soviet tiba di Korea sebelum tibanya pasukan Amerika, tetapi mereka hanya
menduduki bagian utara semenanjung, menghentikan perjalanan mereka di 38
derajat Lintang Utara, sesuai dengan kesepakatan mereka dengan Amerika Serikat.
Pada tanggal 10 Agustus 1945 dua perwira muda Dean Rusk dan Charles
Bonesteel ditugaskan
untuk menciptakan zona pendudukan Amerika. Bekerja pada pemberitahuan yang
sangat pendek dan sama sekali tidak punya persiapan yang cukup untuk tugas itu,
mereka menggunakan peta National Geographic untuk menentukan 38 derajat LU;
mereka memilihnya karena garis itu membagi Korea kira-kira di tengah-tengah
tetapi akan menjadikan ibukota Seoul di bawah kendali Amerika. Tidak ada
ahli tentang Korea yang diminta konsultasi dan kedua orang tidak menyadari
bahwa empat puluh tahun sebelumnya, Jepang dan Rusia telah membahas pembagian Korea pada
sepanjang garis lintang yang sama; Rusk kemudian mengatakan bahwa dia tahu, dia
"hampir pasti" akan memilih garis yang berbeda. Bagaimanapun, keputusan
itu dituliskan secara tergesa-gesa ke dalam Orde Umum Nomor
1 untuk pengurusan
Jepang pascaperang.
Jenderal Nobuyuki Abe, Gubernur Jenderal Jepang di Korea yang terakhir, telah berhubungan dengan sejumlah orang
Korea yang berpengaruh sejak awal Agustus 1945 untuk mempersiapkan peralihan
kekuasaan. Pada 15 Agustus 1945, Lyuh Woon-Hyung, politisi sayap kiri yang moderat,
setuju untuk mengambil alih. Dia bertugas mempersiapkan pembentukan sebuah
negara baru dan bekerja keras untuk membangun struktur pemerintahan. Pada 6 September 1945, wakil-wakil kongres bersidang di
Seoul. Penyusunan dasar negara Korea modern berlangsung hanya tiga minggu
setelah Jepang menyerah. Pemerintah didominasi oleh sayap kiri, yang
sebagiannya disebabkan oleh banyak pejuang antipenjajahan yang setuju dengan
banyak pandangan komunisme mengenai imperialisme dan kolonialisme.
Pada 7 September 1945, Jenderal Mac Arthur
mengumumkan bahwa Letnan Jenderal John R. Hodge mengelola urusan Korea, dan Hodge
mendarat di Incheon baserta pasukannya keesokan harinya. "Pemerintah Sementara Republik Korea" mengirimkan delegasi beserta tiga orang
penerjemah, namun dia menolak untuk menemui mereka. Dengan fokus mereka lebih
dominan terhadap Jepang, penguasa militer Amerika menjadi kurang perhatian
terhadap Korea dan tentara pada umumnya tidak ingin ditugaskan di sana.
Sementara Jepang diletakkan di bawah pemerintahan sipil, Korea ditempatkan di
bawah pemerintahan langsung satuan militer. Sedikit perubahan di dalam
administrasi negara itu, petugas yang melakukan pelayanan di bawah otoritas
Jepang tetap berada di posisi mereka masing-masing. Gubernur Jepang tidak
diberhentikan sampai pertengahan September dan banyak petugas Jepang berada di
kantor sampai 1946. Keputusan tersebut membuat marah sebagian besar warga
Korea, karena Jepang selama ini telah membantu mengeksploitasi Korea. Kemarahan
ini semakin menjadi-jadi tatkala militer Amerika memilih untuk memberikan
banyak posisi pemerintahan bagi orang Korea yang dianggap telah mengkhianati
negara mereka sendiri dengan bekerja sama dengan penguasa Jepang.
Penguasa pendudukan Amerika Serikat di
Korea bagian selatan melihat banyak upaya pemerintah pribumi sebagai
pemberontakan komunis dan menolak untuk mengakui "Pemerintahan
Sementara". Namun, seorang anti-komunis bernama Syngman Rhee,
yang pindah kembali ke Korea setelah puluhan tahun di pengasingan di Amerika
Serikat, dianggap sebagai calon yang dapat diterima untuk memimpin negeri ini
sementara waktu karena ia dianggap ramah kepada Amerika Serikat. Di bawah Rhee,
pemerintah sementara Korea Selatan melakukan sejumlah kampanye militer melawan
pemberontak sayap kiri yang mengangkat senjata melawan pemerintah dan
menganiaya lawan-lawan politik lainnya. Selama beberapa tahun berikutnya,
antara 30.000 dan 100.000 orang kehilangan nyawa mereka selama perang melawan
pemberontak sayap kiri. Pada Agustus 1948, Syngman Rhee menjadi presiden
pertama Korea Selatan, dan pasukan Amerika Serikat meninggalkan semenanjung.
B. Penyebab Terjadinya Konflik Antara Korea
Utara dan Korea Selatan
Perang
Korea disebabkan oleh beberapa sebab yaitu:
Sebab-sebab Umum
a.
Adanya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet.
Salah satu dampak Perang Dunia II
adalah adanya Perang Dingin, yakni pertentangan antara Blok Barat dibawah
komandan Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet. Pihak Korea
Selatan yang berada dibawah pengaruh Amerika Serikat mengembangkan paham
liberal-kapitalis, sedangkan Korea Utara dibawah pengaruh Uni Soviet
mengembangkan paham sosialis-komunis.
b.
Pembagian wilayah korea menjadi dua bagian
Setelah Perang Dunia II berakhir,
Korea menjadi daerah yang dipersengketakan. Dimana beberapa hari sebelum Jepang
menyerah pada tanggal 10 Agustus 1945, Amerika Serikat dan Uni Soviet akan
menerima tawanan-tawanan perang Jepang yang berada didaerah Korea. Keputusan
ini didasarkan pada Perjanjian Potsdam 1945, yaitu membagi Korea menjadi dua
bagian dengan batas wilayah 38º Lintang Utara, menyerah kepada Amerika Seikat
dibawah pimpinan Letnal Jenderal John R.
Hogde. Sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah Utara garis 38º Lintang
Utara, menyerah kepada Uni Soviet dibawah pimpinan kolonel Jenderal Ivan M.
Christyalov.
Pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet
sebenarnya tidak menjadikan garis tersebut sebagai garis demarkasi antara Korea
Utara dan Korea Selatan, melainkan garis tersebut hanya merupakan batas wilayah
untuk menerima tawanan-tawanan Jepang pasca Perang Pasifik. Namun, pada
akhirnya garis tersebut berubah fungsi menjadi garis demarkasi antara
pertahanan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dengan demikian, pembagian wilayah
Korea menjadi dua bagian ini menjadi suatu garis pertikaian antara dua
kekuatan. Di lain pihak, secara tidak langsung hal ini mengahalangi cita-cita
bangsa Korea untuk menjadi bangsa yang merdeka dan bersatu.
c.
Tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet tentang pembentukan Korea Utara.
Pada bulan Desember 1945 diadakan
konferensi para menteri luar negeri di Moskow, konferensi ini diadakan sebagai
tindak lanjut dari Deklarasi Potsdam. Dalam konferensi tersebut memperoleh atau
menghasilkan kesepakatan antara Amerika Serikat, Uni Soviet dan Inggris yang
menyatakan akan membentuk pemerintahan Korea yang demokratis. Pemerintahan ini
merupakan pemerintahan perwakilan Internasional yang akan berlangsung selama
lima tahun, dimana dalam pemerintahan perwakilan tersebut pasukan-pasukan
Amerika Serikat maupun Uni Soviet ikut serta didalamnya (joint Commission).
Pelaksanaan pemerintahan perwakilan
Internasional ternyata tidak dapat diwujudkan, karena tidak adanya kesepakatan
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Masalah korea kemudian dibawa ke sidang
umum PBB. Pada tanggal 14 November 1947, sidang umum PBB memutuskan untuk
membentuk komisi yang disebut “United
Nations Temporary Commission on Korea” (komisi Sementara PBB untuk Korea).
Dari hasil sidang tersebut menyarankan agar selambat-lambatnya pada tanggal 13
Maret 1948, di Korea diadakan pemilihan umum untuk memilih wakil-wakil rakyat
Korea. Tugas dari komisi Sementara PBB untuk korea antara lain:
1) Mengadakan
pengawasan keberlangsungan pemilihan umum
2) Mengadakan
pembicaraan dengan para wakil rakyat hasil pemilihan umum untuk merundingkan
umum untuk merundingkan masalah kemerdekaan Korea.
3) Kemudian
setelah wakil Korea terpilih, maka PBB kemudian mengajukan rencana antara lain:
a.
Membentuk dewan Nasional
b.
Mendirikan pemerintahan Korea yang merdeka.
Sesudah pemerintahan Korea terbentuk
maka tentara pendudukan akan ditarik mundur. Korea selatan dan Amerika Serikat
dapat menjalankan rencana tersebut, sebab rencana itu pada dasarnya merupakan
siasat dari Amerika Serikat sendiri yang mendominasi dalam PBB. Akan tetapi,
Uni Soviet menolak hal tersebut dan mengusulkan, bahwa tentara pendudukan akan
ditarik mundur terlebih dahulu, dan baru kemudian mendirikan pemerintahan Korea
merdeka. Dengan demikian, korea menjadi ajang pencaturan politik dan militer
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Selanjutnya masing-masing pihak akhirnya
membentuk pemerintahan baru di Korea, yaitu:
1. Pada tanggal
15 Agustus 1948 Amerika Serikat membentuk Republik Korea (Korea Selatan) beribu
kota di Seoul, dengan Syngman Rhee sebagai Presiden pertama.
2. Pada tanggal
9 September 1948 Uni Soviet membentuk Republik Demokrasi Rakyat Korea (Korea
Utara) beribu kota di Pyongyang, dengan Kim II sung sebagai Presiden pertamanya.
Sebab-sebab Khusus
Pada bulan Desember 1948, sidang
umum PBB mengesahkan laporan tentang hasil-hasil pemilihan di Korea Selatan.
Sidang menyatakan bahwa pemerintahan Korea Selatan adalah satu-satunya
pemerintahan yang sah. Selain itu juga diputuskan terbentuknya komisi baru
Korea yakni Commission on Korea (Komisi tentang Korea), tugas dari komisi ini
antara lain:
1) Mengambil
alih komisi sementara PBB di Korea
2) Mencoba
mengadakan penyatuan Korea
3) Mengadakan
penyelidikan penarikan pasukan pendudukan di Korea.
Dengan adanya keputusan tersebut,
Korea Utara semakin membenci Korea Selatan dan Amerika Serikat. Korea Utara
merasa hak-haknya tidak diakui PBB. Dengan demikian, Uni Soviet terus mendukung
Korea Utara untuk mendapatkan hak-haknya dan mendapatkan wilayah Korea
seluruhnya dengan jalan kekerasan atau peperangan.
C. Jalannya Perang Antara Korea Utara
dan Korea Selatan
Perang Korea dari tanggal 25 Juni
1950—27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Perang ini juga disebut “Perang yang dimandatkan” (proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis
Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Berbagai cara telah
diupayakan oleh Korea Utara hingga akhirnya mengambil keputusan dengan cara
kekerasan atau peperangan. Pengumuman perang disiarkan ke seluruh kota melalui
radio Pyongyang. Pada hari minggu pukul
4, 25 Juni 1950, Korea Utara menyerang Korea Selatan. Serangan tersebut sangat
mengejutkan Korea Selatan sehingga terlihat Korea Utara lah yang
memenangkannya. Serangan ditujukan ke Ibukota Seoul, namun karena cuaca buruk,
yang berhasil diduduki hanya Kota Chuchon, Ongjin dan Kaesong yang merupakan
kota penting di Korea Selatan.
Kota Seoul baru dapat diduduki oleh
pasukan Korea Utara setelah tiga hari perang berlangsung yaitu pada tanggal 28
Juni 1950. Dengan direbutnya Seoul, berarti pihak Utara telah berhasil
menguasai 50-80 mil2 wilayah
teritorial Korea Selatan, 12 kota dan 5 ribu desa dalam jangka waktu empat hari.
Karena hal tersebut, Presiden Syngnam Rhee beserta staf pemerintahannya meninggalkan
Seoul dan memindah pemerintahan ke Taejon.
Perang Korea tidak hanya sebatas
perang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Namun, dibelakang negara tersebut
ada sekutu masing-masing yang membantu jalannya Perang. Amerika Serikat
mengetahui jika di belakang Korea Utara ada Uni Soviet, sehingga Amerika Serikat
memutuskan untuk membantu Korea Selatan. Dengan posisi Amerika dalam Dewan
Keamanan PBB, Amerika mengusulkan kepada DK PBB untuk bersidang membicarakan
Korea. PBB mengadakan sidang dan menghasilkan resolusi PBB yang antara lain
berisi sebagai berikut.
1) Mendesak
Korea Utara agar segera menghentikan perang dan menarik mundur
pasukan-pasukannya sampai garis batas 38° Lintang Utara.
2) Memberikan
sanksi kepada Korea Utara apabila pihak Korea Utara tidak memperdulikan desakan
tersebut, maka PBB dengan para anggotanya akan membantu Korea Selatan.
Pada 27 Juni, Presiden Truman
memerintahkan kepada Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk
memberi perlindungan kepada pasukan Korea Selatan. Amerika Serikat
berkosentrasi di Semenanjung Jepang Pulau Jepang. Strategi militer yang
dilakukan oleh Presiden Truman membuat bendungan dengan pasukan-pasukan yang
cukup kuat. Presiden Truman mengerahkan pasukan-pasukan Amerika Serikat yang
berada di Timur Jauh yaitu di Jepang, di bawah komando Douglas MacArthur
diperintahkan untuk mengadakan blokade di seluruh pantai Korea. Pemerintah Cina
di Taiwan diminta menghentikan operasinya di daratan Cina, serta
bantuan-bantuan militer kepada pemerintah Filipina dan Angkatan Perang Perancis
di Indocina ditingkatkan.
Hingga bulan Agustus 1950, pihak
Korea masih tetap unggul, karena hal berikut.
1) Korea Utara
dan Uni Soviet mampu membuat rakyat Korea Selatan bersimpati.
2) Logistik pihak Korea Utara terpencar, sehingga
sulit dihancurkan dan lebih lama dapat bertahan.
3) Pihak Korea
Utara mengadakan penyusupan dan penyamaran yang sangat rapi untuk melemahkan
pihak Selatan.
Selama tiga bulan (Juni, Juli,
Agustus) pihak Selatan mengalami kekalahan, maka untuk menghindari agar
Semenanjung Korea tidak jatuh ke pihak Utara, pihak Selatan membuat strategi
baru yang disebut “Pertahanan PBB”. Pertahanan tersebut dipusatkan di Pusan,
dan dikenal dengan nama “Pusat Parameter”. Daerah penting lain selain Pusan
adalah Taegu.
Mulai september 1950, keunggulan
menjadi milik Korea Selatan dengan berhasil direbutnya Seoul pada 26 September
1950 di bawah pimpinan Jenderal MacArthur. Keberhasilan tersebut menjadi
dorongan moral bagi pihak Selatan sehingga dapat melampaui garis batas 38°
Lintang Utara. Kekalahan pihak Utara tersebut juga merupakan kekalahan Uni
Soviet dan membuat RRC yang merupakan sekutu Uni Soviet membantu pihak Utara
sebagai tetangga baiknya dari serangan imperialis. Setelah memukul balik
tentara Korea Utara dari garis lintang 38 derajat, tentara koalisi Amerika di
bawah payung PBB mendekati Sungai Yalu yang berbatasan dengan Tiongkok. Mac
Arthur menjanjikan kepada pasukan koalisi untuk merayakan Natal dengan keluarga
masing-masing karena perang akan berakhir dan Korea akan bersatu dan
demokratis.
Namun, bukan Natal yang mereka
rayakan, tetapi usungan peti jenazah mendatangi keluarga tentara Amerika karena
Korea Utara kembali melakukan perlawanan. Dengan bantuan RRC, Korea Utara kembali
meraih kemenangan. RRC punya persiapan yang matang karena telah terlebih dahulu
mempelajari peta perang korea sehingga dapat mengusir pasukan PBB dari
Pyongyang untuk kembali ke Selatan. Karena perang Korea juga merupakan perang
antara Amerika dan Uni Soviet, maka Amerika pun tidak tinggal diam dengan ikut
campurnya RRC. Sehingga menurut Suko bahwa Jenderal MacArthur memberikan
wewenang kepada Jenderal Matthew B.Ridgway untuk melancarkan operasi-operasi di
Korea.
Jenderal Mattew juga diserahi
menggunakan personel tentara VIII dan Korps X yang berarti meliputi kekuatan
darat PBB seluruhnya. Pasukan PBB terdiri dari 15 negara, yakni Amerika
Serikat, Inggris, Perancis, Australia, Selandia Baru, Swedia, Thailand,
Belanda, Belgia, Kanada, Turki, Yunani, Afrika Selatan, India dan Filiphina.
Situasi perang yang tidak memungkinkan mendorong diadakannya perundingan dan
gencatan senjata. Perang Korea pada akhirnya membunuh 1 juta warga Korea,
seperempat warga Cina, dan tiga puluh empat ribu warga Amerika. Ini adalah
jumlah yang sangat besar untuk perang tiga tahun.
D. Upaya Penyelesaian Konflik Antara Korea
Utara dan Korea Selatan
Terjadi perang Korea (1950 - 1953)
sebab Korea Utara menyerbu Korea Selatan dibantu Uni Soviet dan RRC. PBB
membentuk pasukan Internasional dan berhasil mengusir perang kembali ke
perbatasan 38o LU. Maka selanjutnya diadakan sesbuah perundingan
untuk mencegah meluasnya perang. Pada 23 Juni 1951 Jacob Malik selaku wakil
tetap Uni Soviet di PBB, menyatakan bahwa bersedia mengadakan perundingan serta
akan segera mengirimkan wakil – wakilnya :
1)
Perundingan Kaesong (10 Juni – 22 Agustus 1951)
Perundingan di Kaesong disetujui
oleh pihak Korea utara maupun Korea selatan karena disebabkan oleh kedua belah
pihak memiliki masing – masing pendapat mengapa tempat Kaesong disetujui
sebagai tempat perundingan :
a. Pihak Korea
Utara mempertimbangkan bahwa Kaesong terletak 20 mil di dalam garis pertahanan
mereka
b. Bagi pihak
Korea Selatan dapat menimbulkan kesan bahwa mereka bersedia melaksanakan
perundingan.
c. Perundingan
di Kaesong merupakan strategi bagi RRC untuk menghambat gerakan PBB di Kaesong.
Kaesong merupakan wilayah yang strategis dalam menentukan kemenangan melalui
garis Lintang 38o, namun perundingan yang berlangsung selama tiga
bulan ini mengalami kegagalan, disebabkan kedua belah pihak tidak dapat saling
menghormati satu sama lain bahkan saling menuduh satu sama lainnya. Kegagalan
ini disebabkan tidak adanya kesepakatan tentang garis demokrasi.
2)
Perundingan di Panmunyom (25 Oktober – 27 Juni 1953)
Perundingan ini merupakan
perundingan yang bersambung pada perundingan di Kaesong. Dalam perundingan ini
masalah garis demokrasi dibahas dan menjadi hangat. Pihak utara mengusulkan
garis demokrasi selebar 2 mil, selanjutnya daerah ini dijadikan daerah bebas
militer. Tentu saja dengan persetujuan pihak Korea Selatan. Artinya
permasalahan pada perundingan sebelumnya yaitu perundingan Kaesong sudah teratasi
dan terselesaikan. Perundingan selanjutnya adalah perundingan genjatan senjata.
3)
Gencatan senjata
Pada tanggal 27 Juli 1953
diberlakukan genjatan senjata. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya, garis demokrasi militer yang memisahkan kedua belah pihak yang
telah ditentukan yaitu memanjang dari muara sungai Han. Dengan demikian, perang
Korea berakhir untuk sementara (sejak 1953 sampai sekarang) dalam situasi
perang tanpa letusan senjata. Dan keadaan kedua Negara dipecah menjadi dua
yaitu Korea selatan dan Korea utara dengan terpisahkan garis LU 38o.
Perang Korea yang berlangsung hingga
27 Juli 1953 memakan korban hampir tiga juta orang tewas. Pada tanggal 8
Agustus 1953, pakta pertahanan bersama antara Korea Selatan dan AS
ditandatangani di Seoul oleh John Foster Dolies (Menlu AS) dan Syngman Rhee
(Presiden Republik Korea Selatan). Perjanjian ini memberikan perlindungan atas
Korea Selatan oleh AS apabila ada serangan dari luar.
E. Dampak Dari Perang Korea Terhadap
Kedua Negara dan Dunia
Perang Korea ternyata menimbulkan
dampak yang cukup luas di dunia Internasional. Hal ini dikarenakan oleh
berbagai sebab, antara lain:
1.
Korea bekas daerah jajahan Jepang. Jepang merupakan
negara fasis terbesar di Asia yang menjadi kekuatan super dan mampu menjadi
saingan bagi negara-negara imperialis Barat, seperti Inggris, Amerika Serikat
dan Uni Soviet Jepang yang berhasil menganeksasi Korea sejak 1910 menjadi sorotan
dunia, karena Jepang dikategorikan penjahat perang setelah Jerman. Kekuatan
Jepang di Korea merupakan suatu hal penting yang perlu diperhitungkan oleh
negara-negara besar di dunia.
2.
Pasca perang
dunia II yang ditandai dengan kekalahan Jepang, Korea telah jatuh ke tangan
Amerika Serikat, Uni Soviet dan RRC. Ketiga negara tersebut adalah negara kuat
yang mempunyai pengaruh dan peranan yang cukup besar di dunia, karena
negara-negara di dunia pada saat itu mempunyai ketergantungan pada mereka,
khususnya kekuatan militer.
3.
Keikutsertaan PBB, telah melibatkan anggotanya untuk
menyelesaikan masalah Korea. Ini berarti, Perang Korea telah pula menyeret
negara-negara di dunia. Dengan demikian, Perang Korea juga membawa dampak bagi
dunia internasional.
Dampak Perang Korea bagi dunia
internasional, antara lain sebagai berikut:
1. Muncunya dua
Negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet
Amerika Serikat dan Uni Soviet
adalah Negara besar yang rnendominasi dunia pasca Perang Dunia II. Dengan
kedudukannya di Korea telah mendapatkan tempat yang strategis di Asia dalam
upaya mencari dukungan di Asia dalam perluasan pengaruhnya.
2. Munculnya
RRC sebagai kekuatan baru
Dalam perkembangan internasional
sedang mengalami polarisasi kekuatan Barat di bawah komando Amerika Serikat dan
kekuatan Timur di bawah pimpinan Uni Soviet, ternyata lebih cenderung untuk
menggabungkan diri pada kekuatan Timur. Dalam Perang Korea dengan jelas RRC
menyokong Korea Utara dan mengakibatkan perubahan fundamental politik di
kawasan Asia Pasifik.
Perang Korea telah menunjukkan
kekuatan RRC yang dapat menyaingi kekuatan militer Amerika Serikat. Apabila Uni
Soviet tidak mendapat bantuan militer dari RRC, Uni Soviet akan mengalami
kekalahan. Dengan adanya partner politik RRC-Uni Soviet sejak Perang Korea,
menambah kokohnya pertahanan komunis khususnya di Asia. Sebaliknya, dekatnya
hubungan Uni Soviet dan RRC, mengakibatkan putusnya hubungan diplomatik Amerika
Serikat-RRC.
RRC muncul sebagai kekuatan baru di
Asia, menggantikan kedudukan Jepang yang telah hancur. Didukung oleh jumlah
penduduk yang besar, perkembangan industri dan pertanian, RRC berhasil
mengembangkan militernya. Keunggulannya dibanding dengan Negara-negara lain di
kawasan Asia dan peranannya yang besar dalam Perang Korea, inilah yang mengubah
RRC menjadi kekuatan baru di Asia.
Melihat partnership RRC-Uni Soviet,
Presiden Truman memutuskan untuk menerapkan politik pembendungan komunis.
Selain itu, Amerika Serikat mengadakan perubahan secara fundamental terhadap
Jepang yang dapat digunakan Sebagai benteng utamanya di Asia. Bahkan Jepang
diizinkan untuk membentuk pasukan bela diri, dimaksudkan agar dapat menangkal
meluasnya pengaruh komunis.
Perkembangan komunis di Asia
terutama ditujukan pada RRC bukannya Uni Soviet, karena RRC adalah negara yang
berada di kawasan Asia, sehingga lebih banyak memahami seluk-beluk
Negara-negara di sekitarnya. Dengan demkian, posisi RRC di Asia lebih berbahaya
dibandingkan Uni Soviet di Eropa.
3. Munculnya
pertahanan bersama
Untuk menjaga keamanan dan
pertahanan seteteh Perang Korea, dan untuk membendung perkembangan komunis
secara intensif, menyadarkan negara-negara di dunia membentuk pertahanan
bersama dengan kepentingan yang berbeda. Secara kongkret pertahanan bersama
yang muncul setelah Parang Korea adalah South East Asia Treaty Organization
(SEATO) yang didirikan pada 1954 dengan anggota Amerika Serikat, Inggris,
Prancis, Australia, Selandia Baru, Filipina, Thailand, Pakistan dan Korea
Selatan. Pertahanan bersama ini merupakan salah satu upaya pembendungan komunisme
di Asia .
Dari uraian di atas, ternyata Perang Korea baik
langsung maupun tidak langsung telah membawa dampak positif dan negatif. Dampak
positifnya adalah menyadarkan seluruh negara di kawasan Asia-Afrika untuk
mewujudkan menjadi suatu negara yang merdeka lepas dari campur tangan asing.
Sedangkan dampak negatifnya, Perang Korea telah memecah bangsa menjadi dua
negara yang berbeda dengan paham yang berbeda pula. Di samping itu, Perang
Korea telah memperuncing persaingan
antara Blok Barat dan Blok Timur.
Secara signifikan, dampak adanya
Perang Korea ini dapat dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu:
1. Dampak
Ekonomi kedua belah pihak (Utara dan Selatan)
Perang antar kedua pihak ini
mengakibatkan hancurnya infrastruktur dan ekonomi negara. Pada tahun 1970 ekonomi
kedua belah pihak sempat seimbang, namun orientasi ekonomi Korea Utara lebih
memprioritaskan pada kepentingan militer dibanding dengan kebutuhan rakyatnya
sendiri. Korea Utara seringkali mengalami kekurangan makanan dan menyebabkan
tingginya tingkat kematian penduduk akibat kelaparan. Korea Utara seringkali
meminta bantuan dari luar negeri, tak terkecuali dari pihak Korea Selatan.
Berbeda halnya dengan Korea Selatan,
mereka lebih menekankan pertumbuhan ekonomi dengan liberalisasi pasar dan
perdagangan, sehingga perindustrian dan kemajuan ekonomi Korea Selatan maju
dengan pesat dan menjadi salah satu Macan Asia.
2. Dampak
Politik
Korea Selatan mengadopsi sistem
politik yang demokratis, berbeda dengan sistem politik di Korea Utara yang
komunis-sentralistik. Dengan sistem demokrasi, maka pihak militer meninggalkan
perannya dari arena politik, sedangkan pihak Korea Utara lebih menekankan nilai
hierarki struktur keluarga sebagai pemimpin berikutnya.
3. Dampak
Militer dan Keamanan
Berdasarkan penjelasan yang telah
dibahas sebelumnya, Korea Utara lebih menekankan ekonomi dalam upayanya
meningkatkan kapasitas militer dan nuklirnya. Dengan adanya sikap dan pengaruh
dari kepemilikan senjata nuklir ini, maka secara tidak langsung menyebabkan
instabilitas kawasan Asia Pasifik, terlebih dengan beberapa percobaan
peluncuran nuklir Korea Utara yang menurut data intelijen mampu menjangkau
sebagian wilayah Amerika Serikat.
Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa Perang Korea pada 25 Juni 1950-27 Juli 1953 ini adalah sebuah konflik
antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut dengan
"perang yang dimandatkan" antara Amerika- Serikat dan sekutu PBB-nya
dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Perang ini
dapat dikatakan sebagai Perang saudara, meskipun banyak pihak yang terlibat
secara tidak langsung di dalamnya. Korea Utara, yang berbasis komunis, berusaha
untuk menyatukan semenanjung Korea ke dalam satu pemerintahan tunggal, yang
telah terpisah semenjak 1948. Korea Utara didukung oleh Uni Soviet, sementara
Korea Selatan didukung oleh Amerika Serikat dan sekutunya (Kanada, Australia,
dan Britania Raya), meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah
bendera PBB.
Upaya-upaya rakyat Korea untuk
mendirikan pemerintahan independen tidak terlaksana karena pasukan Amerika
serikat menduduki bagian selatan Semenanjung Korea, sedangkan pasukan Uni
soviet menguasai bagian Utara. Pada bulan November 1947, Majelis Umum
perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyepakati sebuah revolusi yang meminta
diadakannya pemilihan umum di Korea di bawah pengawasan sebuah komisi PBB. Akan
tetapi Uni soviet menolak untuk mematuhi revolusi tersebut dan menolak masuknya
komisi PBB ke bagian paruh utara Korea. Majelis umum PBB kemudian membuat
resolusi lain yang menunutut diadakannya pemilihan umum di wilayah-wilayah yang
bisa dimasuki oleh Komisi PBB. Pemilihan umum pertama dilaksanakan pada tanggal
10 mei 1948, di wilayah-wilayah di sebelah garis lintang 38’. Hasil dari Pemilu
ini ialah Syng Man Rhee dipilih menjadi Presiden pertama Korea Selatan.
Sementara itu disebelah utara garis lintang 38’ Kim il Sung dipilih menjadi
Presiden Korea Utara. Garis 38’ inilah yang mambagi semenanjung Korea menjadi
Korea Selatan dan Korea Utara. Kemudian Korea Selatan membentuk negara Republik
Korea Selatan. Sementara Korea Utara membentuk pemerintahan komunis Korea
Utara. Perang Korea sendiri merupakan konflik antara Korea Utara dan Korea
Selatan yang berlangsung mulai tanggal 25 juni 1950 sampai 27 juli 1953. Perang
Korea (1950-1953) terjadi karena Korea Utara menyerbu Korea Selatan dibantu Uni
Soviet dan RRC.
Perang ini berakhir pada 27 Juli
1953 saat Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, dan Korea Utara menandatangani
persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan, Syngman Rhee, menolak
menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata
tersebut. Namun demikian, ketegangan di semenanjung Korea masih terus membekas.
Kerugian besar diderita kedua belah pihak ketika perang dihentikan, 27 Juli
1953. Amerika kehilangan 36.914 tentaranya, sementara Korea Selatan 415.005.
Korea Utara menurut Departemen Pertahanan Amerika Serikat, kehilangan 2 juta
serdadunya jumlah yang sangat besar untuk perang tiga tahun.
F. Hubungan Kedua Negara Setelah
Perang Hingga Saat Ini
Konflik di semenanjung Korea
berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok dan
Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea
Selatan, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati
kesepakatan gencatan senjata tersebut. Namun secara resmi, perang ini belum
berakhir sampai dengan saat ini. Pihak Selatan selalu curiga terhadap mereka di
utara paralel 38°. Dan pihak Utara selalu menatap ke selatan dan berkeinginan
menyatukan rakyat Korea untuk menghadapi bersama musuh besar dari luar.
Setelah 1953, Korea Utara dan Korea
Selatan dalam keadaan gencatan senjata. Pada tahun-tahun setelahnya, bukan
berarti tidak ada masalah, namun masih banyak konflik-konflik kecil antar kedua
belah pihak. Pada tahun 1994, Kim Jong-Il menggantikan ayahnya, Kim Il-Sung
sebagai pemimpin baru Korea Utara. Pada tahun yang sama, Korea Utara setuju
menghentikan program nuklirnya dan memulai beberapa hubungan kerja sama dengan
Amerika Serikat. Ketika Presiden Korea Selatan, Kim Dae Jung, mulai berkuasa
pada tahun 1998 ia mengumumkan “Sunshine
Policy” atau kebijakan sinar matahari, yaitu sebuah kebijakan yang
bertujuan meningkatkan interaksi antara kedua negara.
Korea Utara
dan Korea Selatan tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian secara
resmi dan dengan demikian mereka secara resmi masih berperang hanya gencatan
senjata yang telah dinyatakan. Pemerintah Korea Selatan menjadi didominasi oleh
militernya dan keadaan yang relatif damai ini diselingi oleh pertempuran
perbatasan dan beberapa upaya pembunuhan. Korea Utara gagal dalam beberapa
upaya pembunuhan terhadap para pemimpin Korea Selatan, terutama pada tahun
1968, 1974 dan 1983, terowongan sering ditemukan di bawah Zona Demiliterisasi
dan perang hampir pecah karena terjadinya insiden pembunuhan kapak di Panmunjeom pada 1976. Pada
1973, beberapa kontak tingkat tinggi yang sangat rahasia mulai dilakukan
melalui kantor-kantor Palang Merah, tetapi berakhir setelah insiden
Panmunjeom dengan sedikit kemajuan yang telah dibuat.
Pada akhir
1990-an, ketika Korea Selatan beralih ke demokrasi,
keberhasilan kebijakan Nordpolitik, dan kekuasaan di Korea Utara
beralih kepada Kim Jong-il putera Kim Il-sung, kedua negara
mulai terlibat secara terbuka untuk kali pertama, kemudian Korea Selatan
memberlakukan Kebijakan Cuaca Cerah.
Pelunakan hubungan kedua negara
terlihat pada tanggal 13-15 Juni tahun 2000, ketika pertemuan tingkat tinggi
antar Korea diadakan untuk pertama kalinya. “Sunshine Policy” mendapatkan ujian pertama pada bulan Oktober 2002
ketika Amerika Serikat mengumumkan Korea Utara telah memulai program rahasia
senjata nuklir. Hal tersebut menyulut ketegangan antara Amerika Serikat dan
Korea Selatan dengan Korea Utara.
Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun,
dalam pidatonya tanggal 25 Februari 2003 berjanji akan membangun Korea Selatan
menjadi “ pusat Asia Timur Laut” untuk meningkatkan hubungan antar Korea dan
memimpin Korea Selatan menuju era perdamaian dan kemakmuran. Pada tanggal 2-4
Oktober 2007 di Pyongyang, kembali diadakan pertemuan tingkat tinggi antar
Korea. Kedua kepala negara mendiskusikan tentang kemajuan hubungan antara Korea
Utara dan Korea Selatan, perdamaian di Semenanjung Korea dan kesejahteraan
rakyat Korea dan penyatuan Korea.
Pada 26 Maret 2010, Kapal Korea
Selatan tenggelam, Korsel menaruh curiga pada Korut hingga hubungan kedua
negara memanas. Korea Utara menyatakan akan memutuskan semua hubungan
diplomatik dengan Korea Selatan. Hal itu dilakukan oleh Korea Utara sebagai tindakan
balasan atas sanksi yang diberikan terkait dengan tenggelamnya kapal angkatan
laut Korea Selatan
. Selain itu Korea Utara juga akan
menutup semua kantor kerjasama Korea Utara-Selatan di pusat industrri, di kota
perbatasan Kaesong. Langkah yang selanjutanya akan diambil oleh Korea Utara
adalah mendeportasi semua warga Korea Selatan yang sedang bekerja di Korea
Utara. Lebih jauh lagi, Korea Utara juga melarang kapal dan pesawat Korea
Selatan melintasi perairan daerah teritori Korea Utara.
Menyusul ketegangan yang terus
terjadi antara dua negara karena Korea Utara terus melakukan uji coba nuklir,
dan peluncuran artileri dari Korea Utara yang menyebabkan kematian dua warga
sipil dan dua anggota militer Korea Selatan, pada November 2010, Kementrian
Penyatuan Korea Selatan secara resmi menyatakan bahwa ‘Sunshine Policy’ gagal,
dan membawa kepada berakhirnya kebijakan tersebut. Tanggal 1 Januari 2013, Kim
Jong-Un (menggantikan ayahnya yang meninggal, Kim Jong-Il) menyampaikan pesan
tahun baru melalui siaran televisi,
menyerukan untuk membina hubungan lebih baik dengan Korea Selatan. Tapi pada
bulan Februari 2013, Korea Utara melakukan uji coba nuklir ke-3, yang dikatakan
dua kali lebih besar dibandingkan uji coba pada tahun 2009.
Pada tahun 2013, hubungan Korea
Utara dan Korea Selatan kembali memanas karena Kim Jong-Un memulai konflik
dengan memprovokasi negara tetangga tersebut. Provokasi yang dilakukan
merupakan serangan altileri ke Korea Selatan yang pada akhirnya membuat suasana
di kawasan tersebut kembali tegang secara mendadak. Artileri Korea Utara pun
berhasil melumpuhkan sumber tenaga listrik di Pulau Yeonpyeong serta dua warga
dilaporkan terluka. Pihak militer Korea Selatan langsung menyatakan status
siaga tinggi. Pemerintah Korea Selatan langsung menggelar rapat mendadak.
Mereka mengatakan akan mengambil tindakan tegas jika Korea Utara melanjutkan
provokasi. Di sisi lain, Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak, menyerukan
upaya untuk meredam aksi saling tembak. Militer Korea Selatan mengumumkan satu
tentara tewas, 13 luka-luka termasuk tiga orang luka berat.
G.
Peranan Negara-negara
Asia Timur Dalam Penyelesaian Konflik Korea Utara dan Korea Selatan
Dalam
merespon konflik yang terjadi di semenanjung Korea, Jepang sebagai negara
tetangga yang berada dikawasan Asia Timur juga melakukan usaha-usaha untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi, salah satu usaha yang dilakukan Jepang
untuk menyelesaikan konflik tersebut adalah dengan usaha diplomasi Jepang
terhadap Korea Utara yang diadakan pada 17 September 2002 untuk menciptakan
saling pengertian, saling percaya dalam masalah pertahanan dan keamanan
masing-masing negara yang dituangkan dalam deklarasi Pyongyang yang bertujuan
untuk :
1. Mengajak Korea Utara untuk bertindak secara tegas sebagai anggota komunitas
internasional yang peduli mengenai isu-isu keamanan seperti misil dan senjata
nuklir serta menyelesaikan dialog antara Amerika Serikat, Korea Selatan dan
negara-negara lainnya yang berkeinginan untuk mengurangi ketegangan yang ada di
semenanjung Korea.
2. Isu penculikan merupakan masalah utama yang secara langsung menyangkut
kehidupan dan keamanan rakyat Jepang. Menghadapi masalah ini Kim Jong II telah
meminta maaf kepada PM Junichiro Koizumi dan berjanji akan mencegah terjadinya
hal seperti itu lagi dimasa yang akan datang.
3. Dalam keamanan, Kim Jong II menginformasikan pentingnya mempromosikan
dialog antara negara-negara yang terlibat dan ia berjanji akan mematuhi
perjanjian internasional yang berhubungan dengan masalah nuklir Korea Utara.
Akan
tetapi niat baik Jepang tidak mendapat tanggapan dari Korea Utara karena
kedekatan Jepang terhadap Amerika Serikat, sehingga Korea Utara tidak menanggapi dengan serius usaha-usaha yang dilakukan oleh Jepang.
Usaha-usaha
reunifikasi juga dilakukan oleh Korea Selatan terhadap Korea
Utara pada tanggal 15 Juni 2000 menadatangani deklarasi
bersama (South-North Joint Declaration) dengan
keraja sama di berbagai bidang, salah satu isi dari deklarasi tersebut antara
lain pertukaran keluarga-keluarga yang terpisah akibat konflik. Tetapi hal ini tidak bertahan lama pada tanggal 29 Juni 2002 kedua Korea kembali
mengalami bentrokan perang antara angkatan laut Korea Utara dan angkatan laut
Korea Selatan dilaut kuning, dan Korea Selatan menghentikan bantuan pangan ke
Korea Utara.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Konflik
antara Korea Selatan dan Korea Utara pada awalnya merupakan konflik ideologi
yang muncul semenjak masa perjuang rakyat Korea menuju kemerdekaannya. Dan pada
pasca perang dunia-II Korea tebagi menjadi dua negara yang berlainan ideologinya, Korea
Utara yang berideologi Komunis dan Korea Selatan yang berideologi Kapitalis.
Setelah
pasca perang dingin konflik yang semula pada ideologi berubah menjadi konflik
nuklir Korea Utara. Pada pasca perang dingin dan jatuhnya Uni Soviet, maka Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara super power di dunia, Korea Utara merasa
terancam dengan kehadiran Amerika Serikat sebagai super power. Korea
Utara berusaha mengembangkan nuklir guna menghadapi ancaman-ancaman terhadap
dirinya, juga sebagai energy alternative. Krisis nuklir Korea Utara memuncak
pada dekade 1990-an dimana segala usaha yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Cina serta negara-negara dikawasan Asia Timur mengalami
kendala-kendala dan hambatan dalam proses penyelesaian nuklir Korea Utara
hingga samapai Sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar