BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang
Istana Lima
Laras merupakan Istana yang dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Melayu pada
saat itu. Istana yang megah ini dibangun dengan corak khas melayu. Namun Istana
Lima Laras yang sudah berumur 104 tahun ini tidak terkenal namanya seperti
istana-istana yang terdapat di Kota Medan ( Istana Maimun ). Islana Lima Laras
merupakan peninggalan masa kerajaan Melayu yang harus dijaga dan dirawat.
Sebab, istana ini memiliki cerita-cerita tersendiri tentang perjuangan rakyat-rakyat
Melayu.
Peninggalan-peninggalan sejarah yang ditemukanakan dapat memberi
gambaran bagaimana keadaan yang terjadi pada masa itu dan bagimana kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat dibwah pimpinan seorang Raja/Datuk Melayu. Untuk
mengungkapkan bagaimana kisah dan sejarah yang terjadi di Istana Lima Laras
dalam pembuatannya , aktivitas masyarakat sampai runtuhnya Kerajaan tersebut
haru dilakukan penelitian langsung ke lokasi tersebut. Peninggalan sejarah
dapat dibudidayakan sebagai objek pariwisata, karena untuk memperkenalkan
Sejarah maka harus lah dilakukan sebuah penelitian dengan data yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana sejarah dari Istana Lima Laras?
b)
Bagaimana keadaan
Istana Lima Laras saat ini?
c)
Apakah Istana Lima
Laras memiliki Atraksi Wisata?
d) Apakah
Makam Catur yang ada di daerah tersebut berhubungan?
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ke Istana Lima Laras adalah :
a)
Untuk mengetahui
bagaimana sejarah terbentuknya Istana Lima Laras serta mengetahui Kerajaan apa
yang membangun Istana tersebut.
b)
Dengan adanya
penelitian ini dapat diketahui bagaimana keadaan dan kondisi Istana Lima Laras
setelah 104 tahun lamanya.
c)
Untuk mengetahui
apa itu makam catur yang terdapat di dekat kawasan Istana Lima Laras.
d) Untuk
mengetahui apakah Istana Lima Laras dapat dijadikan Objek Arkeologi Pariwisata
dan memiliki Atraksi wisata.
1.4. Manfaat
penelitian
Peninggalan-peninggalan
pada masa lampau yang masih ada untuk membuktikan adanya sejarah seperti
istana, benteng dan lain lain memerluka sebuah data yang tepat. Istana lima
laras memiliki sebuah sejarah yang sangat panjang. Dengan meneliti lebih dalam
lagi maka akan didapat informasi-informasi dan pengetahuan mengenai Istana lima
laras. Pengetahuan tentang berbagai peninggan
sejarah dapat menjadi patokan untuk menggambarkan bagaimana latar belakang cara hidup masyarakat pada masa sekarang.
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Hari/Tanggal : Jumat-Minggu/4-6 November 2016.
Lokasi : Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten
Batubara, Sumatera Utara.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode :
- Turun langsung ke lokasi tempat bersejarah yaitu “Istana Lima Laras”
- Selanjutnya metode yang digunakan adalah metode wawancara yang dilakukan langsung kepada Pemilik Istana Lima Laras tersebut.
BAB II
ISI
2.1. Sejarah Istana Lima Laras
Istana Lima Laras
adalah peninggalan
sejarah kerajaan melayu di asahan bagian pesisir (sekarang telah mengalami pemekaran menjadi Kabupaten Batubara ) yang
jaraknya sekitar 136 kilometer sebelah tenggara dari Kota Medan Istana Lima Laras
berada di Dusun II Jl.Istana Desa Lima Laras Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten
BatuBara, Sumatera Utara. Istana Lima Laras didirikan oleh Datuk Matyoeda Sridiraja
(Kuhammad Yoeda) yaitu raja ke XI, pada tahun 1907. Datuk Matyoeda dinobatkan
pada tahun 1883. Raja Matyoeda wafat pada tahun 1919. Setelah itu, raja ke XII
yang menggantikannya adalah anak Datuk Matyoeda yang bernama Abdul Ghoni. Istana
Lima Laras mulai dibangun pada tahun 1907 dan selesai pada tahun 1912.
Datuk Matyoeda mempunyai empat istri dan sebelas anak,
diantaranya:
·
Istri yang pertama bernama Incik Sojuk, mempunyai tujuh
orang anak, lima laki-laki dan dua perempuan.
·
Istri yang kedua bernama Incik Ulung Masuko, tidak mempunyai
anak (mandul).
·
Istri yang ketiga bernama Incik Deromo, mempunyai tiga orang
anak laki-laki.
·
Istri yang keempat bernama Incik Zahara, mempunyai satu
orang anak perempuan.
Incik
adalah gelar bagi istri raja atau datuk.
Pada awalnya nama
Istana ini adalah Istana Niat Lima Laras. Datuk Muhammad Yoeda yang pada saat
itu berniat membuat Istana di Lima Laras karena adanya peraturan yang
dikeluarkan oleh Belanda bahwa Para Raja tidak diperbolehkan untuk berdagang.
Datuk Matyoeda sering berdagang ke pulau-pulau diantaranya Thailand dan Malaysia.
Kerajaan
Lima Laras dibangun dengan uang keringat Datuk Matyoeda, tidak ada campur
tangan dari Belanda. Sebelum Matyoeda menjadi raja, atau tepatnya pada saat
ayah Matyoeda menjadi raja Matyoeda sudah menjadi saudagar. Matyoeda berdagang
kopra (kelapa kering), damar dan rotan dengan tujuh sampan ke Malaysia dan
memiliki uang yang melimpah. Dan Matyoeda dikenal dengan istilah "menjemur
uang" karena keuntungan dagangnya yang luar biasa. Sehingga pada saat
penobatan dirinya menjadi raja pada tahun 1883.
Mendengar peraturan
yang dikeluarkan oleh Belanda tersebut Datuk Muhammad Yoeda yang sedang dalam
perjalanan pulang dari berdagang takut apabila dagangannya akan diambil dan
disita oleh Belanda saat tiba dipelabuhan. Datuk Matyoeda pun melontarkan niat
untuk mendirikan Istana yang besar dengan uangnya jika ia selamat dari
perjalanan pulang. Kerajaan Lima Laras dalam
memerintah belum memiliki Istana sehingga selalu berpindah-pindah. Namun dengan
dibangunnya Istana Niat Lima Laras rakyat juga dapat membangun tempat tinggal
yang menetap pula. Makna
kata lima itu adalah pecahan rumah ini yang berjumlah lima. Selain itu,
pembantu raja atau kepala desa pada saat itu ada lima orang dan diberi gelar
OK, singkatan dari orang kaya. Bukan orang kaya harta, tetapi kaya (banyak)
tugas.
Batas - batas wilayah kekuasaan istana Lima Laras cukup luas
meliputi :
·
Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Silau Kanan
·
Sebelah barat berbatasan dengan Tinjauan Simalungun
·
Sebelah utara berbatasan dengan pelabuhan bebas
·
Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Balai
Pembangunan Istana ini
dengan biaya 150.000 Golden dan pengerjaannya didatangkan tenaga ahli dari
Cina, saat melaksanakan pembangunan dipimpin langsung oleh Datuk Matyoeda.
Istana Lima Laras memiliki luas 102 x 98
meter dengan denah persegi panjang seperti pola penyusun sebuah kubus atau
balok. Bangunan ini berlantai empat dengan luas 40 x 35 meter. Menghadap ke
timur yang di tandai dengan pintu masuk utama berada di sisi timur bangunan. Istana
Lima Laras mempunyai 4 anjungan yaitu barat, timur, utara dan selatan yang berarsitektur
Melayu, terutama pada model atap dan kisi-kisinya, namun ada juga yang Beronamen
china, pada Lantai pertama terbuat dari beton dan yang dipergunakan untuk
ruangan musyawarah, lalu pada perjalanannya ruangan dibawah ini digunakan
sebagai penjara. Penjara yang ada di bawah istana Lima
Laras ini digunakan untuk menghukum
warga yang menentang raja dan juga para tawanan perang yang kalah.
Tahanan-tahanan yang ada di penjara akan dibawa ke tengah hutan untuk dijatuhi
hukuman mati (hukuman pancung).
Pada lantai II dan
lantai III terdapat beberapa kamar dengan ukuran 6 x 5 meter. Dulunya terdapat
16 kamar istana, terdapat 28 pintu dan
jendela yang berjumlah 99 buah. Menurut
narasumber jumlah jendela yang ada 99 tersebut melambangkan Asmaul Husna.
Kerajaan Lima Laras inipun merupakan kerjaan Islam. Datuk Mohammad
Adsminsyah mengatakan warna Istana Lima
Laras adalah berwarna Biru muda.
Kamar kamar
yang ada di Istana digunakan untuk istri-istri Raja dan juga apabila ada sanak
keluarga yang datang dan juga tamu tamu raja dari Kerajaan lain yang datang
berkunjung ke Istana Lima Laras akan menginap akan beristirahat di salah satu
kamar. Di dalam istana
terdapat sumur. Sumur di Istana terdapat
di bawah ruang makan istana yang digunakan sebagai tempat pemandian raja dan
keluarga raja. Dan ada 2 sumur lainnya
digunakan oleh warga karena pada waktu itu air milik warga sangat keruh. Di dalam ruangan
tengah Istana terdapat juga tangga putar yang mempunyai
tangga berputar memiliki 27 anak tangga .
Tangga putar ini berfungsi untuk dapat naik ke lantai atas. Terdapat dua
tanggal masuk ke dalam Istana Lima Laras. Menurut narasumber tangga ini dibuat
dua agar tidak terjadi pertemuan antara laki-laki dan perempuan secara bersamaan
masuk kedalam istana. Apabila ada lelaki yang masuk ke istana melalui tangga
sebelah kanan maka wanita akan naik ke istana melalui tangga kiri.
Istana Lima Laras
merupakan salah satu bentuk kejaan Kerajaan Melayu pada saat itu. Datuk
Mohammad Yoeda (Matyoeda) senidir memiliki harta yang berlimpah sebab beliau
merupakan saudagar, sehingga pada masa pemerintahannya Kerajaan Lima Laras
mengalami kejayaan. Pada tahun 1919 datuk Metyoeda
mangkat.
Setelah itu, raja ke XII yang menggantikannya yang merupakan anak dari Datuk Madyuda bernama Abdul Ghoni.
2.2.
Istana Lima Laras pada masa ini
Raja Kerajaan Lima
Laras Muhammad Yoeda wafat pada tahun 1919 yang sekaligus menandai berakhir
masa kejayaannya dan saat ini keturunan yang mewariskan peninggalan tersebut
adalah Datok Muhamad Azminsyah (64) yang merawat dan memelihara istana
tersebut. Pada saat terjadi revolusi sosial keluarga kerajaan
bisa selamat karena raja Lima Laras orang yang dermawan sehingga tidak ada yang
berani mengganggu. Pada saat itu semua barang-barang istana dibawa semua. Ada
yang dibawa oleh keturunannya, ada juga yang dijarah oleh masyarakat. Dan
sebagian diserahkan oleh Belanda kepada orang kepercayaannya, yaitu Wan
Asmayudin yang bergelar Datuk Suku II. Diberi gelar datuk suku dua karena
memiliki dua jabatan. Yang pertama bertugas untuk mengambil hasil laut dan bea
cukai laut, yang kedua bertugas sebagai penguasa Lima Laras.
Semua raja-raja daerah pada saat itu berhubungan baik dengan
Belanda. Tetapi ada satu raja yang menentang Belanda, yaitu raja Batu Bara.
Dulunya Kerajaan Lima Laras melakukan hubungan kerjasama dalam bidang
pemerintahan dengan Kerajaan Siak. Apabila berperang, kerajaan Siak meminta
bantuan Datuk Madyuda untuk mengerahkan panglima-panglima kerajaan Lima Laras mengalahkan musuh. Oleh
karena itu, Sultan Siak mengangkat Datuk Madyuda sebagai anak emas dan
diberikan sebuah payung, berbeda dengan raja-raja lain yang hanya diberikan
setengah payung. Makna kebesaran sebuah payung adalah berupa gelar bagi semua
keturunan raja atau datuk Lima Laras, mulai dari anak-anak sampai cucunya.
Bentuk dan ciri dari istana Lima Laras sekarang masih tetep
sama dengan dulu, begitu juga dengan batu pondasi dan tiang istana yang belum
direnovasi sama sekali. Untuk ukiran istana, 20% sudah direnovasi. Keadaaan
Istana pun sudah jauh berbeda. Penduduk yang
bertempat tinggal di daerah Istana meningkat, dan Istana Lima Laras memiliki
batas wilayah (2016) sebagai berikut:
– sebelah utara berbatasan dengan
Jalan Istana.
– sebelah timur berbatasan dengan
rumah penduduk.
– sebelah selatan berbatasan dengan
pekuburan umum.
– sebelah barat berbatasan dengan
rumah penduduk.
Foto diatas diambil oleh seorang warga
yang bernama Zulkifli Hazmar pada 12 Oktober 2009. Di dalam foto Istana Lima
Laras tersebut sedang dilaksanakan Lomba MTQ. Sudah 7 tahun setelah foto itu
diambil, warna Istana Lima Laras kembail pudar dikarenakan hujan dan panas
terus berlangsung sehingga bangunan pun menjadi kembali usang lagi. Dulu
istana dikelilingi pagar kawat dari perayaan MTQ tingkat kabupaten, di istana
saat selesai pemagaran.
Saat ini Istana Lima Laras dijaga oleh
Datuk Muhammad Azminsyah (72 tahun) yang merupakan pemangku adat Melayu Istana
Lima Laras saat ini. Datuk Muhammad Azminsyah adalah cucu dari pendiri Istana
Lima Laras, Datuk Matyoeda, Raja ke XIII dari Kerajaan Lima Laras. Kediaman
Datuk Muhammad Azminsyah tidak jauh dari letak Istana Lima Laras berada,
sekitar 100 m. Datuk Muhammad Azminsyah bukanlah satu-satunya keturunan Datuk
Matyuda, banyak cucu-cucu Datuk Matyuda yang sudah sukses dan bekerja di luar
kota.
Walaupun
sedikit terlihat usang, namun Istana Lima Laras masih berdiri kokoh ditengah keberagaman
dan kemajuan zaman saat ini. Bahkan umur Istana inipun suda ada 1 abad. Namun sayang
istana yang sempat megah disepanjang abad 20 ini, kurang mendapat perhatian
serius sebagai situs peninggalan sejarah budaya Melayu dan bangsa Indonesia .
Warna
hijau dan sedikit kelihatan kusam pada bangunan Istana Lima Laras, seolah
menjadi icon kemegahan Istana. Bila memasuki bahagian dalam Istana Lima Laras ini,
kondisinya sangat memprihatinkan. Lantai dan dinding bangunan Istana masih
berbahan kayu, dan hampir sebahagian sudah lapuk tanpa perawatan bahkan rusak
termakan usia. Padahal sesungguhnya bangunan Istana ini, sangat mengagumkan.
Hampir keseluruhan bahan bangunan Istana, menggunakan kayu ukiran bernuansa
Melayu. Keseluruhan dinding, jendela, dan pintu, bentuknya sangat unik dan
menakjubkan karena penuh dengan lukisan dan ukiran yang cantik.
Status kepemilikan Istana Lima Laras
sekarang dimiliki oleh ahli waris. Istana Lima Laras pertama kali dilakukan
pemugaran pada tahun 1981, dalam perjanjiannya dilakukan sebanyak enam tahap
dengan biaya 644 juta rupiah. Dari tahun 1981 sampai tahun 2015 pemerintah
tidak memberikan bantuan. Bantuan yang diberikan pada tahun 2015 adalah bantuan
berupa 20 papan lantai, 20 papan plafon, 34 lembar seng. Pada tahun 2016 istana
Lima Laras mendapat bantuan dari pemerintah berupa 50 papan lantai, 50 papan
plafon dan 16 lembar seng. Istana Lima Laras telah diambil alih oleh pemerintah
tepatnya “Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan
Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Prov. D.I Aceh dan Purbakala Prov.Aceh
dan Sumut pada tahun 1996 untuk dirawat dan rencana renovasi terutama pada
bagian-bagian yang sudah rusak. Namun
pada saat Indonesia mengalami krisis tahun 1998 perenovasian Istana pun tidak
dilanjutkan.
Jendela-jendela Istana Lima Laras pun
sudah banyak yang pecah dan tidak terurus lagi, kayu kayu jendela tidak lagi di
rawat dan warna nya sudah kusam. Bila diperhatikan bentuk arsitektur jendela
pada umumnya merupakan ciri khas melayu. Dengan desain atap serta bagian atas
jendela yang berwarna kuning juga merupakan ciri khas dari suku Melayu.
Atap-atap Istana Lima Laras sudah banyak
yang rusak. Datuk Muhammad Azminsyah mengatakan sudah diganti namun hanya
sebagian saja karena dana yang tidak ada lagi.
Tangga berputar yang digunakan Raja
untuk dapat naik ke lantai atas kini sudah tidak bida digunakab lagi. Banyak
anak tangga yang sudah hilang. Kayu kayu yang digunakan sudah lapuk dimakan
zaman. Sehingga banyak yang tidak dapat untuk naik ke atas Istana sebab hanya
tangga inilah jalan satu satunya menuju ke atas Istana.
Tangga yang terdapat di dalam istana ini
sudah tidak bisa dipakai lagi. Tangga ini digunakan jalan ke bawah istana yang
terdapat ruangan tahanan. Namun, karena kayu pada anak tangga sudah rusak
sehingga tidak ada lagi tangga menuju kebawah. Tangga ini pun kemudian ditutup
agar tidak ada yang jatuh kebawah dengan kayu seadanya.
Kondisi saat ini di dalam Istana, banyak
tumpukan atap yang sudah tidak terpakai , tumpukan kayu, serta tidak adanya
pintu masuk ke ruangan satu ke yang lain. Terlihat lantai-lantai Istana ada
yang telah diganti papannya karena sudah lapuk. Di dalam Istana tidak ada
penerangan. Bahkan biaya untuk pengeluaran listrik seadanya dibayar oleh Datuk
M. Azminsyah.
Tepat
di bawah ruang makan raja, terdapat Sumur. Sumur ini digunakan oleh Raja untuk
mandi. Saat ini Sumur warga datang ke Istana untuk mandi di sumur tersebut.
karena ada masyarakay yang percaya bahwa sumur tersebut memiliki kekuatan
mistik yang dapat menyembuhkan penyakit dan mengabulkan permintaan. Bagian
sumur ini telah direnovasi. Tangga menuju sumur juga sudah diperbaharui dengan
papan yang baru.
Ini adalah gambar Istana Lima Laras yang
diambil dari bagian belakang sebelah kiri. Tampak cat di kayu-kayu istana dan juga beton penyanggah Istana sudah memudar
kembali.
Benda
istana yang tersisa adalah dua buah meriam buatan Belanda yang terletak di
depan Itana Lima Laras. Pada tahun 1920
Belanda memberikannya kepada Sultan Siak, kemudian Sultan Siak memberikannya ke
kerajaan Lima Laras. Bukan untuk perang, melainkan dibunyikan untuk keperluan
istana saat ada perayaan suka cita maupun duka cita, saat adzan dan juga
apabila ada pengumuman penting untuk warga.
Di
belakang Istana terdapat makam Datuk Matyuda Seri Diraja dan makam kedua istri
raja (I dan II), anak dari istri pertama , keponakan dan cucu raja. Luas setiap
makamnya adalah 7 m x 7 m. Warna kuning pada makam Raja menandakan bahwa ia
adalah Bangsawan Melayu. Di sekitar makam tersebut terdapat Payung berwarna
kuning. Dahulunya Datuk Matyuda diberikan sebuah payung oleh Sultan Siak.
Menandakan bahwa ucapan terima kasih dari Sultan Siak karena Datuk Matyuda
sering membantu Sultan Siak jika terjadi peperangan. Dan payung kuning yang berada di sekitar makam
menandakan bahwa ia
adalah seorang bangsawan, artinya payung menandakan status sosial seseorang. Di dekat makam terdapat kamar mandi yang dahulunya merupakan musholla.
Karena tidak terawat maka digunakan sebagai kamar mandi.
2.3. Makam Catur
Makam Catur
merupakan makam yang terletak di Jln. Rahudyah, Desa
Lalang, Dusun V, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara. Makam catur merupakan makam
raja Bogak yang dulunya berada di pesisir, kemudian makam tersebut dipindahkan
untuk mencegah abrasi ke tempat yang sekarang pada tahun 90-an yaitu tanah milik
bapak Mahmudin yang diwakafkan. Ada beberapa makam baru pada tahun 2015.
Sebelumnya ada 7 makam dan sekarang ada 16 makam setelah dipindahkan. Luas
kompleks makam adalah 20 m x 12 m. Makam
ini dikatakan makam catur karena bentuk nisan nya seperti bentuk dari anak
catur. Makam yang nisan nya paling besar diperkirakan merupakan raja bogak.
Di batu nisan terdapat tulisan arab melayu, hal ini membuktikan bahwa makam ini merupakan makam dari kerajaan Melayu. Arah makam juga mengarah ke kiblat, yang menandakan bahwa makam ini merupakan orang yang beragama Islam.
Di depan makam terdapat
sekolah yaitu SMAN 1 Tanjung Tiram yang dulunya merupakan lapangan bola. Tidak
jauh dari makam terdapat sumur kuno yang dulunya adalah bagian dari sebuah
masjid yang kemudian dipindahkan tidak jauh dari lokasi sumur.
Selain itu terdapat dua
buah meriam yang merupakan milik pribadi yaitu milik bapak Mahmudin turun
temurun. Menurut beliau meriam itu digunakan sebagai sarana untuk meminta
sesuatu yang diinginkan.
2.4
Istana Lima Laras Sebagai Objek Arkeologi Wisata
Istana Lima Laras memiliki sejarah yang
panjang bagi kejayaan kerajaan Melayu. Istana Lima Laras yang keberadaan masih
utuh dapat menjadi sebuah Objek Wisata sekaligus dapat menjaga peninggal
sejarah dari Kerajaan Lima Laras tersebut. Istana Lima Laras dikelilingi
penduduk yang mayoritas bekerja di pesisir pantai dikarenakan tempatnya berasa
di daerah pesisir. Apabila berangkat dari kota Medan akan memakan waktu sekitar
5 jam perjalanan menuju lokasi Istana Lima Laras. Namun jalan yang berada di
dekat Istana sudah tidak mulus lagi. Banyak aspal-aspal yang sudah kropos.
Apabila Istana ini direnovasi secara keseluruhan tanpa menghilangkan bentuk
aslinya dan dijadikan sebagai objek wisata akan membawa wisatawan dari luar
kota Medan untuk datang. Jalan menuju Istana juga harus diperbaiki agar
memudahkan wisatawan untuk berkunjung.
Untuk menjaga kelestarian dan juga
sejarah dari Istana Lima Laras dapat melakukan dengan cara tersebut yaitu
menajdikan Istana Lima Laras sebagai objek wisata. Sebagai penarik wisatawan
dapat menggunakan cara promosi akan keadaan Istana Lima Laras yang telah
diperbaiki. Selain itu untuk penahan wisatawan bisa menggunakan perjalanan ke
Pulau Sala Namo maupun Pulau Pandang. Dalam melaksanakannya tidak meninggalkan
tujuan utama yaitu melestarikan budaya dan sejarah yang telah ada.
Butuh waktu yang lama untuk
merenovasi keadaan Istana Lima Laras. Seharusnya sejarah yang sangat penting
ini harus dijaga kelestariannya agar kelak peninggalan sejarah dari kejayaan
Melayu dapat terus ada.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istana Lima Laras merupakan peninggalan
dari Kerajaan Lima Laras yang dibangun oleh Datuk Matyuda pada tahun 1907 dan
selesai tahun 1912. Istana lima laras didirikan berdasarkan niat dari datuk
Matyuda yang inging membangun sebuah Istana nantinya. Pada masa pemerintahan
Datuk Matyuda, kerajaan Lima Laras mengalami kejayaan. Istana Lima Laras
memiliki bangunan yang sangat megah. Namun pada saat Datuk Matyuda mangkat,
kejayaan Kerajaan Istana Lima Laras telah menhilang. Setelah revolusi sosial
seisi istana banyak yang telah diambil oleh masyarakat, dan juga keluarga
kerajaan. Sehingga barang peninggalan pun sudah tidak banyak lagi.
Pada tahun 1996, Istana Lima Laras
diambil oleh pemerintahan untuk direnovasi, namun pada tahun 1998 terjadi
krisis di Indonesia yang mengakibatkan renovasi harus dihentikan. Pada tahun
tahun berikutnya upaya perbaikan Istana telah dilakukan, dengan mulai mengganti
seng/atap, papan, dan mulai mengcat Istana agar tidak kusam lagi. Namum pada
tahun 2016 ini keadaan Istana memburuk. Banyaknya papan yang telah kropos,
serta atap yang bocor, bagian tangga pun sudah tidak bisa dinaiki lagi kerena
banyak anak tangganya yang hilang. Di sekitar Itana banyak rerumputan yang
tumbuh subur. Kondisi Istana juga memprihatinkan, tidak ada penerangan di dalam
Istana. Hanya bagian tertentu saja, dan biaya nya pun ditanggung oleh Datuk M.
Azminysyah sendiri. Istana yang megah ini sudah tidak terawat lagi. Namum upaya
perenovasian masih terus berjalan.
3.2 Saran
Istana
Lima Laras harus tetap dilestarikan dan diajaga agar sejarah dari keberadaan
kerajaan Melayu tetap ada. Pemerintah seharusnya lebih merhatikan
peninggalan-peninggal sejarah yang masih ada. Masyarakay yang berada di sekitar
kawasan Istana juga harus menjaga kelestarian dari Istana ini sebab Istana Lima
Laras merupakan lambang dari kejayaan kerajaan Lima Laras pada saat itu.
nb : harap cantumkan sumber
http://sarinahwiwid.blogspot.co.id/2016/11/istana-lima-laras-sebagai-arkeologi.html
http://sarinahwiwid.blogspot.co.id/2016/11/istana-lima-laras-sebagai-arkeologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar