Selasa, 29 November 2016

SEJARAH LAHIRNYA PERHIMPUNAN INDONESIA (PI)



SEJARAH LAHIRNYA PERHIMPUNAN INDONESIA (PI)

DISUSUN
OLEH
KELOMPOK : 7
NAMA                                              NIM
IKA AZURA MARGOLANG           140706013
WIWID ANGGRAINI                      140706050
SRI ANGGRIANI                                      140706051
NAJMA RAFIKA SURI                             140706055
M.IKHSAN PAJRI                           140706060



DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
BAB I
Latar Belakang Masalah
Perhimpunan Indonesia merupakan sebuah organisasi pergerakan Naional yang berpaham Nasionalisme. Berjuang untuk bangsa dengan beraktivitas di luar tanah air. Perhimpunan Indonesia biasa disingkat Perhimpunan Indoneisa merupakan perhimpunan politik pelajar Indonesia di negeri Belanda yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Perhimpunan yang pada mulanya bernama Indosische Vereniging merupakan organisasi sosial yang bertujuan memperhatikan kepentingan bersama penduduk Hindia Beleanda di negeri Belanda. Berdirinya PI berawal dari didirikannya Indosche Vereniging tahun 1908 di Belanda Lama kelamaan muncul kepentingan politik di kalangan mereka dan akhirnya corak perhimpunan ini berubah menjadi corak politik.
Seusai perang dunia I tahun 1918, pelajar dan mahasiswa Indonesia di Belanda makin banyak. Perasaan nasionalisme dan antikolonialisme serta anti imperialisme di kalangan mereka semakin menonjol, sehingga dalam Indische Vereniging muncul dua kelompok. Yang pertama kelompok moderat, dipimpin oleh seorang Indonesia yang terkenal sebagai penyair dalam bahasa Belanda, Noto Suroto. Mereka kemudian mendirikan organisasi bernama Nederlands-Indonesische-Verbond dengan tujuan tetap memelihara hubungan Hindia Belanda dengan Belanda. Kelompok kedua yang bersifat progresif, mempunyai tujuan politik ke arah Indonesia Merdeka. Lebih-lebih sejak adanya seruan Presiden Amerika Woddrow Wilson tentang hak kemerdekaan bangsa-bangsa dan bangkitnya seluruh bangsa terjajah di Asia dan Afrika menuntut kemerdekaan, kesadaran tentang hak bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri dan merdeka dari penjajahan semakin kuat.
Dengan demikian, Perhimpunan Indonesia semakin tegas bergerak di bidang politik. Asas perhimpunan Indonesia adalah“mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia, dan hal ini hanya dapat dicapai oleh bangsa Indonesia, tidak pertolongan apapun”. Untuk mempercepat tercapainya tujuan ini, segala jenis perpecahan harus dihindarkan.
Meskipun pada hari itu Volksraad telah dibentuk, pemerintah Hindia Belanda tidak bertanggung jawab kepada Volksraad, melainkan kepada pemerintah Nederland. Dengan Demikian, jelas bahwa Perhimpunan Indonesia menuntut Volksraad diganti dengan parlemen yang sebenarnya, sehingga pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen Indonesia.
Sejak tahun 1923, Perhimpunan Indonesia aktif berjuang untuk tujuan yang diinginkan, dan sejak tahun ini pula, perhimpunan Indonesia keluar dari Indonesische Verbond van Stunderenden, suatu perkumpulan gabungan organisasi mahasiswa Indonesia, Belanda, Indo Belanda dan peranakan Cina yang berorientasi pada Indonesia dalam satu kerja sama, karena dianggap tidak perlu lagi. Inilah latar belakang masalah didirikannya Perhimpunan Indonesia untuk merebut kembali hak kemerdekaan Indonesia dari bangsa bangsa asing.

























BAB II
Pembahasan
Perhimpunan indonesia (PI) berdiri pada tahun 1908 oleh orang-orang Indonesia yang berada di negeri Belanda, diantaranya R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadinigrat. R.N Notosuroto, Notodiningrat, Sutan Kasayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Pada mulanya perhimpunan indonesia bernama Indische Vereenigng . Kegitannya pada mulanya hanya terbatas pada penyelenggaraan pertemuan sosial dengan para anggota ditambah dengan sesekali mengadakan pertemuan dengan orang-orang belanda yang banyak memerhatikan masalah indonesia,antara lain Mr. Abenendanon, Mr. Van Deventer, dan Dr. Snouck Hurgronye. Organisasi ini bertujuan untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari indonesia, maksudnya orang-orang pribumi dan non-pribumi bukan Eropa, di negeri Belanda dan hubungan dengan orang Indonesia.
Organisasi ini bersifat moderat (selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem) sebagai perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia di Belanda untuk memperbincangkan masalah dan persoalan tanah air. Pada awalnya Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi sosial.Memasuki tahun 1913, dengan dibuangnya tokoh Indische Partij ke Belanda maka dibuatlah pokok pemikiran pergerakan yaitu Hindia untuk Hindia yang menjadi nafas baru. Perkumpulan mahasiswa Indonesia. Iwa Kusumasumantri sebagai ketua menyatakan 3 azaz pokok Indische Vereeniging yaitu:
1. Indonesia menentukan nasibnya sendiri
2. Kemampuan dan kekuatan sendiri
3. Persatuan dalam menghadapi Belanda
            Pada tahun 1922 berdatangan tokoh-tokoh, seperti Mohammad Hatta, Sunario, Ahmad Subarjo, dan Ali Sastroamijoyo. Kedatangan mereka ini sangat mempengaruhi gerakan organisasi ini. Nama organisasi ini berubah menjadi Indonesische Vereeniging. Kegiatannya sudah bersifat politik. Semenjak tahun 1923 PI aktif berjuang bahkan memolopori dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat indonesia dengan berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang murni dan kompak. Berdasarkan perubahan ini, Perhimpunan Indonesia keluar dari Indonesich Verbond Van Studeerenden (suatu perkumpulan yang bertujuan menggabungkan organisasi-organisasi mahasiswa indonesia, Belanda,dan peranakan Cina yang berorientasi ke indonesia dalam suatu kerja sama pada tahun 1923 karna dianggap tidak perlu lagi. Nama majalahnya juga berubah dari Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka pada tahun 1924. Dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-15, tahun 1924 mereka menerbitkan buku peringatan yang berjudul Gedenkboek. Buku ini berisi 13 artikel yang ditulis oleh A.A Maramis, Ahmad Soebsrdjo, Sukiman Wiryosanjoyo, Mohammad Hatta, Muhammad Natsir, Sulaiman, R. Ng. Purbacaraka, Darmawan Mangunkusumo, dan Iwa Kusumasumantri. Susunan buku itu adalah sebagai berikit :
Artikel pertama berjudul "Tinjauan ke Belakang" yang menguraikan pembentukan dan perkembangan Perhimpunan Indonesia, disusul oleh karangn berjudul "Mananjak", kemudian karangan tentang "Jalan Baru", barikutnya tentang arah zaman".
Didalam tiga abad penjajahan akhirnaya menimbulkan sikap yang mestinya ditunjukkan kepada penajajah yang menunjukkan sikap perlawanan, tidak mau berkompromi meliputi karangan dalam majalah Indonesia. Mereka terbitan dalam tahun-tahun berikut dan dalam pernyataan dasar-dasar Perhimpunan Indonesia.
Masalah-masalah yang diinventasikan saat itu antara lain :
Hanyalah Indonesia yang bersatu serta mengenyampingkan perbedaan-perbedaan yang mampu mematahakan kekuatan penguasa yang menjajah. Tujuan bersama, ialah pembebasan Indonesia berdasarkan pada kesadaran dan bertumpu pada kekuatan aksi masa nasionalistis, dalam setiap masalah tata negara kolonial yang mendominasai ialah perlawanan kepentingan antara penjajah. Keikutsertaan semua lapisan masyarakat dalam memeperjuangkan pembebasan yang mendominasi dalam perjuangan itu ialah berlawannya kepentingan yang menjajah dan yang dijajah.
Kecendrungan dalam perjuangan ialah bagaimana menyembunyikan dan menutupi siasat kaum penjajah. Poitik Kolonnial itu merusak dan mendemoralisasi kehidupan psiki dan fisis, maka perlu di usahakan normalisasi relasi-relasi dalam kehidupan masyarakat kolonial itu.Majalah ini berisi ide atau pemikiran Perhimpunan Indonesia untuk kemerdekaan. Oleh karena itu, majalah ini di Indonesia beredar secara rahasia. Berdasarkan pernayatan itu muncul pernyatan dasar-dasar PI yang tertera dalam Hindia Poetra edisi Maret 1923 berbunyi sebagai berikut :
1. Masa depan bangsa indonesia hanya semata-mata yang dalam pembentukan struktur pemerintah sendiri dapat di pertanggungjawabkan oleh bangsa indonesia
2. Untuk mencapai itu setiap orang menurut kemampuan serta menurut kekuatan serta kecakapannya di usahakan tanpa bantuan pihak manapun
3. untuk mencapai tujuan bersama itu semua unsur atau lapisan rakya perlu kerja sama serat-ertanay .
Perlu dicatat disini bahwa dalam Dekalrasi itu sangat ditentukan pokok-pokok antara lain: ide kesatuan atau ideologi kesatuan dan prinsip demokrasi sebagai tindak lanjut proklamasi dasar-dasar PI disusun rencana kerja sebagai berikut :
1. Melancarkan propaganda secara intensi dasar-dasar tersebut, terutama Indonesia
2. Menarik perhaian dunia internasional terhadap permasalahan Indonesia, dan
3. Meningktakan perhatian para anggota terhadap persoalan Internasional. Dalam pada itu para anggota PI yang menyatakan diri mereka selaku penggerak revulisioner-nasionalistis telah merinci garis-garis arahan dan demikian mendapat simpati dari kawan-kawan setanah air serta membangkitkan semnagat revulisioner-nasionalistis di Indoneisa.
Meningkatnya aktivitas kearah politik terutama sejak datangnya dua orang Mahasiswa ke negeri Belanda, yaitu A. Subardjo tahun 1919 dan Mohammad Hatta tahun 1921, dan keduanaya kemudian pernah mengetahuai PI. Dengan bertambah banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar di negri Belanda berubah pula kekuatan PI.
Pada tahun 1925, nama Indonesische Vereeniging diubah lagi menjadi Perhimpunan Indonesia. Tujuan Perhimpunan Indonesia adalah Indonesia Merdeka. Sifat gerakannya tidak bekerja sama (nonkooperatif) atau antipati terhadap pemerintah kolonial Belanda. Organisasi ini bermaksud menanamkan kesadaran bahwa bangsa Indonesai harus percaya pada kemampuannya sendiri dalam berbagai bidang, mampu memperbaiki nasib bangsa sendiri tanpa menggantungkan diri kepada bangsa asing, dan mampu menghadapi pemerintah kolonial Belanda dengan cara bersatu dan bekerja sama antara bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia merdeka. Tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia dengan giat mengisi Indonesia Merdeka dengan artikel tentang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam perjuangannya, Perhimpunan Indonesia melakukan juga kerja sama dengan tokoh-tokoh bangsa-bangsa lain di Eropa dan Asia. Kerja sama juga dilakukam dengan organisasi-organisasi internasional, seperti Liga penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonialisme, serta Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian. Perhimpunan Indoneisa memang berusaha supaya masalah Indonesia mendapatkan perhatian dalam dunia Internasional.Hubungan dengan beberapa organisasi Internasional diadakan seperti liga penentang imperialisme dan penindasan kolonial dan komintern.dalam kongres ke 6 liga demogratie Internasional untuk pendamaian pada bulan agustus 1926 di Paris (Prancis) Moh.Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan untuk kemerdekaan indonesia. Kecuriagaan ini makin bertambah ketika Mohammad Hatta, atas nama Perhimpunan Indonesia, menandatangani suatu perjanjian (rahasia) dengan Semaun pada bulan Desember 1926 yang isinya menyatakan bahwa PKI mengakui kepemimpinan Perhimpunan Indonesia dan bersedia bekerja sama menghidupkan perjuangan kebangsaan rakyat Indonesia di bawah kepemimpinan Perhimpunan Indonesia.
            Gerakan Perhimpunan Indonesia yang bersifat radikal ini menimbulkan kekhawatiran pada pemerintah kolonial Belanda. Karna radikal itu adalah suatu paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan secara keras, tokoh-tokoh perhimpunan Indonesia, Guanawan Mangunkusumo, Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan Sartono melakukan tindakan yang radikal. Bisa dikatakan Perhimpunan Indonesia merupakan manifesto dari pergerakan nasional indonesia dikarenakan Karena status anggota Perhumpunan Indonesia sebagai mahasiswa membawa posisi mereka tanpa ikatan sosial politik tertentu dan tidak memiliki kepentingan untuk mempertahankan kedudukan, sehingga mereka tidak khawatir dalam bertindak terang-terangan melawan pemerintah Bealnda Organisasi ini juga membuat lambang untuk Indonesia diantaranya merah putih sebagai bendera. Semenjak berakhirnya Perang Dunia I perasaan anti kolonialis dan imperialis di kalangan pimpinan dan anggota Perhimpunan Indonesia semakin menonjol, apalagi setelah ada seruan dari Presiden AS, Woodrow Wilson mengenai hak untuk menetukan nasib bangsa sendiri.
            Tahun 1925 Perhimpunan Indonesia semakin tegas memasuki kancah politik, yang juga didorong juga oleh kebangkitan nasionalisme di Asia-Afrika. Disamping itu, mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia semata-mata, dan hal yang demikian itu hanya bias dicapai oleh rakyat Indonesia sendiri tanpa mengharapkan bantuan siapapun dan pada prinsipnya menghindarkan perpecahan demi tercapainya tujuan. Dengan pemikiran yang demikian tegas, wajarlah apabila Perhimpunan Indonesia menjadi satu ancaman terhadap kredibilitas pemerintah Belanda dalam menjalankan kolonialismenya di Indonesia.
Dalam kongres ke-1 Liga Penetang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Brussels pada bulan Februari 1927 yang dihadiri antara lain oleh wakil pergerakan negeri-negeri terjajah, Perhimpunan Indonesia atas nama PPPKI di Indonesia juga mengirimkan wakilnya, yang terdiri atas Mohammad Hatta, Nazir Pamoncak, Gatot dan Ahmad Subarjo. Kongres antara lain mengambil keputusan: (1) Menyatakan simpati sebesar-besarnya kepada pergerakan kemerdekaan Indonesia dan akan menyokong usaha tersebut dengan segala daya; (2) Menuntut dengan keras kepada pemerintah Belanda agar memberikan kebebasan bekeja untuk pergerakan rakyat Indonesia dan menghapus hukuman pembuangan dan hukuman mati.
Dalam kongres keduanya yang diadakan di Brussels pada 1927, Perhimpunan Indonesia juga ikut, dan keputusan yang diambil mengenai masalah Indonesia sebenarnya merupakan ulangan keputusan kongres pada bulan Februari sebelumnya. Akan tetapi setelah liga didominasi oleh golongan komunis, Perhimpunan Indonesia segera keluar dari liga.
Propaganda selalu dilancarkan oleh Perhimpunan Indonesia. Makin lama makin keras. Karena itu, pemerintah Belanda mengambil tindakan keras pula terhadap Perhimpunan Indonesia.
            Pada bulan Juli 1927dilancarkan penggeledahan di beberapa rumah kediaman pengurus Perhimpunan Indonesia kemudian dituduh menghasut umum untuk mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah, dan pada tanggal 10 Juni 1927 empat anggota pimpinannya yakni Mohammad Hatta, Abdulmajid Djojoadiningrat, Nazir Pamoncak, dan Ali Sastromidjojo, ditangkap dan ditahan sampai tanggal 8 Maret 1928. Namun dalam pengadilan tanggal 22 Maret 1928 di Den Haag, mereka dibebaskan dari tuduhan karena tidak terbukti bersalah.
Di masa krisis dunia tahun 1930, Perhimpunan Indonesia mengalami kemunduran dan makin lama makin tidak terdengar lagi. Hal ini disebabkan terutama oleh banyaknya tokoh Perhimpunan Indonesia yang kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1930 juga, majalah Indonesia merdekadilarang masuk ke Indonesia.
Di Lingkungan pergerakan Indonesia sendiri, pengaruh Perhimpunan Indonesia cukup besar antara lain terhadap berbagai pembentukan stidieclub, seperti Indonesische Studieclub di Surabaya, Algmene Studieclub di Bandung, studieclub-studieclub di Yogyakarta, Jakarta, Solo, dan sebagainya. Selain itu, Perhimpuan Indonesia secara langsung mengilhami berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927, Jong Indonesische pada tahun 1927, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1926. Pergerakan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda ini berpengaruh kuat terhadap pergerakan nasional di tanah air, bahkan mendorong lahirnya beberapa organisasi.

BAB III
Keesimpulan
Perhimpunan indonesia (PI) berdiri pada tahun 1908 oleh orang-orang Indonesia yang berada di negeri Belanda, diantaranya R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadinigrat. R.N Notosuroto, Notodiningrat, Sutan Kasayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Pada mulanya perhimpunan indonesia bernama Indische Vereenigng .
Organisasi ini bersifat moderat (selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem) sebagai perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia di Belanda untuk memperbincangkan masalah dan persoalan tanah air. Pada awalnya Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi sosial.Memasuki tahun 1913, dengan dibuangnya tokoh Indische Partij ke Belanda maka dibuatlah pokok pemikiran pergerakan yaitu Hindia untuk Hindia yang menjadi nafas baru. Perkumpulan mahasiswa Indonesia. Iwa Kusumasumantri sebagai ketua menyatakan 3 azaz pokok Indische Vereeniging yaitu:
1. Indonesia menentukan nasibnya sendiri
2. Kemampuan dan kekuatan sendiri
3. Persatuan dalam menghadapi Belanda
Gerakan Perhimpunan Indonesia yang bersifat radikal ini menimbulkan kekhawatiran pada pemerintah kolonial Belanda. Karna radikal itu adalah suatu paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan secara keras, tokoh-tokoh perhimpunan Indonesia, Guanawan Mangunkusumo, Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan Sartono melakukan tindakan yang radikal. Bisa dikatakan Perhimpunan Indonesia merupakan manifesto dari pergerakan nasional indonesia dikarenakan Karena status anggota Perhumpunan Indonesia sebagai mahasiswa membawa posisi mereka tanpa ikatan sosial politik tertentu dan tidak memiliki kepentingan untuk mempertahankan kedudukan, sehingga mereka tidak khawatir dalam bertindak terang-terangan melawan pemerintah Bealnda Organisasi ini juga membuat lambang untuk Indonesia diantaranya merah putih sebagai bendera. Semenjak berakhirnya Perang Dunia I perasaan anti kolonialis dan imperialis di kalangan pimpinan dan anggota Perhimpunan Indonesia semakin menonjol, apalagi setelah ada seruan dari Presiden AS, Woodrow Wilson mengenai hak untuk menetukan nasib bangsa sendiri.


Daftar Pustaka

Junaedi, M. 2007. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta : PT Mitra Aksara Panaitan.

Kartodirjo, S. 1990. Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Jakarta : PT Gramedia Jakarta.

Kartodirjo, S. 2005. Sejak Indische Sampai Indonesia. Jakarta : Buku Kompas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KAPITA SELEKTA SEJARAH INDONESIA : Korespondensi Cina Di Hindia Belanda 1865-1949

Korespondensi Cina Di Hindia Belanda, 1865-1949 SIEM TJONG HAN, M.D . Artikel ini merupakan upaya untuk menggambarkan beberapa aspek ...