SEJARAH LAHIRNYA PERHIMPUNAN INDONESIA (PI)
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK : 7
NAMA NIM
IKA AZURA MARGOLANG 140706013
WIWID ANGGRAINI 140706050
SRI ANGGRIANI 140706051
NAJMA RAFIKA SURI 140706055
M.IKHSAN PAJRI 140706060
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
BAB I
Latar Belakang Masalah
Perhimpunan Indonesia merupakan
sebuah organisasi pergerakan Naional yang berpaham Nasionalisme. Berjuang untuk
bangsa dengan beraktivitas di luar tanah air. Perhimpunan Indonesia biasa
disingkat Perhimpunan Indoneisa merupakan perhimpunan politik pelajar Indonesia
di negeri Belanda yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Perhimpunan yang
pada mulanya bernama Indosische Vereniging merupakan organisasi sosial yang
bertujuan memperhatikan kepentingan bersama penduduk Hindia Beleanda di negeri
Belanda. Berdirinya
PI berawal dari didirikannya Indosche Vereniging tahun 1908 di Belanda Lama
kelamaan muncul kepentingan politik di kalangan mereka dan akhirnya corak
perhimpunan ini berubah menjadi corak politik.
Seusai perang dunia I tahun 1918,
pelajar dan mahasiswa Indonesia di Belanda makin banyak. Perasaan nasionalisme
dan antikolonialisme serta anti imperialisme di kalangan mereka semakin
menonjol, sehingga dalam Indische Vereniging muncul dua kelompok. Yang pertama
kelompok moderat, dipimpin oleh seorang Indonesia yang terkenal sebagai penyair
dalam bahasa Belanda, Noto Suroto. Mereka kemudian mendirikan organisasi
bernama Nederlands-Indonesische-Verbond dengan tujuan tetap memelihara hubungan
Hindia Belanda dengan Belanda. Kelompok kedua yang bersifat progresif,
mempunyai tujuan politik ke arah Indonesia Merdeka. Lebih-lebih sejak adanya
seruan Presiden Amerika Woddrow Wilson tentang hak kemerdekaan bangsa-bangsa
dan bangkitnya seluruh bangsa terjajah di Asia dan Afrika menuntut kemerdekaan,
kesadaran tentang hak bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri dan
merdeka dari penjajahan semakin kuat.
Dengan demikian, Perhimpunan
Indonesia semakin tegas bergerak di bidang politik. Asas perhimpunan Indonesia
adalah“mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab
hanya kepada rakyat Indonesia, dan hal ini hanya dapat dicapai oleh bangsa
Indonesia, tidak pertolongan apapun”. Untuk mempercepat tercapainya tujuan ini,
segala jenis perpecahan harus dihindarkan.
Meskipun pada hari itu Volksraad
telah dibentuk, pemerintah Hindia Belanda tidak bertanggung jawab kepada
Volksraad, melainkan kepada pemerintah Nederland. Dengan Demikian, jelas bahwa
Perhimpunan Indonesia menuntut Volksraad diganti dengan parlemen yang
sebenarnya, sehingga pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen Indonesia.
Sejak tahun 1923, Perhimpunan
Indonesia aktif berjuang untuk tujuan yang diinginkan, dan sejak tahun ini
pula, perhimpunan Indonesia keluar dari Indonesische Verbond van Stunderenden,
suatu perkumpulan gabungan organisasi mahasiswa Indonesia, Belanda, Indo
Belanda dan peranakan Cina yang berorientasi pada Indonesia dalam satu kerja
sama, karena dianggap tidak perlu lagi. Inilah latar belakang masalah
didirikannya Perhimpunan Indonesia untuk merebut kembali hak kemerdekaan
Indonesia dari bangsa bangsa asing.
BAB II
Pembahasan
Perhimpunan indonesia (PI) berdiri
pada tahun 1908 oleh orang-orang Indonesia yang berada di negeri Belanda,
diantaranya R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadinigrat. R.N Notosuroto,
Notodiningrat, Sutan Kasayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley.
Pada mulanya perhimpunan indonesia bernama Indische Vereenigng . Kegitannya
pada mulanya hanya terbatas pada penyelenggaraan pertemuan sosial dengan para
anggota ditambah dengan sesekali mengadakan pertemuan dengan orang-orang
belanda yang banyak memerhatikan masalah indonesia,antara lain Mr. Abenendanon,
Mr. Van Deventer, dan Dr. Snouck Hurgronye. Organisasi ini bertujuan untuk
memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari
indonesia, maksudnya orang-orang pribumi dan non-pribumi bukan Eropa, di negeri
Belanda dan hubungan dengan orang Indonesia.
Organisasi ini bersifat moderat
(selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem) sebagai
perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia di Belanda untuk memperbincangkan
masalah dan persoalan tanah air. Pada awalnya Perhimpunan Indonesia merupakan
organisasi sosial.Memasuki tahun 1913, dengan dibuangnya tokoh Indische Partij
ke Belanda maka dibuatlah pokok pemikiran pergerakan yaitu Hindia untuk Hindia
yang menjadi nafas baru. Perkumpulan mahasiswa Indonesia. Iwa Kusumasumantri
sebagai ketua menyatakan 3 azaz pokok Indische Vereeniging yaitu:
1. Indonesia menentukan nasibnya sendiri
2. Kemampuan dan kekuatan sendiri
3. Persatuan dalam menghadapi Belanda
Pada tahun 1922
berdatangan tokoh-tokoh, seperti Mohammad Hatta, Sunario, Ahmad Subarjo, dan
Ali Sastroamijoyo. Kedatangan mereka ini sangat mempengaruhi gerakan organisasi
ini. Nama organisasi ini berubah menjadi Indonesische Vereeniging. Kegiatannya
sudah bersifat politik. Semenjak tahun 1923 PI aktif berjuang bahkan memolopori
dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat indonesia dengan berjiwa
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang murni dan kompak. Berdasarkan
perubahan ini, Perhimpunan Indonesia keluar dari Indonesich Verbond Van
Studeerenden (suatu perkumpulan yang bertujuan menggabungkan
organisasi-organisasi mahasiswa indonesia, Belanda,dan peranakan Cina yang
berorientasi ke indonesia dalam suatu kerja sama pada tahun 1923 karna dianggap
tidak perlu lagi. Nama majalahnya juga berubah dari Hindia Poetra menjadi
Indonesia Merdeka pada tahun 1924. Dalam rangka memperingati hari ulang
tahunnya yang ke-15, tahun 1924 mereka menerbitkan buku peringatan yang
berjudul Gedenkboek. Buku ini berisi 13 artikel yang ditulis oleh A.A Maramis,
Ahmad Soebsrdjo, Sukiman Wiryosanjoyo, Mohammad Hatta, Muhammad Natsir,
Sulaiman, R. Ng. Purbacaraka, Darmawan Mangunkusumo, dan Iwa Kusumasumantri.
Susunan buku itu adalah sebagai berikit :
Artikel pertama berjudul "Tinjauan ke Belakang" yang
menguraikan pembentukan dan perkembangan Perhimpunan Indonesia, disusul oleh
karangn berjudul "Mananjak", kemudian karangan tentang "Jalan
Baru", barikutnya tentang arah zaman".
Didalam tiga abad penjajahan akhirnaya menimbulkan sikap yang
mestinya ditunjukkan kepada penajajah yang menunjukkan sikap perlawanan, tidak
mau berkompromi meliputi karangan dalam majalah Indonesia. Mereka terbitan
dalam tahun-tahun berikut dan dalam pernyataan dasar-dasar Perhimpunan Indonesia.
Masalah-masalah yang diinventasikan saat itu antara lain :
Hanyalah Indonesia yang bersatu serta mengenyampingkan
perbedaan-perbedaan yang mampu mematahakan kekuatan penguasa yang menjajah.
Tujuan bersama, ialah pembebasan Indonesia berdasarkan pada kesadaran dan
bertumpu pada kekuatan aksi masa nasionalistis, dalam setiap masalah tata
negara kolonial yang mendominasai ialah perlawanan kepentingan antara penjajah.
Keikutsertaan semua lapisan masyarakat dalam memeperjuangkan pembebasan yang
mendominasi dalam perjuangan itu ialah berlawannya kepentingan yang menjajah
dan yang dijajah.
Kecendrungan dalam perjuangan ialah
bagaimana menyembunyikan dan menutupi siasat kaum penjajah. Poitik Kolonnial
itu merusak dan mendemoralisasi kehidupan psiki dan fisis, maka perlu di
usahakan normalisasi relasi-relasi dalam kehidupan masyarakat kolonial itu.Majalah
ini berisi ide atau pemikiran Perhimpunan Indonesia untuk kemerdekaan. Oleh
karena itu, majalah ini di Indonesia beredar secara rahasia. Berdasarkan
pernayatan itu muncul pernyatan dasar-dasar PI yang tertera dalam Hindia Poetra
edisi Maret 1923 berbunyi sebagai berikut :
1. Masa depan bangsa indonesia hanya semata-mata yang dalam
pembentukan struktur pemerintah sendiri dapat di pertanggungjawabkan oleh
bangsa indonesia
2. Untuk mencapai itu setiap orang menurut kemampuan serta menurut
kekuatan serta kecakapannya di usahakan tanpa bantuan pihak manapun
3. untuk mencapai tujuan bersama itu semua unsur atau lapisan rakya
perlu kerja sama serat-ertanay .
Perlu dicatat disini bahwa dalam Dekalrasi itu sangat ditentukan
pokok-pokok antara lain: ide kesatuan atau ideologi kesatuan dan prinsip
demokrasi sebagai tindak lanjut proklamasi dasar-dasar PI disusun rencana kerja
sebagai berikut :
1. Melancarkan propaganda secara intensi dasar-dasar tersebut,
terutama Indonesia
2. Menarik perhaian dunia internasional terhadap permasalahan
Indonesia, dan
3. Meningktakan perhatian para anggota terhadap persoalan
Internasional. Dalam pada itu para anggota PI yang menyatakan diri mereka selaku
penggerak revulisioner-nasionalistis telah merinci garis-garis arahan dan
demikian mendapat simpati dari kawan-kawan setanah air serta membangkitkan
semnagat revulisioner-nasionalistis di Indoneisa.
Meningkatnya aktivitas kearah
politik terutama sejak datangnya dua orang Mahasiswa ke negeri Belanda, yaitu
A. Subardjo tahun 1919 dan Mohammad Hatta tahun 1921, dan keduanaya kemudian
pernah mengetahuai PI. Dengan bertambah banyaknya mahasiswa Indonesia yang
belajar di negri Belanda berubah pula kekuatan PI.
Pada tahun 1925, nama Indonesische Vereeniging diubah lagi menjadi
Perhimpunan Indonesia. Tujuan Perhimpunan Indonesia adalah Indonesia Merdeka.
Sifat gerakannya tidak bekerja sama (nonkooperatif) atau antipati terhadap
pemerintah kolonial Belanda. Organisasi ini bermaksud menanamkan kesadaran
bahwa bangsa Indonesai harus percaya pada kemampuannya sendiri dalam berbagai
bidang, mampu memperbaiki nasib bangsa sendiri tanpa menggantungkan diri kepada
bangsa asing, dan mampu menghadapi pemerintah kolonial Belanda dengan cara
bersatu dan bekerja sama antara bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia
merdeka. Tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia dengan giat mengisi Indonesia
Merdeka dengan artikel tentang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam
perjuangannya, Perhimpunan Indonesia melakukan juga kerja sama dengan
tokoh-tokoh bangsa-bangsa lain di Eropa dan Asia. Kerja sama juga dilakukam
dengan organisasi-organisasi internasional, seperti Liga penentang Imperialisme
dan Penindasan Kolonialisme, serta Liga Demokrasi Internasional untuk
Perdamaian. Perhimpunan Indoneisa memang berusaha supaya masalah Indonesia
mendapatkan perhatian dalam dunia Internasional.Hubungan dengan beberapa
organisasi Internasional diadakan seperti liga penentang imperialisme dan
penindasan kolonial dan komintern.dalam kongres ke 6 liga demogratie
Internasional untuk pendamaian pada bulan agustus 1926 di Paris (Prancis)
Moh.Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan untuk kemerdekaan indonesia. Kecuriagaan
ini makin bertambah ketika Mohammad Hatta, atas nama Perhimpunan Indonesia,
menandatangani suatu perjanjian (rahasia) dengan Semaun pada bulan Desember
1926 yang isinya menyatakan bahwa PKI mengakui kepemimpinan Perhimpunan
Indonesia dan bersedia bekerja sama menghidupkan perjuangan kebangsaan rakyat
Indonesia di bawah kepemimpinan Perhimpunan Indonesia.
Gerakan
Perhimpunan Indonesia yang bersifat radikal ini menimbulkan kekhawatiran pada
pemerintah kolonial Belanda. Karna radikal itu adalah suatu paham atau aliran
yang menginginkan perubahan atau pembaruan secara keras, tokoh-tokoh
perhimpunan Indonesia, Guanawan Mangunkusumo, Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri,
Sastro Mulyono, dan Sartono melakukan tindakan yang radikal. Bisa dikatakan
Perhimpunan Indonesia merupakan manifesto dari pergerakan nasional indonesia
dikarenakan Karena status anggota Perhumpunan Indonesia sebagai mahasiswa
membawa posisi mereka tanpa ikatan sosial politik tertentu dan tidak memiliki
kepentingan untuk mempertahankan kedudukan, sehingga mereka tidak khawatir
dalam bertindak terang-terangan melawan pemerintah Bealnda Organisasi ini juga
membuat lambang untuk Indonesia diantaranya merah putih sebagai bendera.
Semenjak berakhirnya Perang Dunia I perasaan anti kolonialis dan imperialis di
kalangan pimpinan dan anggota Perhimpunan Indonesia semakin menonjol, apalagi
setelah ada seruan dari Presiden AS, Woodrow Wilson mengenai hak untuk
menetukan nasib bangsa sendiri.
Tahun 1925
Perhimpunan Indonesia semakin tegas memasuki kancah politik, yang juga didorong
juga oleh kebangkitan nasionalisme di Asia-Afrika. Disamping itu, mengusahakan
suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab kepada rakyat
Indonesia semata-mata, dan hal yang demikian itu hanya bias dicapai oleh rakyat
Indonesia sendiri tanpa mengharapkan bantuan siapapun dan pada prinsipnya
menghindarkan perpecahan demi tercapainya tujuan. Dengan pemikiran yang
demikian tegas, wajarlah apabila Perhimpunan Indonesia menjadi satu ancaman
terhadap kredibilitas pemerintah Belanda dalam menjalankan kolonialismenya di
Indonesia.
Dalam kongres ke-1 Liga Penetang
Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Brussels pada bulan Februari 1927 yang
dihadiri antara lain oleh wakil pergerakan negeri-negeri terjajah, Perhimpunan
Indonesia atas nama PPPKI di Indonesia juga mengirimkan wakilnya, yang terdiri
atas Mohammad Hatta, Nazir Pamoncak, Gatot dan Ahmad Subarjo. Kongres antara
lain mengambil keputusan: (1) Menyatakan simpati sebesar-besarnya kepada pergerakan
kemerdekaan Indonesia dan akan menyokong usaha tersebut dengan segala daya; (2)
Menuntut dengan keras kepada pemerintah Belanda agar memberikan kebebasan
bekeja untuk pergerakan rakyat Indonesia dan menghapus hukuman pembuangan dan
hukuman mati.
Dalam kongres keduanya yang diadakan
di Brussels pada 1927, Perhimpunan Indonesia juga ikut, dan keputusan yang
diambil mengenai masalah Indonesia sebenarnya merupakan ulangan keputusan
kongres pada bulan Februari sebelumnya. Akan tetapi setelah liga didominasi
oleh golongan komunis, Perhimpunan Indonesia segera keluar dari liga.
Propaganda selalu dilancarkan oleh
Perhimpunan Indonesia. Makin lama makin keras. Karena itu, pemerintah Belanda
mengambil tindakan keras pula terhadap Perhimpunan Indonesia.
Pada bulan Juli
1927dilancarkan penggeledahan di beberapa rumah kediaman pengurus Perhimpunan
Indonesia kemudian dituduh menghasut umum untuk mengadakan pemberontakan
terhadap pemerintah, dan pada tanggal 10 Juni 1927 empat anggota pimpinannya
yakni Mohammad Hatta, Abdulmajid Djojoadiningrat, Nazir Pamoncak, dan Ali
Sastromidjojo, ditangkap dan ditahan sampai tanggal 8 Maret 1928. Namun dalam
pengadilan tanggal 22 Maret 1928 di Den Haag, mereka dibebaskan dari tuduhan
karena tidak terbukti bersalah.
Di masa krisis dunia tahun 1930,
Perhimpunan Indonesia mengalami kemunduran dan makin lama makin tidak terdengar
lagi. Hal ini disebabkan terutama oleh banyaknya tokoh Perhimpunan Indonesia
yang kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1930 juga, majalah Indonesia merdekadilarang
masuk ke Indonesia.
Di Lingkungan pergerakan Indonesia
sendiri, pengaruh Perhimpunan Indonesia cukup besar antara lain terhadap
berbagai pembentukan stidieclub, seperti Indonesische Studieclub di Surabaya,
Algmene Studieclub di Bandung, studieclub-studieclub di Yogyakarta, Jakarta,
Solo, dan sebagainya. Selain itu, Perhimpuan Indonesia secara langsung
mengilhami berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927, Jong
Indonesische pada tahun 1927, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada
tahun 1926. Pergerakan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda ini berpengaruh
kuat terhadap pergerakan nasional di tanah air, bahkan mendorong lahirnya
beberapa organisasi.
BAB III
Keesimpulan
Perhimpunan indonesia (PI) berdiri pada tahun 1908 oleh orang-orang
Indonesia yang berada di negeri Belanda, diantaranya R.P Sosrokartono, R.
Hoesein Djajadinigrat. R.N Notosuroto, Notodiningrat, Sutan Kasayangan
Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Pada mulanya perhimpunan indonesia
bernama Indische Vereenigng .
Organisasi ini bersifat moderat
(selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem) sebagai
perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia di Belanda untuk memperbincangkan
masalah dan persoalan tanah air. Pada awalnya Perhimpunan Indonesia merupakan
organisasi sosial.Memasuki tahun 1913, dengan dibuangnya tokoh Indische Partij
ke Belanda maka dibuatlah pokok pemikiran pergerakan yaitu Hindia untuk Hindia
yang menjadi nafas baru. Perkumpulan mahasiswa Indonesia. Iwa Kusumasumantri
sebagai ketua menyatakan 3 azaz pokok Indische Vereeniging yaitu:
1. Indonesia menentukan nasibnya sendiri
2. Kemampuan dan kekuatan sendiri
3. Persatuan dalam menghadapi Belanda
Gerakan Perhimpunan Indonesia yang
bersifat radikal ini menimbulkan kekhawatiran pada pemerintah kolonial Belanda.
Karna radikal itu adalah suatu paham atau aliran yang menginginkan perubahan
atau pembaruan secara keras, tokoh-tokoh perhimpunan Indonesia, Guanawan
Mangunkusumo, Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan Sartono
melakukan tindakan yang radikal. Bisa dikatakan Perhimpunan Indonesia merupakan
manifesto dari pergerakan nasional indonesia dikarenakan Karena status anggota
Perhumpunan Indonesia sebagai mahasiswa membawa posisi mereka tanpa ikatan
sosial politik tertentu dan tidak memiliki kepentingan untuk mempertahankan
kedudukan, sehingga mereka tidak khawatir dalam bertindak terang-terangan
melawan pemerintah Bealnda Organisasi ini juga membuat lambang untuk Indonesia
diantaranya merah putih sebagai bendera. Semenjak berakhirnya Perang Dunia I
perasaan anti kolonialis dan imperialis di kalangan pimpinan dan anggota Perhimpunan
Indonesia semakin menonjol, apalagi setelah ada seruan dari Presiden AS,
Woodrow Wilson mengenai hak untuk menetukan nasib bangsa sendiri.
Daftar Pustaka
Junaedi, M. 2007. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta : PT
Mitra Aksara Panaitan.
Kartodirjo, S. 1990. Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme.
Jakarta : PT Gramedia Jakarta.
Kartodirjo, S. 2005. Sejak Indische Sampai Indonesia.
Jakarta : Buku Kompas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar