PERAN PEMUDA DALAM PERPOLITIKAN
INDONESIA
DISUSUN
NAMA : WIWID ANGGRAINI
NIM : 140706050
FAKULTAS
ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN
ILMU SEJARAH
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah
Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “PERAN PEMUDA DALAM PERPOLITIKAN INDONESIA”.Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata Pengantar Ilmu Politik .
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi yang membacanya.
Medan.
10 Juni 2015
penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR
ISI...........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN ISI
A. TAHAP-TAHAP PERGERAKAN MAHASISWA
DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA................................................................3
B.
GERAKAN MAHASISWA
TIMBUL DAN TENGGELAM..................................................................................11
C.
PERSPEKTIF MAHASISWA....................................................................................12
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN..........................................................................................................15
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Hampir disetiap negara, tidak peduli apa bentuk
tatanan masyrakatnya, kehadiran gerakan Pemuda (Mahasiswa) atau aksi-aksi
politik mahasiswa menentang kebijaan dan kekuasaan Pemerintah banyak mengundang
perhatian masyarakat, termasuk kaum intelektual, cendikiawan dan juga politisi.
Pada umumnya gerakan yang dilakukan pemuda Indonesia dinilai telah memberikan
kontibusi terhadap pengambilalihan atau penyerahan kekuasaan nasional dari
tangan pemimpin yang lama ke pemimpin yang baru.
Di indonesia sendiri, kehadiran pemuda Mahasiswa
dalam politik juga mengundang banyak perhatian masyarakat. Sering kali
ditemukan pandangan bahwa gerakan mahasiswa telah memberikan kontribusi
terhadap perpolitikan Indonesia yaitu
pada runtuhnya kekuasaan para pemimpin tinggi. Kajian sejarah politik Indonesia
yang secara metapora mengaitkan gerakan mahassiswa dengan perubahan dan
pembaharuan kekuasaan politik nasional bukanlah hal yang baru. Mahasiswa umpama
seperti penjelmaan Ratu Adil yang muncul dan munncul kembali ketika bangsa ini
sedang dilanda krisis.
Pada umunya masyarakat menilai kehadiran gerakan
mahasiwa merupakan manisfetasi dari posisi mereka sebagai kaum “intelektual-calon
pemimimpin bangsa-cendikiawan-idealis”. Mahasiswa sering juga diklaim berperan
sebagai suatu kekuatan moral yang mempunyai posisi strategis dalam menekan
keputusan dan kekuasaan Pemerintah. Karena mahasiwa tidak langsung dan tidak
terikat dalam kurun waktu, cenderung tidak bersifat parmanen melakukan
aksi-aksi politik, dan juga tidak memiliki kekuatan fisik.
Mahasiswa sebaagai golongan politik mempunyai
ciri utama yang sangat berbeda dengan golongan-golongan politik lain seperti
Partai Politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Serikat Buruh, Korp Perwira
Militer, Perusahaan Bisnis, anggota parlemen seperti DPR/MPR. Kelompok politik
mahasiswa mudah sekali melakukan perubahan orientasi terhadap kekuatan yang
sebelumnya mereka dukung. Potensi radikalisme dan oposisi terhadap Pemerintah
atau status Quo kekuasaan selalu melekat, tidak terkecuali dalam tatanan
politik yang bagaimanapun mereka berada.
Dalam batas-batas tertentu, perilaku politik
mahasiswa dalam menyikapi kebijakan Pemerintahan dan status quo kekuasaan pada
umumnya memiliki karakteristik-karakteristik yang sama. Salah satu
karakteristik itu adalah pandangan instrumentalis yang kuat tentang lembaga
pendidikan (Perguruan Tinggi). Mereka memandang lembaga pendidikan sebagai
sarana atau jalan masuk ke mobilitas vertikal, yaitu perubahan status sosial
ekonomi dan sosial politik yang lebih tinggi dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Karakteristik lain adalah perilaku politik
mahasiswa yang cenderung membeberkan gagasan yang bertentangan dengan gagasan
dominan masyarakat dan juga Pemerintah. Mereka dalam berpolitik cenderung
mengembangkan radikalisme, progresivisme, kreativitas, dan juga idealisme
menentang otoritas Pemerintah atau Perguruan Tinggi. Bahkan ketika mahasiswa
melakukan aksi-aksi politik menentang kebijakan Pemerintah tentang strategi
pembangunan ekonomi yang dinilai tidak memihak kepada rakyat dan memperkuat
perilaku Korupsi Kolusi dan Nepotisme baik dalam pemerintahan maupun swasta,
tidak ada pikiran sungguh-sungguh mengeluarkan cara pemecahan dengan
pengorgnisasi kebanyakan rakyat sebgai kekuatan politik untuk “mendobrak” atau
“ menjungkirbalikkan” tatanan sosial ekonomi dan sosial politik yang syarat
dengan korupsi, kolusi dan nepotisme tersebut.
Karakteristik berikutnya adalah keterbukaan dan
blak-blakan mahasiswa dalam mengekspresikan atau mengaspirasikan kepetingan,
tuntutan atau tekanan politik kepada otoritas Pemerintah. Keterbukaan dan
blak-blakan mahasiswa iniseringkali ditanggapi dengan tindakan supresif
militeristis oleh Pemerintah. Sejak gerakan mahasiswa 1973/1974 hingga
1997/1998, tindakan kekerasan terhadap aksi-aksi polirik mahasiswa semakin
meningkat baik dari sisi tingkat kekerasannya maupun juga mahasiswa yang
mengalami penderitaan fisik.
Gerakan mahasiswa merupakan seperangkat kegiatan
mahasiswa yang bergerak menentang dan mempersoalkan realitas obyektif yang
dianggap bertentangan dengan realitas subyektif mereka. Kebanyakan mahasiswa
melakukan aksi-aksi dengan menuntut tuntutan yang merekaa anggap harus menjadi
kebijakan perintah mulai dari tuntutan-tuntutan menentang kebijakan pendidikan,
terutama otoritas Perguruan Tinggi, kemudian bergerak menuju kebijakan
nasional. Selain itu, tunntutan-tuntutan yang dilakukan mahasiwa juga bersifat
“mengingatkan” agar Pemerintah tidak lupa akan kebijakan yang mereka janjikan
untuk Indonesia. Masalah tuntutan terhadap Harga barang dipasar, sembako sampai
kepada Bahan Bakar Minyak (BBM).
Gerakan mahasiswa yang tercatat sebagai Aksi yang
berpengaruh besar terhadap sistem politik di Indonesia sudah dimulai sejak
tahun 1908 dan terakhir pada tahun 1998. Peristiwa tersebut dibagi atas :
1. Awal bergerak mahasiswa di Indonesia tahunn 1908
2. Gerakan mahasiswa tahun 1928 menuntut TriTura
3. Gerakan mahasiswa tahun 1945 dalam memperoleh kemerdekaan
Indoesia
4. Gerakan mahasiswa tahun 1966
5. Gerakan mahasiswa tahun 1974
6. Gerakan mahasiswa tahun periode NKK/BKK
7. Gerakan mahasiswa tahun 1998 runtuhnya orde baru
BAB II
PEMBAHASAN
ISI
A. TAHAP-TAHAP
PERGERAKAN MAHASISWA DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA
1.
Awal bergerak mahasiswa di Indonesia tahun 1908
Dalam Sejarah peradaban bangsa Indonesia, ada beberapa
catatan peristiwa yang layak kita pandang sebagai awal mula pergerakan
mahasiswa di tanah air. Pergerakan tersebut bermula pada tahun 1908. Pada masa itu,mahasiswa
- mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA mendirikan sebuah wadah pergerakan
pertama di Indonesia yang bernama Boedi Oetomo, dimana organisasi ini didirikan
di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908. Wadah ini merupakan bentuk sikap kritis
mahasiswa tersebut terhadap sistem kolonialisme Belanda yang menurut mereka
sudah selayaknya dilawan dan rakyat harus dibebaskan dari bentuk penguasaan
terhadap sumber daya alam yang dilakukan oleh penjajah terhadap bangsa ini,
walaupun terkesan gerakan yang mereka lakukan masih menunjukkan sifat
primordialisme Jawa.
Organisasi ini berdiri berawal dari kegiatan akademis
berupa diskusi rutin di perpustakaan STOVIA yang dilakukan oleh beberapa
mahasiswa Indonesia yang belajar di STOVIA antara lain Soetomo, Goenawan
Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Melalui diskusi itulah
mahasiswa - mahasiswa tersebut mulai memikirkan nasib masyarakat Indonesia yang
makin memprihatinkan ditengah kondisi penjajahan dan selalu dianggap bodoh oleh
Belanda, disamping itu diperparah dengan kondisi para pejabat pemerintahan pada
saat itu dari kalangan pribumi (pangreh praja) yang justru makin menindas
rakyatnya demi kepentingan pribadi dan kelanggengan jabatannya, seperti menarik
pajak yang tingi terhadap rakyat untuk menarik simpati atasan dan pemerintahan
Belanda.
Selain itu, pada tahun 1908 ini juga, mahasiswa
Indonesia yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi di Belanda yaitu Drs.
Mohammad Hatta yang kemudian nanti menjadi Wakil Presiden Pertama Republik
Indonesia mendirikan organisasi Indische Vereeninging yang kemudian berubah
nama menjadi Indonesische Vereeninging pada tahun 1922. Organisasi ini awalnya
merupakan suatu wadah kelompok diskusi mahasiswa yang kemudian orientasi
pergerakannya lebih jelas dalam hal politik. Misi nasionalisme yang ditunjukkan
organisasi ini lebih jelas dipertajam dengan bergantinya nama organisasi ini
menjadi Perhimpunan Indonesia.
Melalui majalah Indonesia Merdeka, mereka yang
tergabung dalam organisasi ini mulai gesit dalam melancarkan propaganda
pergerakannya, sudah banyak artikel yang dimuat dalam majalah tersebut yang
mengkritisi bagaimana kondisi bangsa pada saat itu, sampai muncul statement
yang mengatakan bahwa sudah saatnya Bangsa Indonesia tidak menyebut negaranya
dengan sebutan Hindia Belanda. Termasuk dalam majalah tersebut memuat tulisan
yang disebut manifesto 1925 yang isinya antara lain:
1. Rakyat Indonesia sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih mereka sendiri;
2. Dalam memperjuangkan pemerintahan sendiri itu tidak diperlukan bantuan dari pihak mana pun dan;
3. Tanpa
persatuan kukuh dari pelbagai unsur rakyat tujuan perjuangan itu sulit dicapai.
Selain itu, masih ada organisasi pemuda mahasiswa yang
lain seperti Indische Partij yang secara radikal menyuarakan kemerdekaan
Indonesia,selain itu ada juga Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang arah
pergerakan politiknya lebih condong ke ideologi nasionalisme demokratik yang
berlandaskan Islam. Yang perlu kita catat dalam sejarah kemahasiswaan periode
ini adalah ketika insiatif beberapa mahasiswa pada tahun 1908 tersebut telah
memunculkan sebuah momentum bersejarah yang diperingati setiap tahun sebagai
Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada saat Boedi Oetomo didirikan yaitu
pada tanggal 20 Mei 1908. Momentum inilah yang telah menjadi batu loncatan awal
bagi setiap pergerakan bangsa di tahun - tahun berikutnya.
2.
Gerakan Mahasiswa di Periode Tahun 1928
Sejarah berlanjut pada periode berikutnya di tahun
1928. Pada awalnya, mahasiswa di Surabaya yang bernama Soetomo pada tanggal 19
oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club). Di
tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan kawan - kawannya dari Sekoleah Tinggi
Teknik (ITB) di Bandung beriniisiatif untuk mendirikan Kelompok Studi Umum
(Algemeene Studi Club) pada tanggal 11 Juli 1925. Pembentukan kedua kelompok
diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan pergerakan
politik mahasiswa yang semakin tumpul pada masa itu.
Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah organisasi
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi yang
berusaha untuk menghimpun seluruh mahasiswa di Indonesia dan lebih menyuarakan
yang namanya wawasan kebangsaan dalam diri mahasiswa. Hal tersebut lah yang
kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah kongres paling
bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres Pemuda
II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, yang merupakan lanjutan
dari Kongres Pemuda I pada tahun 1926, yang kemudian menghasilkan sumpah pemuda
yang sangat bersejarah tersebut.
Adapun isi
dari sumpah pemuda itu sendiri adalah :
-
Kami Putra
Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
-
Kami Putra
Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
-
Kami Putra
Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Pada saat ini pulalah lagu kebangsaan Indonesia Raya
diperdengarkan oleh WR Soepratman menggunakan biola. Kemudian, setiap tahunnya
hingga sekarang peristiwa ini selalu diperingati pada tanggal 28 Oktober
sebagai Hari Sumpah Pemuda.
3.
Mahasiswa di Tahun 1945 dalam perannya meraih
Kemerdekaan
Periode ini merupakan periode yang sangat penting
dalam sejarah bangsa Indonesia, peran pemuda mahasiswa juga tidak lepas dan
terlihat sangat vital dalam mewujudkan suatu misi besar bangsa Indonesia pada
saat itu yaitu melepaskan diri dari belenggu pejajahan atau merebut
kemerdekaan. Kondisi pergerakan mahasiswa pada saat itu tidak semudah pada
periode - perode sebelumnya.
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan
politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan
kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala
kegiatan yang berbau politik, dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan
segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden
kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat
dan dipenjarakan.
Dan secara praktis, akhirnya mahasiswa - mahasiswa
pada saat itu mulai menurunkan intensitas pergerakannya dan lebih
mengerucutkannya dalam bentuk kelompok diskusi. Yang berbeda pada masa tersebut
adalah, mahasiswa - mahasiswa pada waktu itu lebih memilih untuk menjadikan
asrama mereka sebagai markas pergerakan. Dimana terdapat 3 asrama yang terkenal
dalam mencetak tokoh - tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah, yaitu
asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Melalui diskusi di
asrama inilah kemudian lahir tokoh - tokoh yang nantinya bakal menjadi motor
penggerak penting munculnya kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tokoh - tokoh tersebut secara radikal dan melalui
pergerakan bawah tanah melakukan desakan kepada Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan setelah melalui radio mereka mendengar bahwa telah
terjadi insiden bom atom di Jepang, dan mereka berpikir bahwa inilah saat yang
tepat untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.
Mahasiswa - mahasiswa yang terdiri dari Soekarni dan
Chairul Saleh inilah yang akhirnya terpaksa menculik dan mengamankan tokoh
proklamator tersebut sampai ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945 agar
lebih memberikan tekanan kepada mereka untuk lebih cepat dalam memproklamasikan
kemerdekaan. Peristiwa inilah yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai
peristiwa Rengasdengklok.
Tindakan mahasiswa dan kaum muda ini membuahkan hasil,
sehingga pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta tepat
pada pukul 10.00 diproklamasikanlah Kemerdekaan Indonesia. Setiap tahun
kemudian hari tersebut menjadi hari libur nasional sekaligus memperingati Hari
Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
4.
Gerakan Mahasiswa di tahun 1966
Pada masa setelah kemerdekaan, mulai bermunculan
secara bersamaan organisasi - organisasi mahasiswa di berbagai kampus. Berawal
dari munculnya organisasi mahasiswa yang dibentuk oleh beberapa mahasiswa di
Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta, yang dimotori oleh Lafran Pane dengan
mendirikan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tanggal 5 Februari
1947. Organisasi ini dibentuk sebagai wadah pergerakan mahasiswa yang dilatarbelakangi
oleh 4 faktor utama yang meliputi Situasi Dunia Internasional, Situasi NKRI,
Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia, Kondisi Perguruan Tinggi dan
Dunia Kemahasiswaan.
Selain itu pada tahun yang sama, dibentuk pulalah
Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang didirikan melalui
kongres mahasiswa di Malang. Lalu pada waktu yang berikutnya didirikan juga
organisasi - organisasi mahasiswa yang lain seperti Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI) yang berhaluan pada ideologi Marhaenisme Soekarno, Gerakan
Mahasiswa Sosialis Indonesia (GAMSOS) yang lebih cenderung ke ideologi
Sosialisme Marxist, dan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang
lebih berpandangan komunisme sehingga cenderung lebih dekat dengan PKI (Partai
Komunis Indonesia).Sebagai imbas daripada kemenangan PKI pada pemilu tahun
1955, organisasi CGMI cenderung lebih menonjol dibandingkan dengan organisasi -
organisasi mahasiswa lainnya.
Namun justru hal inilah yang menjadi cikal bakal
perpecahan pergerakan mahasiswa pada saat itu yang disebabkan karena adanya
kecenderungan CGMI terhadap PKI yang tentu saja dipenuhi oleh kepentingan -
kepentingan politik PKI. Secara frontal CGMI menjalankan politik konfrontasi
dengan organisasi - organisasi mahasiswa lainnya terutama dengan organisasi HMI
yang lebih berazazkan Islam. Berbagai bentuk propaganda politik pencitraan
negatif terus dibombardir oleh CGMI dan PKI kepada HMI, beberapa bentuk
propaganda yang mereka wujudkan yaitu salah satunya melalui artikel surat kabar
yang berjudul Quo Vadis HMI. Perseturuan antara CGMI dan HMI semakin memanas
ketika CGMI berhasil merebut beberapa jabatan di organisasi PPMI dan juga GMNI,
terlebih setelah diadakannya kongres mahasiswa V tahun 1961.
Atas beberapa serangan yang terus menerus dilakukan
oleh pihak PKI dan CGMI terhadap beberapa organisasi mahasiswa yang secara
ideologi bertentangan dengan mereka, akhirnya beberapa organisasi mahasiswa
yang terdiri dari HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI, PMII,
Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila
(Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI), mereka sepakat untuk membentuk
KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dimana tujuan pendiriannya, terutama
agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi
lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI diikuti berbagai
aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan
lain-lain.
Berawal dari semangat kolektifitas mahasiswa secara
nasional inilah perjuangan mahasiswa yang dikenal sebagai gerakan angkatan '66
inilah yang kemudian mulai melakukan penentangan terhadap PKI dan ideologi
komunisnya yang mereka anggap sebagai bahaya laten negara dan harus segera
dibasmi dari bumi nusantara.
Tritura adalah singakatan dari tri tuntutan rakyat
atau tiga tuntutan rakyat yang dicetuskan atau diserukan oleh Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) dengan didukung oleh Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI) yang ditujukan kepada pemerintah.
Sebelum tuntutan pembubaran PKI serta perombakan
kabinet pada pemerintah telah digaungi oleh KAP-Gestapu yang merupakan
singkatan dari Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September.
Tritura atau
tiga tuntutan rakyat memiliki isi:
1. Bubarkan
PKI
2.
Perombakan Kabinet
3. Turunkan
Harga.
Para mahasiswa turun kejalan menyuarakan tuntutannya
sesuai dengan isi tritura, selama beberapa hari tidak pulang demi tuntutan
mereka dapat didengar. Mahasiswa saat itu yang kebanyakan merupakan mahasiswa
UI melakukan aksinya menggunakan almameter UI, sehingga kejadian itu juga
dikenal Jakarta Lautan Kuning. Pada masa inilah disebut mahasiswa angkatan 1966
merupakan panutan untuk masa-masa selanjutnya.
Namun
sayangnya, di tengah semangat idealisme mahasiswa pada saat itu ada saja godaan
datang kepada mereka yang pada akhirnya melunturkan idealisme perjuangan
mereka, dimana setelah masa orde lama berakhir, mereka yang dulunya berjuang
untuk meruntuhkan PKI mendapatkan hadiah oleh pemerintah yang sedang berkuasa
dengan disediakan kursi MPR dan DPR serta diangkat menjadi pejabat pemerintahan
oleh penguasa orde baru.
Di tengah gelombang peruntuhan idealime mahasiswa
tersebut, ternyata ada sesosok mahasiswa yang sangat dikenal idealimenya hingga
saat ini dan sampai sekarang tetap menjadi panutan para aktivis - aktivis
mahasiswa di Indonesia, yaitu Soe Hok Gie. Ada seuntai kalimat inspiratif yang
dituturkan oleh Soe Hok Gie yang sampai sekarang menjadi inspirasi perjuangan
mahasiswa di Indonesia, secara lantang ia mengatakan kepada kawan - kawan
seperjuangannya yang telah berbelok idealimenya dengan kalimat "lebih baik
terasingkan daripada hidup dalam kemunafikan".
5.
Gerakan Mahasiswa di tahun 1974
Periode ini sangat berbeda sekali dengan periode
sebelumnya di tahun 1966, dimana pada masa pergerakan mahasiswa tahun 1966
mahasiswa melakukan afiliasi dengan pihak militer dalam menumpas PKI. Pada
periode 1974 ini, mahasiswa justru berkonfrontasi dengan pihak militer yang
mereka anggap telah menjadi alat penindas bagi rakyat. Gelombang perlawanan
bermula sejak dinaikkannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dianggap
meneyengsarakan rakyat. Selain itu, isu pemberantasan korupsi juga dengan
lantang digalakkan oleh mahasiswa yang mendesak agar pemerintah lebih tegas
dalam menjerat koruptor yang terdiri dari pejabat - pejabat pemerintahan saat
itu.
Melalui pergerakan inilah muncul suatu gerakan yang
disebut "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori oleh Arif Budiman dan
Hariman Siregar yang menyuarakan isu korupsi dan kenaikan BBM. Menyusul
pergerakan mahasiswa yang terus meluas, secara inisisatif mahasiswa membentuk
Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo.
Namun ketika kebusukan - kebusukan rezim pemerintahan orde baru terus mencuat di permukaan, dengan serta merta pemerintah melakukan berbagai rekayasa politik guna meredam protes massa dan mempertahankan status quo, terlebih menjelang pemilu tahun 1971.
Namun ketika kebusukan - kebusukan rezim pemerintahan orde baru terus mencuat di permukaan, dengan serta merta pemerintah melakukan berbagai rekayasa politik guna meredam protes massa dan mempertahankan status quo, terlebih menjelang pemilu tahun 1971.
Tetapi hal tersebut tidak juga berhasil dalam meredam
gelombang protes mahasiswa, secara bersama - sama, masyarakat dan mahasiswa
terus melancarkan sikap ketidakpercayan mereka terhadap 9 partai politik dan
Golongan Karya yang selama ini menjadi wadah aspirasi politik mereka dengan
munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971. Dimana
gerakan ini dimotori oleh Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan, dan Arif
Budiman. Selain itu mahasiswa juga melancarkan kritik kepada pemerintah yang
telah melakukan pemborosan anggaran negara dengan melakukan beberapa proyek
eksklusif yang dinilai tidak perlu untuk pembangunan. Salah satunya adalah
dengan mendirikan Taman Mini Indonesia Indah, yang sebenarnya proyek - proyek
tersebut dijadikan alasan bagi Indonesia untuk terus - menerus menyerap hutang
terhadap pihak luar negeri.
Gelombang Protes semakin meledak ketika harga barang
kebutuhan semakin melambung dan budaya korupsi di kalangan pejabat pemerintah
semakin menular, gelombang protes inilah yang memunculkan suatu gerakan yang
dikenal dengan nama peristiwa Malari pada tahun 1974 yang dimotori oleh Hariman
Siregar. Melalui gerakan tersebut lahirlah Tritura Baru selain daripada 2
tuntutan yaitu Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga.
6.
Mahasiswa Periode NKK/BKK
Pada masa inilah pergerakan mahasiswa mulai dimatikan
peran dan fungsinya oleh pemerintah, yaitu sejak terpilihnya Soeharto untuk
yang ketiga kalinya melalui Pemilihan Umum. Maka guna meredam sikap ktiris
mahasiswa terhadap pemerintah dan untuk mempertahankan status quo pemerintahan
maka dikeluarkanlah Kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK
No.0156/U/1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada
jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara
nyata dapat membahayakan posisi rezim.
Menyusul diadakannya konsep NKK tersebut maka
pemerintah melakukan tindakan pembekuan terhadap beberapa organisasi Dewan
Mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia yang kemudian diganti dengan
membentuk struktur organisasi baru yang disebut Badan Koordinasi Kampus (BKK).
Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang
Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi,
dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan
Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga
kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang
dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan
organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini
terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk
menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab
pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.
Sehingga praktis, kondisi kehidupan mahasiswa dalam
melakukan pergerakan politik menjadi lumpuh. Yang kemudian akhirnya menyebabkan
mahasiswa hanya fokus ke urusan akademis dan menjadi apatis. Terlebih lagi
dengan munculnya beberapa organisasi kemasyarakatan yang pada saat itu justru
menjadi alat kepentingan politik pemerintah. Sehingga tidak heran pada saat itu
kondisi rezim semakin kuat dan tegak.
7.
Mahasiswa pada tahun 1988 dalam usaha menggulingkan
rezim orde baru
Namun pengekangan terhadap mahasiswa melalui NKK/BKK
tidak bertahan lama. Gejolak krisis moneter di seluruh dunia telah membuat
kondisi perekonomian di Indonesia terguncang hebat. Hal tersebut ditandai
dengan menaiknya angka tukar rupiah terhadap dolar yang menembus Rp
17.000/Dolar.
Hal ini tentu saja sangat mengejutkan masyarakat
Indonesia, khususnya mahasiswa yang akhirnya animo pergerakannya mulai bangkit
setelah sebelumnya mengalami mati suri yang cukup panjang. Dimulai ketika pada
saat 20 mahasiswa UI yang mendatangi gedung MPR/DPR RI denga tegas menolak
pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan melalui sidang umum MPR dan
menyerahkan agenda reformasi nasional kepada MPR. Kondisi Indonesia semakin
tegang sejak harga BBM melonjak naik hingga 71% yang ditandai dengan beberapa
kerusuhan yang terjadi di Medan yang setidaknya telah memakan 6 korban jiwa.
Kerusuhan berlanjut pada tanggal 7 Mei dan 8 Mei.
Yaitu peristiwa cimanggis,dimana pada saat itu telah terjadi bentrokan antara
mahasiswa dan aparat keamanan di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya,
Cimanggis, yang mengakibatkan sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu,
Cimanggis. Dua di antaranya terkena tembakan di leher dan lengan kanan,
sedangkan sisanya cedera akibat pentungan rotan dan mengalami iritasi mata
akibat gas air mata, Kemudian peristiwa Gejayan di Yogyakarta yang telah
merenggut nyawa 1 orang mahasiswa.
Hal tersebut tentu saja makin membuat panas situasi
antara mahasiswa dan pemerintah, terutama terhadap militer yang mereka anggap
telah berbuat semena-mena terhadap mahasiswa yang berdemonstrasi. Demonstrasi
besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa pun akhirnya semakin merebak dan
meluas. Di Jakarta sendiri, ribuan mahasiswa telah berhasil menduduki gedung
MPR/DPR RI pada tanggal 19 Mei 1998. Atas berbagai tekanan yang terjadi itulah
akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00, presiden RI pada saat itu, yaitu
Soeharto resmi mengundurkan diri, dan kemudian menyerahkan jabatannya ke wakil
presidennya yaitu Prof.BJ Habibie.
Namun hal tersebut tidak serta merta membuat
masyarakat puas, karena mereka masih menganggap bahwa Habibie merupakan antek
orde baru. Peristiwa terus berlanjut hingga menjelang akhir tahun, yaitu ketika
sidang istimewa MPR digelar pada bulan November. Mahasiswa terus melakukan
perlawanan terhadap pemerintahan Habibie yang masih mereka anggap sebagai
regenerasi Orde Baru, dan menyatakan sikap ketidakpercayaan terhadap anggota
MPR/DPR RI yang masih berbau orde baru. Selain itu mereka juga mendesak agar
militer dibersihkan dari kegiatan politik dan menentang dwifungsi ABRI.
Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat
bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di
Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat
perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir
seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa
tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan
oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas
masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi
mahasiswa. Aksi perlawanan terus bergejolak dan ketika itulah tragedi ini
bermula. Yaitu ketika beberapa aksi mahasiswa tersebut dihadang oleh pihak
militer yang bersenjata api lengkap dengan kendaraan lapis baja mereka.
Usaha militer untuk membubarkan mahasiswa telah
mengakibatkan bentrok yang cukup hebat, usaha tersebut diwarnai dengan beberapa
tembakan senjata yang dilakukan oleh aparat terhadap mahasiswa secara membabi
buta guna membubarkan massa. Alhasil, Tindakan membabi buta yang dilakukan
pihak militer pada saat itu telah menyebabkan 17 orang meninggal dunia, dan
ratuan lainnya luka berat. Korban meninggal dan luka-luka tidak hanya memakan
nyawa mahasiswa saja, mulai dari tim relawan kemanusiaan, wartawan, dan
masyarakat juga ikut menjadi korban, termasuk anak kecil yang masih berusia 6
tahun tewas tertembak peluru nyasar.
Peristiwa
reformasi inilah yang kemudian menjadi catatan kelam negeri ini, yang telah
menumpahkan darah mereka-mereka yang ingin berjuang untuk negeri. Yang juga
menjadi titik pencerahan baru bagi perubahan Indonesia di masa selanjutnya.
Dimana kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan kebebasan pers yang sebelumnya
tidak dijumpai pada masa orde baru kembali diperoleh oleh masyarakat di negeri
ini. Namun, ada 1 agenda reformasi yang sampai sekarang belum bisa terwujudkan
yaitu pemberantasan korupsi yang hingga kini masih menjadi wabah berbahaya bagi
stabilitas negara.
B. GERAKAN MAHASISWA TIMBUL DAN TENGGELAM
Para pengamat tentang gerkan mahasiswa dalam politik
Indonesia memiliki pandangan yang beragam. Gerakan mahasiswa sering dihugungkan
dengan perilaku politik golongan mahasiswa radikal dan oposisional terhadap
pemerintah, berani, syarat idealisme, jujur dan pengekspresi issue rakyat.
Mahasiswa juga dinilai memiliki sifat yang blak-blakan, dialogis terbuka, emosi
kuat, tanpa pikir panjang, mudah tersinggung, tidak tahan diremehkan, tidak
begitu terikat dengan norma-norma yang berlaku sehari-hari di dalam masyarakat,
merasa serba tahu, berperilaku berlebihan.
Hampir diseluruh kota Metropolitan Besar, dapat
ditemukan aksi-aksi politik mahasiswa
yang semula menuntut pelaksanaan refomasi berkembang menjadi menuntut mundurnya
Soeharto dari jabatan Presiden RI. Yang di aksikan sekitar 60.000 mahasiswa
yang menduduki gedung DPR/MPR.
Gerakan mahasiswa yang sering pula dibatasi sebagai
aksi politik yang menuntut dan menelorkan pembaruan (reformasi)
setidak-tidaknya menjadi bagian tidak terlupakan dari penulisan
peristiwa-peristiwa politik bangsa sejak tahun 1908-1998.
Aksi-aksi politik mahasiswa dalam politik Indonesia
telah lama dapat ditemukan, terutama sejak medio 1960-an, sekitar peritiwa
keruntuhan kekuasan Orde Lama Presiden Soekarno dan diambil aliih oleh kekuatn
militer di bawah kepemimpinan Jendreal Soeharto. Puncaknya adalah aksi-aksi
politik mahasiswa, yang menuntut pelaksanaan reformasi total dan pengunduran
diri Soeharto dari jabatan Presiden RI yang kemudian Wakilnya menjadi Presiden
selanjhutnya yaitu B.J Habibie. Hal ini menjadi kenyataan bahwa Sejarah politik
Indonesia menunjukkan gerakan mahasiswa bersifat temporer, tidak permanen.
Dalam menganalisis kehadiran gerakan mahasiswa dalam
politik Indonesia, sesunguhnya akan mengalami kesukaran dalam menentukan
teori-teori yang tepat digunakan untuk itu karena hanya ada sedikit jenerilisasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Meskipun gerakan mahasiswa sudah lama mengambil tempat
dalam politik Indonesia, tetapi Aksi dari gerakan mahasiswa muncul dan
tenggelam. Pergi ke perpustakaan untuk membaca buku-buku dan keesokan nya bisa
saja pergi keluar untuk melakukan Aksi politik untuk memprotes otoritas
Perguruan Tinggi atau otoritas pemerintahan.
Sekalipun pandangan yang beragam masih ditemukan
tentang gerakan mahasiswa dalam politik Indonesia, namun dari pandangan yang
beragam dapat dirangkumkan dan diklasifikasikan menjadi beberapa pandangan yang
lebih dapat dijabarkan ke dalam suatu penentuan sebab/faktor yang mempengaruhi
gerakan mahasiswa. Sebab/faktor dimaksud tentunya masih merupkan hipotesis yang
perlu mendapatkan pengujian lebh mendalam dan diberbagai kasus kehadiran
gerakan mahasiswa di negara-negara yang mempunyai karakteristik yang relatif
sama dengan Indonesia.
Ada 10 sebab/ faktor mengapa dalam politik Indonesia
gerakan mahasiswa tiba-tiba timbul :
1.
Dinamika internasional
2.
Kondisi sosial ekonomi
3.
Kondisi sosial politik
4.
Peluang politik
5.
Ketidakpuasan/kekecewaan kelompok kepentingan
6.
Ketidakpuasan / kekecewaan kelas menengah urban
7.
Konflik elite Politik
8.
Orgnisasi mahasiswa
9.
Ideologi politik
10. Otoritas
keluarga dan krisis ketokohan.
C. PERSPEKTIF MAHASISWA
KETERTARIKAN
MAHASISWA
Pada umumnya gerakan mahasiswa di Indonesia lebih
condong dan tertarik untuk mengangkai issue-issue utama tentang kebijakan
pemerintah dan status quo kekuasaan yang berkaaitan dengan pemerintahan bersih
atau tanpa praktek-praktek KKN dan kehidupan demokratisasi. Gerakan mahasiswa
juga mengangkat issue-issue utama yang langsung menyentuh kepentingan
masyarakat seperti kasus Keduung Ombo, Badega, kenaikan tarif angkutan kota.
Dalam pengertian tingkat kepentingan masyarakat, issue-issue utama gerakan
mahasiswa lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat nasional, yang lebih
tertuju pada kebijakan Pemerintah Pusat dan status quo kekuasaan Presiden.
Di kebanyaka negara baik sosialis maupun kapitalis,
kecenderungan mahassiswa merumuskan dan mengangkkat issue-issue utama bermula
dari kehidupan kampus dan dunia akademik, lebih berorientasi pada kepentingan
intern mahasiswa, kemudian menjalar ke luar dengan issue lokal, nasional dan
juga indternasional. Aksi-aksi demokratisasi politik dimulai dengan aksi-aksi
demokratisasi politik Kampus. Kecenderungan semacam ini kurang berlaku di
Indonesia. Issue-issue utama yang dirumuskan dan diangkat mahasiswa sejak
1908-1998 pada umumnya tidak bermula dari kehidupan Kampus, melainkan langsung
dari luar kehidupan kampus.
Gerakan mahasisa 1998 mendapat dukungan politik dari
staf Pengajar/Dosen, suatu fakta politik yang tidak pernah terjadi sejak
Soeharto berkuasa sebagai Presiden.
Issue-issue utama politik nasional (tidak menyangkut kondisi politik dalam
Kampus) terus dibeberkan secara intesif dan ekstensif. Hal ini dapat
menghindarkan diri dari sasaran oposisi, kritis dan protes mahasiswa.
Semaraknya dukungan staaf pengajar/ dosen terhadap
gerakan mahasiswa 1998 sesungguhnya tidak terlepas dari kecemasan atau
ketakutan mereka akan menjadi sasaran oposisi, kritik dan protes mahasiswa
terutama hal-hal yanng menyangkut issue KKN pemerintahan Orde Baru yng
bagaimana pun juga Perguruan Tinggi telah turut memberi kontribusi melalui
terutama proyrk studi/ perencanaan.
Sudah umum diketahui bahwa issue utama yang sangat
dominan dirumuskan dan digelombangkan oleh gerakan politik mahasisa 1998 adalah
berkembangnya KKN dalam Pemerinntahan Orde Baru. Semua persoalan krisis
moneter, ekonomi dan politik yang merugikan rakyat kebanyaka dipercaya sebagai
akibat dari berkembangnya KKN dalam pemerintahan. Yang menarik adalah tidak
satupun aksi politik mahaisiswa 1998 yang mempersoalkan keterlibatan Perguruan
Tinggi dalam berkembangnya KKN. Seakan-akan, KKN dalam Pemerintahan hanya
karena dilakukan Rezim Orde Baru, tanpa terkait dengan Perguruan Tinggi dimana
Staf pengajar/ Dosen sebagai kelommpok yang memiliki kemampuan sebagai
pelakunya.
Di pihak lain, terdapat juga kritik dan kecaman
mahasiswa terhadap Rezim Orde Baru sebagai lambang dari “kemapanan atau “status
quo”. Mahasiswa sebenarntya tidak tertarik pada persoalan politik Perguruan
Tinggi mereja sebagai juga lambang “kemapanan” dan status quo kekuasaan.
Mahasiswa nampaknya sudah merasa puas bila telah terbebas dari berbagai
hambatan dan diperbolehkan melakukan apa yang mereka kehendaki dalam pplitik
yang luas.
Mahasiswa umumnya tertarik pada perubahan praktis yang
cepat : menentang Pemerintahan yang KKN. Sedikit sekali, kalau tidak boleh
dikatakan tidak ada sama sekali mahasiswa yang menolak dan melawan ketdakadilan
Perguruan Tinggi, keterlibatan staf pengajar/dosen dalam Pemerintahan yang KKN,
Kapitalisme internasional yang memberlakangkan mayooritas mutlak masyarakat
(kelas bawah). Mahasiswa nampaknya tidak tertalik berpolitik di kampus yang
menghubungkan Perguruan Tinggi itu dengan segala kejahatan dan korupsi di dalam
masyarakat.
Mereka tidak pernah menekankan adanya persengkongkolan
antara pimpinan/staf pengajar Universitas dengan orang-orang yang telah mapan,
terdiri dari penguasa dari dunia bisnis, industri, penguasa militer, dan
penguasa Universitas yang telah bersama-sama menciptakan pemerintahan Orde Baru
yang otoriter/totaliter dan ber-KKN, menjadikan mayoritas mutlak masyarakat
terpuruk daalam ketidakberdayaan sosial ekonomi dan sosial politik.
Sesungguhnya, tidaklag sulit bagi mahasiswa untuk
mengaitkan Perguruan Tinggi dengan hal-hal seperti : penelitian-penelitian
untuk kepentingan bisnis, industri, pemerintahan, dan lain lain yang memberikan
kontribusi terhadap berkembangnya KKN dalam Pemerintahan Orde Baru yang
otoriter/totaliter. Tidak ada satu periode gerakan mahasiswa yang
sungguh-sungguuh merumuskan dan mengajukan issue utama sekitar kebiijakan
pemerintah tentang masuknya investasi/modal asing dan utang luar negeri, yang
harus diberhentikan karena telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi keterbelakangan
mayoritas mutlak masyarakat Indonesia (kels bawah atau massa).
Dengan perkataan lain, belum ada issue utama mahasiswa
yang sunggu-sungguh berkaitan dengan perlunya perubahan struktur sosial politik
dan ekonomi untuk membebaskaan mayoritas mutlak masyarakat atau massa rakyat
yang selama Orde Baru berkuasa dinilai telah disingkirkan, tertindas dan
terbelakangkan. Perubahan yang menuntut mahasiswa masih seputar demokrasi dan
penegakan HAM, terutama hak-hak sipil, yang lebih berorientasi pada kepentingan
kelas menengah urban.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hampir
disetiap negara, termasuk Indonesia tidak peduli apa bentuk tatanan
masyarakatnya, kehadiran gerakan Pemuda (Mahasiswa) atau aksi-aksi politik
mahasiswa menentang kebijaan dan kekuasaan Pemerintah banyak mengundang
perhatian masyarakat, termasuk kaum intelektual, cendikiawan dan juga politisi.
Pada umumnya gerakan yang dilakukan pemuda Indonesia dinilai telah memberikan
kontibusi terhadap pengambilalihan atau penyerahan kekuasaan nasional dari
tangan pemimpin yang lama ke pemimpin yang baru.
Gerakan yang dilakukan mahasiswa sebagai bentuk
ketidakpuasan atas kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah. Mahasiswa akan
melakukan Aksi-aksi yang menuntut kebijakan yang lebih baik, menuntut keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga dalam aksi-aksi ini, adalah suatu
kegiatan politik dimana mahasiswa ikut mengambil alih sistem politik Indonesia.
Hal ini mereka lakukan jika memang sistem politik yang sebelum nya merugikan rakyat
dan negara.
Gerakan mahasiswa yang tercatat sebagai Aksi yang
berpengaruh besar terhadap sistem politik di Indonesia sudah dimulai sejak
tahun 1908 dan terakhir pada tahun 1998. Peristiwa tersebut dibagi atas :
1. Awal bergerak mahasiswa di Indonesia tahunn 1908
2. Gerakan mahasiswa tahun 1928 menuntut TriTura
3. Gerakan mahasiswa tahun 1945 dalam memperoleh
kemerdekaan Indoesia
4. Gerakan mahasiswa tahun 1966
5. Gerakan mahasiswa tahun 1974
6. Gerakan mahasiswa tahun periode NKK/BKK
7. Gerakan mahasiswa tahun 1998 runtuhnya orde baru
Sekalipun pandangan yang beragam masih ditemukan
tentang gerakan mahasiswa dalam politik Indonesia, namun dari pandangan yang
beragam dapat dirangkumkan dan diklasifikasikan menjadi beberapa pandangan yang
lebih dapat dijabarkan ke dalam suatu penentuan sebab/faktor yang mempengaruhi
gerakan mahasiswa. Sebab/faktor dimaksud tentunya masih merupkan hipotesis yang
perlu mendapatkan pengujian lebh mendalam dan diberbagai kasus kehadiran
gerakan mahasiswa di negara-negara yang mempunyai karakteristik yang relatif
sama dengan Indonesia.
Ada 10 sebab/ faktor mengapa dalam politik Indonesia
gerakan mahasiswa tiba-tiba timbul :
1.
Dinamika internasional
2.
Kondisi sosial ekonomi
3.
Kondisi sosial politik
4.
Peluang politik
5.
Ketidakpuasan/kekecewaan kelompok kepentingan
6.
Ketidakpuasan / kekecewaan kelas menengah urban
7.
Konflik elite Politik
8.
Orgnisasi mahasiswa
9.
Ideologi politik
10. Otoritas
keluarga dan krisis ketokohan.
Gerakan mahasiswa yang mempengaruhi dan menciptakan
politik baru di Indonesia melalui aksi-aksinya merupakan suatu tindakan yang
harus diberi perhatian, karena pada awalnya mahasiswa lah yang memperjuangkan
hak-hak rakyat, mengingatkan Pemerintah
agar tidak lupa atas segala tugas nya. Mahasiswa senidir yang berasal dari kaum intelektual pasti tidak akan diam jika
pemerintah salah mengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Amal
Ichlasul. 1989 . “ Metodologi ilmu
Politik”. Universitas Gajah Mada.
Bahri,
Khatimi. 1999. “ Fase-fase Gerakann
Mahasiswa”. Jakarta : Pustaka Hidayah.
Bhaksti Ikrar Nusa. “Kecenderungan Gerakan Mahasiswa 1998”. Jakarta
: Lembaga Pers Mahasiswa mapussy Indonesia.
LP3ES.
1991. “ Analisa Kekuatan Politik Di
Indonesia”. Jakarta : LP3ES.
Muchtar
E.Harahap. 1999. “Gerakan Mahasiswa Dalam
Politik Indonesia” . Jakarta : Network for
South East Asian Studies, NSEAS.
Muis,A. 1998. “Peran Demonstrasi Mahasiswa”.
Bandung : PT.Remaka Kosdakarya.
Nusantara,A.Ariobimi.
1998. “ aksi Mahasiswa menuju gerbang
Reformasi”. Jakarta : PT Grasindo.
Rillon, Francois. 1985. “Politik
dan Ideologi Mahasiswa Indonesia”. Jakarta : LP3ES.
Saidi Ridwan. 1989. “Mahasiswa dan
Lingkaran Politik”. Jakarta : Lembaga Pers Mahasiswa mapussy Indonesia.
Wiranto
Sarlito. 1978. “ Perbedaan Antara
Pemimpin dan Aktivis Mahasiswa dalam Gerakan Protes Mahasiswa. Jakarta :
bulan bintang.
Zamroni. 1998.
“ Pahlawan Reformasi :Catatan Peristiwa
12 Mei 1998”. Jakarta : Pabelan Jayakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar