Kamis, 02 Juli 2015

PERAN PEMUDA DALAM PERPOLITIKAN INDONESIA

PERAN PEMUDA DALAM PERPOLITIKAN INDONESIA


DISUSUN


NAMA       : WIWID ANGGRAINI
NIM           : 140706050








FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ILMU SEJARAH
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “PERAN PEMUDA DALAM PERPOLITIKAN INDONESIA”.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata Pengantar Ilmu Politik .

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini. 

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi yang membacanya.

                                                                                                            Medan. 10 Juni 2015

                                                                                                                        penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN ISI
A.    TAHAP-TAHAP PERGERAKAN MAHASISWA
DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA................................................................3
B.     GERAKAN MAHASISWA
TIMBUL DAN TENGGELAM..................................................................................11
C.     PERSPEKTIF MAHASISWA....................................................................................12

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................iii


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Hampir disetiap negara, tidak peduli apa bentuk tatanan masyrakatnya, kehadiran gerakan Pemuda (Mahasiswa) atau aksi-aksi politik mahasiswa menentang kebijaan dan kekuasaan Pemerintah banyak mengundang perhatian masyarakat, termasuk kaum intelektual, cendikiawan dan juga politisi. Pada umumnya gerakan yang dilakukan pemuda Indonesia dinilai telah memberikan kontibusi terhadap pengambilalihan atau penyerahan kekuasaan nasional dari tangan pemimpin yang lama ke pemimpin yang baru.

Di indonesia sendiri, kehadiran pemuda Mahasiswa dalam politik juga mengundang banyak perhatian masyarakat. Sering kali ditemukan pandangan bahwa gerakan mahasiswa telah memberikan kontribusi terhadap perpolitikan Indonesia  yaitu pada runtuhnya kekuasaan para pemimpin tinggi. Kajian sejarah politik Indonesia yang secara metapora mengaitkan gerakan mahassiswa dengan perubahan dan pembaharuan kekuasaan politik nasional bukanlah hal yang baru. Mahasiswa umpama seperti penjelmaan Ratu Adil yang muncul dan munncul kembali ketika bangsa ini sedang dilanda krisis.

Pada umunya masyarakat menilai kehadiran gerakan mahasiwa merupakan manisfetasi dari posisi mereka sebagai kaum “intelektual-calon pemimimpin bangsa-cendikiawan-idealis”. Mahasiswa sering juga diklaim berperan sebagai suatu kekuatan moral yang mempunyai posisi strategis dalam menekan keputusan dan kekuasaan Pemerintah. Karena mahasiwa tidak langsung dan tidak terikat dalam kurun waktu, cenderung tidak bersifat parmanen melakukan aksi-aksi politik, dan juga tidak memiliki kekuatan fisik.

Mahasiswa sebaagai golongan politik mempunyai ciri utama yang sangat berbeda dengan golongan-golongan politik lain seperti Partai Politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Serikat Buruh, Korp Perwira Militer, Perusahaan Bisnis, anggota parlemen seperti DPR/MPR. Kelompok politik mahasiswa mudah sekali melakukan perubahan orientasi terhadap kekuatan yang sebelumnya mereka dukung. Potensi radikalisme dan oposisi terhadap Pemerintah atau status Quo kekuasaan selalu melekat, tidak terkecuali dalam tatanan politik yang bagaimanapun mereka berada.

Dalam batas-batas tertentu, perilaku politik mahasiswa dalam menyikapi kebijakan Pemerintahan dan status quo kekuasaan pada umumnya memiliki karakteristik-karakteristik yang sama. Salah satu karakteristik itu adalah pandangan instrumentalis yang kuat tentang lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi). Mereka memandang lembaga pendidikan sebagai sarana atau jalan masuk ke mobilitas vertikal, yaitu perubahan status sosial ekonomi dan sosial politik yang lebih tinggi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Karakteristik lain adalah perilaku politik mahasiswa yang cenderung membeberkan gagasan yang bertentangan dengan gagasan dominan masyarakat dan juga Pemerintah. Mereka dalam berpolitik cenderung mengembangkan radikalisme, progresivisme, kreativitas, dan juga idealisme menentang otoritas Pemerintah atau Perguruan Tinggi. Bahkan ketika mahasiswa melakukan aksi-aksi politik menentang kebijakan Pemerintah tentang strategi pembangunan ekonomi yang dinilai tidak memihak kepada rakyat dan memperkuat perilaku Korupsi Kolusi dan Nepotisme baik dalam pemerintahan maupun swasta, tidak ada pikiran sungguh-sungguh mengeluarkan cara pemecahan dengan pengorgnisasi kebanyakan rakyat sebgai kekuatan politik untuk “mendobrak” atau “ menjungkirbalikkan” tatanan sosial ekonomi dan sosial politik yang syarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme tersebut.

Karakteristik berikutnya adalah keterbukaan dan blak-blakan mahasiswa dalam mengekspresikan atau mengaspirasikan kepetingan, tuntutan atau tekanan politik kepada otoritas Pemerintah. Keterbukaan dan blak-blakan mahasiswa iniseringkali ditanggapi dengan tindakan supresif militeristis oleh Pemerintah. Sejak gerakan mahasiswa 1973/1974 hingga 1997/1998, tindakan kekerasan terhadap aksi-aksi polirik mahasiswa semakin meningkat baik dari sisi tingkat kekerasannya maupun juga mahasiswa yang mengalami penderitaan fisik.

Gerakan mahasiswa merupakan seperangkat kegiatan mahasiswa yang bergerak menentang dan mempersoalkan realitas obyektif yang dianggap bertentangan dengan realitas subyektif mereka. Kebanyakan mahasiswa melakukan aksi-aksi dengan menuntut tuntutan yang merekaa anggap harus menjadi kebijakan perintah mulai dari tuntutan-tuntutan menentang kebijakan pendidikan, terutama otoritas Perguruan Tinggi, kemudian bergerak menuju kebijakan nasional. Selain itu, tunntutan-tuntutan yang dilakukan mahasiwa juga bersifat “mengingatkan” agar Pemerintah tidak lupa akan kebijakan yang mereka janjikan untuk Indonesia. Masalah tuntutan terhadap Harga barang dipasar, sembako sampai kepada Bahan Bakar Minyak (BBM).

Gerakan mahasiswa yang tercatat sebagai Aksi yang berpengaruh besar terhadap sistem politik di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1908 dan terakhir pada tahun 1998. Peristiwa tersebut dibagi atas :
1.      Awal bergerak mahasiswa di Indonesia tahunn 1908
2.      Gerakan mahasiswa tahun 1928 menuntut TriTura
3.      Gerakan mahasiswa tahun 1945 dalam memperoleh kemerdekaan Indoesia
4.      Gerakan mahasiswa tahun 1966
5.      Gerakan mahasiswa tahun 1974
6.      Gerakan mahasiswa tahun periode NKK/BKK
7.      Gerakan mahasiswa tahun 1998 runtuhnya orde baru



BAB II
PEMBAHASAN ISI    
A.   TAHAP-TAHAP PERGERAKAN MAHASISWA DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA

1.      Awal bergerak mahasiswa di Indonesia tahun 1908

Dalam Sejarah peradaban bangsa Indonesia, ada beberapa catatan peristiwa yang layak kita pandang sebagai awal mula pergerakan mahasiswa di tanah air. Pergerakan tersebut bermula pada tahun 1908. Pada masa itu,mahasiswa - mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA mendirikan sebuah wadah pergerakan pertama di Indonesia yang bernama Boedi Oetomo, dimana organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908. Wadah ini merupakan bentuk sikap kritis mahasiswa tersebut terhadap sistem kolonialisme Belanda yang menurut mereka sudah selayaknya dilawan dan rakyat harus dibebaskan dari bentuk penguasaan terhadap sumber daya alam yang dilakukan oleh penjajah terhadap bangsa ini, walaupun terkesan gerakan yang mereka lakukan masih menunjukkan sifat primordialisme Jawa.

Organisasi ini berdiri berawal dari kegiatan akademis berupa diskusi rutin di perpustakaan STOVIA yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar di STOVIA antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Melalui diskusi itulah mahasiswa - mahasiswa tersebut mulai memikirkan nasib masyarakat Indonesia yang makin memprihatinkan ditengah kondisi penjajahan dan selalu dianggap bodoh oleh Belanda, disamping itu diperparah dengan kondisi para pejabat pemerintahan pada saat itu dari kalangan pribumi (pangreh praja) yang justru makin menindas rakyatnya demi kepentingan pribadi dan kelanggengan jabatannya, seperti menarik pajak yang tingi terhadap rakyat untuk menarik simpati atasan dan pemerintahan Belanda.

Selain itu, pada tahun 1908 ini juga, mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi di Belanda yaitu Drs. Mohammad Hatta yang kemudian nanti menjadi Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia mendirikan organisasi Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging pada tahun 1922. Organisasi ini awalnya merupakan suatu wadah kelompok diskusi mahasiswa yang kemudian orientasi pergerakannya lebih jelas dalam hal politik. Misi nasionalisme yang ditunjukkan organisasi ini lebih jelas dipertajam dengan bergantinya nama organisasi ini menjadi Perhimpunan Indonesia.

Melalui majalah Indonesia Merdeka, mereka yang tergabung dalam organisasi ini mulai gesit dalam melancarkan propaganda pergerakannya, sudah banyak artikel yang dimuat dalam majalah tersebut yang mengkritisi bagaimana kondisi bangsa pada saat itu, sampai muncul statement yang mengatakan bahwa sudah saatnya Bangsa Indonesia tidak menyebut negaranya dengan sebutan Hindia Belanda. Termasuk dalam majalah tersebut memuat tulisan yang disebut manifesto 1925 yang isinya antara lain:

1. Rakyat Indonesia sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih mereka sendiri;
2. Dalam memperjuangkan pemerintahan sendiri itu tidak diperlukan bantuan dari pihak mana pun dan;
3. Tanpa persatuan kukuh dari pelbagai unsur rakyat tujuan perjuangan itu sulit dicapai.

Selain itu, masih ada organisasi pemuda mahasiswa yang lain seperti Indische Partij yang secara radikal menyuarakan kemerdekaan Indonesia,selain itu ada juga Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang arah pergerakan politiknya lebih condong ke ideologi nasionalisme demokratik yang berlandaskan Islam. Yang perlu kita catat dalam sejarah kemahasiswaan periode ini adalah ketika insiatif beberapa mahasiswa pada tahun 1908 tersebut telah memunculkan sebuah momentum bersejarah yang diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada saat Boedi Oetomo didirikan yaitu pada tanggal 20 Mei 1908. Momentum inilah yang telah menjadi batu loncatan awal bagi setiap pergerakan bangsa di tahun - tahun berikutnya.

2.      Gerakan Mahasiswa di Periode Tahun 1928

Sejarah berlanjut pada periode berikutnya di tahun 1928. Pada awalnya, mahasiswa di Surabaya yang bernama Soetomo pada tanggal 19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club). Di tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan kawan - kawannya dari Sekoleah Tinggi Teknik (ITB) di Bandung beriniisiatif untuk mendirikan Kelompok Studi Umum (Algemeene Studi Club) pada tanggal 11 Juli 1925. Pembentukan kedua kelompok diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan pergerakan politik mahasiswa yang semakin tumpul pada masa itu.

Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi yang berusaha untuk menghimpun seluruh mahasiswa di Indonesia dan lebih menyuarakan yang namanya wawasan kebangsaan dalam diri mahasiswa. Hal tersebut lah yang kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah kongres paling bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, yang merupakan lanjutan dari Kongres Pemuda I pada tahun 1926, yang kemudian menghasilkan sumpah pemuda yang sangat bersejarah tersebut.

Adapun isi dari sumpah pemuda itu sendiri adalah :

-          Kami Putra Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
-          Kami Putra Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
-          Kami Putra Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Pada saat ini pulalah lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan oleh WR Soepratman menggunakan biola. Kemudian, setiap tahunnya hingga sekarang peristiwa ini selalu diperingati pada tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda.

3.      Mahasiswa di Tahun 1945 dalam perannya meraih Kemerdekaan

Periode ini merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia, peran pemuda mahasiswa juga tidak lepas dan terlihat sangat vital dalam mewujudkan suatu misi besar bangsa Indonesia pada saat itu yaitu melepaskan diri dari belenggu pejajahan atau merebut kemerdekaan. Kondisi pergerakan mahasiswa pada saat itu tidak semudah pada periode - perode sebelumnya.

Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik, dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.

Dan secara praktis, akhirnya mahasiswa - mahasiswa pada saat itu mulai menurunkan intensitas pergerakannya dan lebih mengerucutkannya dalam bentuk kelompok diskusi. Yang berbeda pada masa tersebut adalah, mahasiswa - mahasiswa pada waktu itu lebih memilih untuk menjadikan asrama mereka sebagai markas pergerakan. Dimana terdapat 3 asrama yang terkenal dalam mencetak tokoh - tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah, yaitu asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Melalui diskusi di asrama inilah kemudian lahir tokoh - tokoh yang nantinya bakal menjadi motor penggerak penting munculnya kemerdekaan bangsa Indonesia.

Tokoh - tokoh tersebut secara radikal dan melalui pergerakan bawah tanah melakukan desakan kepada Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan setelah melalui radio mereka mendengar bahwa telah terjadi insiden bom atom di Jepang, dan mereka berpikir bahwa inilah saat yang tepat untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.

Mahasiswa - mahasiswa yang terdiri dari Soekarni dan Chairul Saleh inilah yang akhirnya terpaksa menculik dan mengamankan tokoh proklamator tersebut sampai ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945 agar lebih memberikan tekanan kepada mereka untuk lebih cepat dalam memproklamasikan kemerdekaan. Peristiwa inilah yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai peristiwa Rengasdengklok.

Tindakan mahasiswa dan kaum muda ini membuahkan hasil, sehingga pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta tepat pada pukul 10.00 diproklamasikanlah Kemerdekaan Indonesia. Setiap tahun kemudian hari tersebut menjadi hari libur nasional sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

4.      Gerakan Mahasiswa di tahun 1966

Pada masa setelah kemerdekaan, mulai bermunculan secara bersamaan organisasi - organisasi mahasiswa di berbagai kampus. Berawal dari munculnya organisasi mahasiswa yang dibentuk oleh beberapa mahasiswa di Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta, yang dimotori oleh Lafran Pane dengan mendirikan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tanggal 5 Februari 1947. Organisasi ini dibentuk sebagai wadah pergerakan mahasiswa yang dilatarbelakangi oleh 4 faktor utama yang meliputi Situasi Dunia Internasional, Situasi NKRI, Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia, Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan.

Selain itu pada tahun yang sama, dibentuk pulalah Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang didirikan melalui kongres mahasiswa di Malang. Lalu pada waktu yang berikutnya didirikan juga organisasi - organisasi mahasiswa yang lain seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berhaluan pada ideologi Marhaenisme Soekarno, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GAMSOS) yang lebih cenderung ke ideologi Sosialisme Marxist, dan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang lebih berpandangan komunisme sehingga cenderung lebih dekat dengan PKI (Partai Komunis Indonesia).Sebagai imbas daripada kemenangan PKI pada pemilu tahun 1955, organisasi CGMI cenderung lebih menonjol dibandingkan dengan organisasi - organisasi mahasiswa lainnya.

Namun justru hal inilah yang menjadi cikal bakal perpecahan pergerakan mahasiswa pada saat itu yang disebabkan karena adanya kecenderungan CGMI terhadap PKI yang tentu saja dipenuhi oleh kepentingan - kepentingan politik PKI. Secara frontal CGMI menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi - organisasi mahasiswa lainnya terutama dengan organisasi HMI yang lebih berazazkan Islam. Berbagai bentuk propaganda politik pencitraan negatif terus dibombardir oleh CGMI dan PKI kepada HMI, beberapa bentuk propaganda yang mereka wujudkan yaitu salah satunya melalui artikel surat kabar yang berjudul Quo Vadis HMI. Perseturuan antara CGMI dan HMI semakin memanas ketika CGMI berhasil merebut beberapa jabatan di organisasi PPMI dan juga GMNI, terlebih setelah diadakannya kongres mahasiswa V tahun 1961.

Atas beberapa serangan yang terus menerus dilakukan oleh pihak PKI dan CGMI terhadap beberapa organisasi mahasiswa yang secara ideologi bertentangan dengan mereka, akhirnya beberapa organisasi mahasiswa yang terdiri dari HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI, PMII, Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI), mereka sepakat untuk membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dimana tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.

Berawal dari semangat kolektifitas mahasiswa secara nasional inilah perjuangan mahasiswa yang dikenal sebagai gerakan angkatan '66 inilah yang kemudian mulai melakukan penentangan terhadap PKI dan ideologi komunisnya yang mereka anggap sebagai bahaya laten negara dan harus segera dibasmi dari bumi nusantara.

Tritura adalah singakatan dari tri tuntutan rakyat atau tiga tuntutan rakyat yang dicetuskan atau diserukan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dengan didukung oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang ditujukan kepada pemerintah.

Sebelum tuntutan pembubaran PKI serta perombakan kabinet pada pemerintah telah digaungi oleh KAP-Gestapu yang merupakan singkatan dari Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September.

Tritura atau tiga tuntutan rakyat memiliki isi:
1. Bubarkan PKI
2. Perombakan Kabinet
3. Turunkan Harga.

Para mahasiswa turun kejalan menyuarakan tuntutannya sesuai dengan isi tritura, selama beberapa hari tidak pulang demi tuntutan mereka dapat didengar. Mahasiswa saat itu yang kebanyakan merupakan mahasiswa UI melakukan aksinya menggunakan almameter UI, sehingga kejadian itu juga dikenal Jakarta Lautan Kuning. Pada masa inilah disebut mahasiswa angkatan 1966 merupakan panutan untuk masa-masa selanjutnya.

 Namun sayangnya, di tengah semangat idealisme mahasiswa pada saat itu ada saja godaan datang kepada mereka yang pada akhirnya melunturkan idealisme perjuangan mereka, dimana setelah masa orde lama berakhir, mereka yang dulunya berjuang untuk meruntuhkan PKI mendapatkan hadiah oleh pemerintah yang sedang berkuasa dengan disediakan kursi MPR dan DPR serta diangkat menjadi pejabat pemerintahan oleh penguasa orde baru.

Di tengah gelombang peruntuhan idealime mahasiswa tersebut, ternyata ada sesosok mahasiswa yang sangat dikenal idealimenya hingga saat ini dan sampai sekarang tetap menjadi panutan para aktivis - aktivis mahasiswa di Indonesia, yaitu Soe Hok Gie. Ada seuntai kalimat inspiratif yang dituturkan oleh Soe Hok Gie yang sampai sekarang menjadi inspirasi perjuangan mahasiswa di Indonesia, secara lantang ia mengatakan kepada kawan - kawan seperjuangannya yang telah berbelok idealimenya dengan kalimat "lebih baik terasingkan daripada hidup dalam kemunafikan".


5.      Gerakan Mahasiswa di tahun 1974

Periode ini sangat berbeda sekali dengan periode sebelumnya di tahun 1966, dimana pada masa pergerakan mahasiswa tahun 1966 mahasiswa melakukan afiliasi dengan pihak militer dalam menumpas PKI. Pada periode 1974 ini, mahasiswa justru berkonfrontasi dengan pihak militer yang mereka anggap telah menjadi alat penindas bagi rakyat. Gelombang perlawanan bermula sejak dinaikkannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dianggap meneyengsarakan rakyat. Selain itu, isu pemberantasan korupsi juga dengan lantang digalakkan oleh mahasiswa yang mendesak agar pemerintah lebih tegas dalam menjerat koruptor yang terdiri dari pejabat - pejabat pemerintahan saat itu.

Melalui pergerakan inilah muncul suatu gerakan yang disebut "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori oleh Arif Budiman dan Hariman Siregar yang menyuarakan isu korupsi dan kenaikan BBM. Menyusul pergerakan mahasiswa yang terus meluas, secara inisisatif mahasiswa membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo.
Namun ketika kebusukan - kebusukan rezim pemerintahan orde baru terus mencuat di permukaan, dengan serta merta pemerintah melakukan berbagai rekayasa politik guna meredam protes massa dan mempertahankan status quo, terlebih menjelang pemilu tahun 1971.

Tetapi hal tersebut tidak juga berhasil dalam meredam gelombang protes mahasiswa, secara bersama - sama, masyarakat dan mahasiswa terus melancarkan sikap ketidakpercayan mereka terhadap 9 partai politik dan Golongan Karya yang selama ini menjadi wadah aspirasi politik mereka dengan munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971. Dimana gerakan ini dimotori oleh Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan, dan Arif Budiman. Selain itu mahasiswa juga melancarkan kritik kepada pemerintah yang telah melakukan pemborosan anggaran negara dengan melakukan beberapa proyek eksklusif yang dinilai tidak perlu untuk pembangunan. Salah satunya adalah dengan mendirikan Taman Mini Indonesia Indah, yang sebenarnya proyek - proyek tersebut dijadikan alasan bagi Indonesia untuk terus - menerus menyerap hutang terhadap pihak luar negeri.

Gelombang Protes semakin meledak ketika harga barang kebutuhan semakin melambung dan budaya korupsi di kalangan pejabat pemerintah semakin menular, gelombang protes inilah yang memunculkan suatu gerakan yang dikenal dengan nama peristiwa Malari pada tahun 1974 yang dimotori oleh Hariman Siregar. Melalui gerakan tersebut lahirlah Tritura Baru selain daripada 2 tuntutan yaitu Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga.

6.      Mahasiswa Periode NKK/BKK

Pada masa inilah pergerakan mahasiswa mulai dimatikan peran dan fungsinya oleh pemerintah, yaitu sejak terpilihnya Soeharto untuk yang ketiga kalinya melalui Pemilihan Umum. Maka guna meredam sikap ktiris mahasiswa terhadap pemerintah dan untuk mempertahankan status quo pemerintahan maka dikeluarkanlah Kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK No.0156/U/1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim.

Menyusul diadakannya konsep NKK tersebut maka pemerintah melakukan tindakan pembekuan terhadap beberapa organisasi Dewan Mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia yang kemudian diganti dengan membentuk struktur organisasi baru yang disebut Badan Koordinasi Kampus (BKK). Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.

Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.

Sehingga praktis, kondisi kehidupan mahasiswa dalam melakukan pergerakan politik menjadi lumpuh. Yang kemudian akhirnya menyebabkan mahasiswa hanya fokus ke urusan akademis dan menjadi apatis. Terlebih lagi dengan munculnya beberapa organisasi kemasyarakatan yang pada saat itu justru menjadi alat kepentingan politik pemerintah. Sehingga tidak heran pada saat itu kondisi rezim semakin kuat dan tegak.

7.      Mahasiswa pada tahun 1988 dalam usaha menggulingkan rezim orde baru

Namun pengekangan terhadap mahasiswa melalui NKK/BKK tidak bertahan lama. Gejolak krisis moneter di seluruh dunia telah membuat kondisi perekonomian di Indonesia terguncang hebat. Hal tersebut ditandai dengan menaiknya angka tukar rupiah terhadap dolar yang menembus Rp 17.000/Dolar.

Hal ini tentu saja sangat mengejutkan masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa yang akhirnya animo pergerakannya mulai bangkit setelah sebelumnya mengalami mati suri yang cukup panjang. Dimulai ketika pada saat 20 mahasiswa UI yang mendatangi gedung MPR/DPR RI denga tegas menolak pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan melalui sidang umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional kepada MPR. Kondisi Indonesia semakin tegang sejak harga BBM melonjak naik hingga 71% yang ditandai dengan beberapa kerusuhan yang terjadi di Medan yang setidaknya telah memakan 6 korban jiwa.

Kerusuhan berlanjut pada tanggal 7 Mei dan 8 Mei. Yaitu peristiwa cimanggis,dimana pada saat itu telah terjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya, Cimanggis, yang mengakibatkan sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu, Cimanggis. Dua di antaranya terkena tembakan di leher dan lengan kanan, sedangkan sisanya cedera akibat pentungan rotan dan mengalami iritasi mata akibat gas air mata, Kemudian peristiwa Gejayan di Yogyakarta yang telah merenggut nyawa 1 orang mahasiswa.

Hal tersebut tentu saja makin membuat panas situasi antara mahasiswa dan pemerintah, terutama terhadap militer yang mereka anggap telah berbuat semena-mena terhadap mahasiswa yang berdemonstrasi. Demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa pun akhirnya semakin merebak dan meluas. Di Jakarta sendiri, ribuan mahasiswa telah berhasil menduduki gedung MPR/DPR RI pada tanggal 19 Mei 1998. Atas berbagai tekanan yang terjadi itulah akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00, presiden RI pada saat itu, yaitu Soeharto resmi mengundurkan diri, dan kemudian menyerahkan jabatannya ke wakil presidennya yaitu Prof.BJ Habibie.

Namun hal tersebut tidak serta merta membuat masyarakat puas, karena mereka masih menganggap bahwa Habibie merupakan antek orde baru. Peristiwa terus berlanjut hingga menjelang akhir tahun, yaitu ketika sidang istimewa MPR digelar pada bulan November. Mahasiswa terus melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Habibie yang masih mereka anggap sebagai regenerasi Orde Baru, dan menyatakan sikap ketidakpercayaan terhadap anggota MPR/DPR RI yang masih berbau orde baru. Selain itu mereka juga mendesak agar militer dibersihkan dari kegiatan politik dan menentang dwifungsi ABRI.

Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Aksi perlawanan terus bergejolak dan ketika itulah tragedi ini bermula. Yaitu ketika beberapa aksi mahasiswa tersebut dihadang oleh pihak militer yang bersenjata api lengkap dengan kendaraan lapis baja mereka.

Usaha militer untuk membubarkan mahasiswa telah mengakibatkan bentrok yang cukup hebat, usaha tersebut diwarnai dengan beberapa tembakan senjata yang dilakukan oleh aparat terhadap mahasiswa secara membabi buta guna membubarkan massa. Alhasil, Tindakan membabi buta yang dilakukan pihak militer pada saat itu telah menyebabkan 17 orang meninggal dunia, dan ratuan lainnya luka berat. Korban meninggal dan luka-luka tidak hanya memakan nyawa mahasiswa saja, mulai dari tim relawan kemanusiaan, wartawan, dan masyarakat juga ikut menjadi korban, termasuk anak kecil yang masih berusia 6 tahun tewas tertembak peluru nyasar.

Peristiwa reformasi inilah yang kemudian menjadi catatan kelam negeri ini, yang telah menumpahkan darah mereka-mereka yang ingin berjuang untuk negeri. Yang juga menjadi titik pencerahan baru bagi perubahan Indonesia di masa selanjutnya. Dimana kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan kebebasan pers yang sebelumnya tidak dijumpai pada masa orde baru kembali diperoleh oleh masyarakat di negeri ini. Namun, ada 1 agenda reformasi yang sampai sekarang belum bisa terwujudkan yaitu pemberantasan korupsi yang hingga kini masih menjadi wabah berbahaya bagi stabilitas negara.


B.   GERAKAN MAHASISWA TIMBUL DAN TENGGELAM

Para pengamat tentang gerkan mahasiswa dalam politik Indonesia memiliki pandangan yang beragam. Gerakan mahasiswa sering dihugungkan dengan perilaku politik golongan mahasiswa radikal dan oposisional terhadap pemerintah, berani, syarat idealisme, jujur dan pengekspresi issue rakyat. Mahasiswa juga dinilai memiliki sifat yang blak-blakan, dialogis terbuka, emosi kuat, tanpa pikir panjang, mudah tersinggung, tidak tahan diremehkan, tidak begitu terikat dengan norma-norma yang berlaku sehari-hari di dalam masyarakat, merasa serba tahu, berperilaku berlebihan.

Hampir diseluruh kota Metropolitan Besar, dapat ditemukan aksi-aksi politik  mahasiswa yang semula menuntut pelaksanaan refomasi berkembang menjadi menuntut mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden RI. Yang di aksikan sekitar 60.000 mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR.

Gerakan mahasiswa yang sering pula dibatasi sebagai aksi politik yang menuntut dan menelorkan pembaruan (reformasi) setidak-tidaknya menjadi bagian tidak terlupakan dari penulisan peristiwa-peristiwa politik bangsa sejak tahun 1908-1998.

Aksi-aksi politik mahasiswa dalam politik Indonesia telah lama dapat ditemukan, terutama sejak medio 1960-an, sekitar peritiwa keruntuhan kekuasan Orde Lama Presiden Soekarno dan diambil aliih oleh kekuatn militer di bawah kepemimpinan Jendreal Soeharto. Puncaknya adalah aksi-aksi politik mahasiswa, yang menuntut pelaksanaan reformasi total dan pengunduran diri Soeharto dari jabatan Presiden RI yang kemudian Wakilnya menjadi Presiden selanjhutnya yaitu B.J Habibie. Hal ini menjadi kenyataan bahwa Sejarah politik Indonesia menunjukkan gerakan mahasiswa bersifat temporer, tidak permanen.

Dalam menganalisis kehadiran gerakan mahasiswa dalam politik Indonesia, sesunguhnya akan mengalami kesukaran dalam menentukan teori-teori yang tepat digunakan untuk itu karena hanya ada sedikit  jenerilisasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Meskipun gerakan mahasiswa sudah lama mengambil tempat dalam politik Indonesia, tetapi Aksi dari gerakan mahasiswa muncul dan tenggelam. Pergi ke perpustakaan untuk membaca buku-buku dan keesokan nya bisa saja pergi keluar untuk melakukan Aksi politik untuk memprotes otoritas Perguruan Tinggi atau otoritas pemerintahan.

Sekalipun pandangan yang beragam masih ditemukan tentang gerakan mahasiswa dalam politik Indonesia, namun dari pandangan yang beragam dapat dirangkumkan dan diklasifikasikan menjadi beberapa pandangan yang lebih dapat dijabarkan ke dalam suatu penentuan sebab/faktor yang mempengaruhi gerakan mahasiswa. Sebab/faktor dimaksud tentunya masih merupkan hipotesis yang perlu mendapatkan pengujian lebh mendalam dan diberbagai kasus kehadiran gerakan mahasiswa di negara-negara yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dengan Indonesia.

Ada 10 sebab/ faktor mengapa dalam politik Indonesia gerakan mahasiswa tiba-tiba timbul :

1.      Dinamika internasional
2.      Kondisi sosial ekonomi
3.      Kondisi sosial politik
4.      Peluang politik
5.      Ketidakpuasan/kekecewaan kelompok kepentingan
6.      Ketidakpuasan / kekecewaan kelas menengah urban
7.      Konflik elite Politik
8.      Orgnisasi mahasiswa
9.      Ideologi politik
10.  Otoritas keluarga dan krisis ketokohan.

C.   PERSPEKTIF MAHASISWA

KETERTARIKAN MAHASISWA

Pada umumnya gerakan mahasiswa di Indonesia lebih condong dan tertarik untuk mengangkai issue-issue utama tentang kebijakan pemerintah dan status quo kekuasaan yang berkaaitan dengan pemerintahan bersih atau tanpa praktek-praktek KKN dan kehidupan demokratisasi. Gerakan mahasiswa juga mengangkat issue-issue utama yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat seperti kasus Keduung Ombo, Badega, kenaikan tarif angkutan kota. Dalam pengertian tingkat kepentingan masyarakat, issue-issue utama gerakan mahasiswa lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat nasional, yang lebih tertuju pada kebijakan Pemerintah Pusat dan status quo kekuasaan Presiden.

Di kebanyaka negara baik sosialis maupun kapitalis, kecenderungan mahassiswa merumuskan dan mengangkkat issue-issue utama bermula dari kehidupan kampus dan dunia akademik, lebih berorientasi pada kepentingan intern mahasiswa, kemudian menjalar ke luar dengan issue lokal, nasional dan juga indternasional. Aksi-aksi demokratisasi politik dimulai dengan aksi-aksi demokratisasi politik Kampus. Kecenderungan semacam ini kurang berlaku di Indonesia. Issue-issue utama yang dirumuskan dan diangkat mahasiswa sejak 1908-1998 pada umumnya tidak bermula dari kehidupan Kampus, melainkan langsung dari luar kehidupan kampus.

Gerakan mahasisa 1998 mendapat dukungan politik dari staf Pengajar/Dosen, suatu fakta politik yang tidak pernah terjadi sejak Soeharto berkuasa  sebagai Presiden. Issue-issue utama politik nasional (tidak menyangkut kondisi politik dalam Kampus) terus dibeberkan secara intesif dan ekstensif. Hal ini dapat menghindarkan diri dari sasaran oposisi, kritis dan protes mahasiswa.

Semaraknya dukungan staaf pengajar/ dosen terhadap gerakan mahasiswa 1998 sesungguhnya tidak terlepas dari kecemasan atau ketakutan mereka akan menjadi sasaran oposisi, kritik dan protes mahasiswa terutama hal-hal yanng menyangkut issue KKN pemerintahan Orde Baru yng bagaimana pun juga Perguruan Tinggi telah turut memberi kontribusi melalui terutama proyrk studi/ perencanaan.

Sudah umum diketahui bahwa issue utama yang sangat dominan dirumuskan dan digelombangkan oleh gerakan politik mahasisa 1998 adalah berkembangnya KKN dalam Pemerinntahan Orde Baru. Semua persoalan krisis moneter, ekonomi dan politik yang merugikan rakyat kebanyaka dipercaya sebagai akibat dari berkembangnya KKN dalam pemerintahan. Yang menarik adalah tidak satupun aksi politik mahaisiswa 1998 yang mempersoalkan keterlibatan Perguruan Tinggi dalam berkembangnya KKN. Seakan-akan, KKN dalam Pemerintahan hanya karena dilakukan Rezim Orde Baru, tanpa terkait dengan Perguruan Tinggi dimana Staf pengajar/ Dosen sebagai kelommpok yang memiliki kemampuan sebagai pelakunya.

Di pihak lain, terdapat juga kritik dan kecaman mahasiswa terhadap Rezim Orde Baru sebagai lambang dari “kemapanan atau “status quo”. Mahasiswa sebenarntya tidak tertarik pada persoalan politik Perguruan Tinggi mereja sebagai juga lambang “kemapanan” dan status quo kekuasaan. Mahasiswa nampaknya sudah merasa puas bila telah terbebas dari berbagai hambatan dan diperbolehkan melakukan apa yang mereka kehendaki dalam pplitik yang luas.

Mahasiswa umumnya tertarik pada perubahan praktis yang cepat : menentang Pemerintahan yang KKN. Sedikit sekali, kalau tidak boleh dikatakan tidak ada sama sekali mahasiswa yang menolak dan melawan ketdakadilan Perguruan Tinggi, keterlibatan staf pengajar/dosen dalam Pemerintahan yang KKN, Kapitalisme internasional yang memberlakangkan mayooritas mutlak masyarakat (kelas bawah). Mahasiswa nampaknya tidak tertalik berpolitik di kampus yang menghubungkan Perguruan Tinggi itu dengan segala kejahatan dan korupsi di dalam masyarakat.

Mereka tidak pernah menekankan adanya persengkongkolan antara pimpinan/staf pengajar Universitas dengan orang-orang yang telah mapan, terdiri dari penguasa dari dunia bisnis, industri, penguasa militer, dan penguasa Universitas yang telah bersama-sama menciptakan pemerintahan Orde Baru yang otoriter/totaliter dan ber-KKN, menjadikan mayoritas mutlak masyarakat terpuruk daalam ketidakberdayaan sosial ekonomi dan sosial politik.

Sesungguhnya, tidaklag sulit bagi mahasiswa untuk mengaitkan Perguruan Tinggi dengan hal-hal seperti : penelitian-penelitian untuk kepentingan bisnis, industri, pemerintahan, dan lain lain yang memberikan kontribusi terhadap berkembangnya KKN dalam Pemerintahan Orde Baru yang otoriter/totaliter. Tidak ada satu periode gerakan mahasiswa yang sungguh-sungguuh merumuskan dan mengajukan issue utama sekitar kebiijakan pemerintah tentang masuknya investasi/modal asing dan utang luar negeri, yang harus diberhentikan karena telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi keterbelakangan mayoritas mutlak masyarakat Indonesia (kels bawah atau massa).

Dengan perkataan lain, belum ada issue utama mahasiswa yang sunggu-sungguh berkaitan dengan perlunya perubahan struktur sosial politik dan ekonomi untuk membebaskaan mayoritas mutlak masyarakat atau massa rakyat yang selama Orde Baru berkuasa dinilai telah disingkirkan, tertindas dan terbelakangkan. Perubahan yang menuntut mahasiswa masih seputar demokrasi dan penegakan HAM, terutama hak-hak sipil, yang lebih berorientasi pada kepentingan kelas menengah urban.



BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Hampir disetiap negara, termasuk Indonesia tidak peduli apa bentuk tatanan masyarakatnya, kehadiran gerakan Pemuda (Mahasiswa) atau aksi-aksi politik mahasiswa menentang kebijaan dan kekuasaan Pemerintah banyak mengundang perhatian masyarakat, termasuk kaum intelektual, cendikiawan dan juga politisi. Pada umumnya gerakan yang dilakukan pemuda Indonesia dinilai telah memberikan kontibusi terhadap pengambilalihan atau penyerahan kekuasaan nasional dari tangan pemimpin yang lama ke pemimpin yang baru.

Gerakan yang dilakukan mahasiswa sebagai bentuk ketidakpuasan atas kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah. Mahasiswa akan melakukan Aksi-aksi yang menuntut kebijakan yang lebih baik, menuntut keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga dalam aksi-aksi ini, adalah suatu kegiatan politik dimana mahasiswa ikut mengambil alih sistem politik Indonesia. Hal ini mereka lakukan jika memang sistem politik yang sebelum nya merugikan rakyat dan negara.

Gerakan mahasiswa yang tercatat sebagai Aksi yang berpengaruh besar terhadap sistem politik di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1908 dan terakhir pada tahun 1998. Peristiwa tersebut dibagi atas :
1.      Awal bergerak mahasiswa di Indonesia tahunn 1908
2.      Gerakan mahasiswa tahun 1928 menuntut TriTura
3.      Gerakan mahasiswa tahun 1945 dalam memperoleh kemerdekaan Indoesia
4.      Gerakan mahasiswa tahun 1966
5.      Gerakan mahasiswa tahun 1974
6.      Gerakan mahasiswa tahun periode NKK/BKK
7.      Gerakan mahasiswa tahun 1998 runtuhnya orde baru
Sekalipun pandangan yang beragam masih ditemukan tentang gerakan mahasiswa dalam politik Indonesia, namun dari pandangan yang beragam dapat dirangkumkan dan diklasifikasikan menjadi beberapa pandangan yang lebih dapat dijabarkan ke dalam suatu penentuan sebab/faktor yang mempengaruhi gerakan mahasiswa. Sebab/faktor dimaksud tentunya masih merupkan hipotesis yang perlu mendapatkan pengujian lebh mendalam dan diberbagai kasus kehadiran gerakan mahasiswa di negara-negara yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dengan Indonesia.




Ada 10 sebab/ faktor mengapa dalam politik Indonesia gerakan mahasiswa tiba-tiba timbul :

1.      Dinamika internasional
2.      Kondisi sosial ekonomi
3.      Kondisi sosial politik
4.      Peluang politik
5.      Ketidakpuasan/kekecewaan kelompok kepentingan
6.      Ketidakpuasan / kekecewaan kelas menengah urban
7.      Konflik elite Politik
8.      Orgnisasi mahasiswa
9.      Ideologi politik
10.  Otoritas keluarga dan krisis ketokohan.


Gerakan mahasiswa yang mempengaruhi dan menciptakan politik baru di Indonesia melalui aksi-aksinya merupakan suatu tindakan yang harus diberi perhatian, karena pada awalnya mahasiswa lah yang memperjuangkan hak-hak rakyat, mengingatkan  Pemerintah agar tidak lupa atas segala tugas nya. Mahasiswa senidir yang berasal dari  kaum intelektual pasti tidak akan diam jika pemerintah salah mengambil keputusan.


DAFTAR PUSTAKA

Amal Ichlasul. 1989 . “ Metodologi ilmu Politik”. Universitas Gajah Mada.

Bahri, Khatimi. 1999. “ Fase-fase Gerakann Mahasiswa”. Jakarta : Pustaka Hidayah.

Bhaksti Ikrar Nusa.  “Kecenderungan Gerakan Mahasiswa 1998”. Jakarta : Lembaga Pers Mahasiswa mapussy Indonesia.

LP3ES. 1991. “ Analisa Kekuatan Politik Di Indonesia”. Jakarta : LP3ES.

Muchtar E.Harahap. 1999. “Gerakan Mahasiswa Dalam Politik Indonesia” . Jakarta : Network for 
South East Asian Studies, NSEAS.

Muis,A. 1998. “Peran Demonstrasi Mahasiswa”. Bandung : PT.Remaka Kosdakarya.

Nusantara,A.Ariobimi. 1998. “ aksi Mahasiswa menuju gerbang Reformasi”. Jakarta : PT Grasindo.

Rillon, Francois. 1985. “Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia”. Jakarta : LP3ES.

Saidi Ridwan. 1989. “Mahasiswa dan Lingkaran Politik”. Jakarta : Lembaga Pers Mahasiswa mapussy Indonesia.

Wiranto Sarlito. 1978. “ Perbedaan Antara Pemimpin dan Aktivis Mahasiswa dalam Gerakan Protes Mahasiswa. Jakarta : bulan bintang.

Zamroni. 1998. “ Pahlawan Reformasi :Catatan Peristiwa 12 Mei 1998”. Jakarta : Pabelan Jayakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KAPITA SELEKTA SEJARAH INDONESIA : Korespondensi Cina Di Hindia Belanda 1865-1949

Korespondensi Cina Di Hindia Belanda, 1865-1949 SIEM TJONG HAN, M.D . Artikel ini merupakan upaya untuk menggambarkan beberapa aspek ...