MASUKNYA ISLAM DI ASIA TENGGARA
Islam adalah agama yang terbesar diamalkan di Asia Tenggara, berbilangan sekitar 240 juta umat yang menterjemahkan ke sekitar 40%
penduduk, dengan kebanyakannya di Brunei, Indonesia dan Malaysia. Minoriti yang terpenting adalah terletak di negara-negara Asia Tenggara
lain. Kebanyakan umat Islam di Asia Tenggara belong to the mazhab Sunah Waljamaah dan di dalamnya, sekolah Syafii pada fiqh, atau hukum agama. Ia adalah agama rasmi di Malaysia dan
Brunei sementara ia adalah salah satu enam agama rasmi di Indonesia
Dalam historiografi Asia Tenggara, diterima secara
luas bahwa sejarah Asia Tenggara pada umumnya dibagi menjadi dua periode yaitu,
Asia Tenggara yang ter-India-kan dan periode Asia Tenggara yang ter-Islam-kan
sebelum datangnya era Kolonial. Penyebaran Islam ke Kepulauan Asia Tenggara di
mulai sekitar akhir abad ke-13 dan awal abad ke-14. Kedatangan Islam menandai
awal menelusuri lanskap sosio-politik dan kultural indigenos di dunia melayu
sebelum penetrasi budaya hindu serta asal-usul dan proses akulturasi dari
pengaruh Hindu dan Islam di kawasan Asia Tenggara.
Masa prasejarah kepulauan Asia Tenggara tidak terlalu
jelas. Orang-orang dari kepulauan yang menggunakan rumpun bahasa Autronesia itu
mengawali migrasi ke arah selatan dari daratan Asia menuju kepulauan Asia
Tenggara antara 3000 SM hingga 1000 SM. Riset yang dilakukan oleh para
antropolog, arkeolog dan pakar linguistik, menyebutkan bahwa penduduk kepulauan
Malaya ini berpindah tempat dari cina selatan menuju pulau-pulau sekarang
dikenal sebagai Filipina sekitar tahun 2500 SM dan kemudian menyebar ke
Malaysia dan Indonesia. Penduduk awal Asia Tenggara menganut Animisme sebelum masuknya
Hinduisme yang datang dari anak benua india. Agama-agama asli orang austronesia
adalah Shamanisme atau Animisme yang mengakui bahwa manusia, binatang, pohon,
tumbuhan, batuan, arus sungai dan gunung, mengandung kekuatan spritual yang
sangat kuat.
Sejarah Islam dikepulauan Asia Tenggara merupakan
sebuah topik diskusi yang hidup dikalangan sejarawan sejak tahun 1860-an.
Islamisasi adalah sebuah proses akulturasi dimana kontak-kontak berbagai
kelompok budaya yang berbeda mengarah pada penerimaan pola-pola budaya baru
oleh satu atau kedua kelompok dengan mengambil seluruh atau sebagian dari
budaya kelompok yang lain. Perdebatan tersebut terfokus pada dua isu, yakni
asal-usul dan perkembangan Islam di kepulauan Asia Tenggara.Sejarawan pada
umumnya, menerima fakta bahwa pedagang-pedagang Muslim adalah penyebar pertama
budaya Islam ke kepulauan Asia Tenggara. Jadi, para sejarawan membidik tepat ke
arah pedagang Arab Muslim dan pedagang India muslim yang kemungkinan besar
merupakan sumber-sumber penyebar Islam ke kawasan Asia Tenggara. Karena itu,
dua aliran pemikiran utama yang dikembangkan, yaitu berasal-usul Arab dan
berasal-usul India.
A. ISLAMISASI DI ASIA TENGGRARA
Pada kurun
ke-11, suatu tempoh yang turbulent bermuncul dalam sejarah sejarah Kepulauan
Melayu, tentera laut Chola menyeberangi laut untuk menyerang kerajaan Sri Sangrama
Vijayatunggavarman Srivijaya di Kadaram (Kedah), ibu negara kerajaan kelautan
berkuasa itu telah dijarah dan raja ditawan. Seiring dengan Kadaram, Pannai di
Sumatera pada ketika itu dan Malaiyur dan semenanjung Malaya diserang juga. Tak
lama setelah itu, raja Kedah Phra Ong Mahawangsa menjadi penguasa pertama yang
meninggalkan agama Hindu tradisional, dan memeluk ugama Islam dengan penubuhan
Kesultanan Kedah yang didirikan pada tahun 1136. Samudera Pasai masuk Islam
pada tahun 1267, Raja Malaka Parameswara menikah dengan putri dari Pasai, anak
tersebut menjadi sultan pertama Malaka, segera Malaka menjadi pusat penggajian
Islam dan perdagangan maritim, yang diikuti penguasa lainnya. Pemimpin agama
dan bahasa Indonesia sarjana Islam Hamka (1908-1981) menulis pada 1961: ".
Perkembangan Islam di Indonesia dan Malaysia terkait erat dengan seorang Muslim
Cina, Laksamana Zheng He".
Ada beberapa
teori untuk proses Islamisasi di Asia Tenggara. Teori pertama adalah
perdagangan. Perluasan perdagangan antara Asia Barat, India dan Asia Tenggara
membantu penyebaran agama sebagai pedagang Muslim membawa agama Islam ke
wilayah tersebut. Teori kedua adalah peran misionaris atau sufi. Para
misionaris sufi memainkan peran penting dalam menyebarkan agama dengan
syncretising ide-ide Islam dengan keyakinan lokal yang ada dan gagasan-gagasan
keagamaan. Akhirnya, kelas penguasa memeluk Islam dan yang lebih membantu para
pengembangan agama di seluruh wilayah. Penguasa pelabuhan wilayah yang paling
penting, Melaka Kesultanan, memeluk Islam di abad 15, menggembar-gemborkan masa
konversi dipercepat Islam di seluruh wilayah sebagai agama yang diberikan
kekuatan pemersatu antara yang berkuasa dan kelas perdagangan.
Menurut Uka
Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada
enam, yaitu:
1.
Saluran perdagangan
Pada taraf permulaan,
proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas
perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab,
Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri
bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui
perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta
dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar
sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu
menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa
yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa
banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang
sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi drengan
pedagang-rpedrarrgarng Muslim.Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil
alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2.
Saluran perkawinan
Dari sudut ekonomi,
para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan
pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik
untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan
terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin
luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.
Dalam perkembangan
berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan;
tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini
jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan
atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu
kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara
Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan
puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan
Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang
bercampur dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan
mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang
mengawini puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang
diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran
mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah
dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah
Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad
ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran prendidikan
Islamisasi juga
dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan
oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon
ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari
pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat
tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden
rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini
banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.
5. Saluran kesenian
Saluran Islamisasi
melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan,
Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia
tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih
dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di
sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga
dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni
bangunan dan seni ukir.
6. Saluran politik
Di Maluku dan
Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam
terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia
Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi
kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak
menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Untuk
lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini,
ada 3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang
sebenarnya:
a. Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan
diri mereka di beberapa wilayah pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara
yang lain yang kemudian melakukan asimilasi dengan jalan menikah dengan
beberapa keluarga penguasa local yang telah menyumbangkan peran diplomatik, dan
pengalaman lnternasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir.
Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang
berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam
bersaing menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di
wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi
perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari
pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
b.
Menekankan peran kaum
misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para sufi bukan hanya
sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki
lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki
perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama
mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di
wilayah Asia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke
Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat.
c. Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari
pada bagi kalangan elite pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan
ldeologis bagi kebajikan lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas
pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat
yang lebih besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori tersebut bisa
jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah
dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi
penyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi
pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya
merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting.
B. TEORI
MASUKNYA ISLAM DI ASIA TENGGARA
Sejak abad
pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan
internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia
Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional
yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu
kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu
China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan
Dinasti Umayyah (660-749).
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia tenggara
tidak berada dalam satu waktu yang bersamaan tetapi berada dalam satu kesatuan
proses sejarah yang panjang. Kerajaan-kerajaan dan wilayah itupun berada dalam
situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda. Ketika sriwijaya
mengembangkan kekuasaannya sekitar abad VII dan VIII, jalur selat malaka sudah
ramai oleh para pedagang Muslim. Data ini diperkuat dengan berita Cina jaman
dinasti T’ang yang dapat memberikan gambaran bahwa ketika itu telah ada
masyarakat Muslim di kanfu (kanton) dan daerah Sumatera. Diperkirakan
terjalinnya perdagangan yang bersifat Internasional ketika itu juga sebagai
akibat kegiatan kerajaan Cina jaman dinasti T’ang di Asia timur dengan kerajaan
Islam dibawah Bani Umayyah di bagian Barat, dan tentunya kerajaan Sriwijaya
sendiri di wilayah Asia Tenggara.
Keberadaan pedagang-pedagang di Asia Tenggara ketika
itu mungkin belum memberikan pengaruh pada kerajaan-kerajaan yang ada. Setelah
pecahnya pemberontakan petani Cina Selatan terhadap kaisar Hi-Tsung (878-889 M)
yang menyebabkan banyak orang Islam di bunuh maka mulailah mereka mencari
perlindungan ke Kedah. Hal ini berarti orang Islam telah mulai melakukan
politik yang tentunya banyak membawa akibat pada kerajaan di Asia Tenggara dan
Cina. Syed Naguib al-attas mengatakan bahwa sejak abad VII orang Islam telah
mendirikan perkampungan di kanton dengan derajat keagamaan yang tinggi dan
menyelenggarakan pemerintahan perkampungan sendiri di Kedah dan Palembang.
Ada
beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari
Arab, cina dan india
1.
Teori kedatangan
Islam ke Asia Tenggara dari Arab.
Dikemukakan oleh John Crawford.
Menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang. Buktinya catatan China mengatakan orang Arab
dan Persia telah mempunyai pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M.
Pedagang Arab yang ke China singgah di pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di
Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian
Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap
serta membina perkampungan Arab. Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk
berdagang. Ada juga pedagang Arab yang Menikah dengan wanita tempatan dan
menyebarkan Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut
sebagai sarana transportasi maka pada Masa menunggu angin muson/musim digunakan
oleh pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
1. Kampung Arab di
Sumatera Utara yaitu di Ta Shih.
2. Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara
dan Arab.
3. Budaya dan musik pengaruh dari arab seperti dabus dan
tarian Zapin.
4. Karya-karya yang
menceritakan pengislaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab
contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diislamkan oleh
ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
2.
Teori kedatangan
Islam ke Asia Tenggara dari Cina.
Dikemukakan oleh E.G
Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah menjadi pusat Perdagangan
bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina memeluk Islam.Pedagang China Islam
ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping menyebarkan Islam.
Sedangkan menurut
Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah beramai-ramai ke Asia Tenggara.
Adapun Bukti kedatangan Islam dari China ini yaitu :
-
Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang
mempunyai ayat al-Quran di Pekan, Pahang.
Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni
Bangunan masjid di Kelantan, Melaka dan Jawa
yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China.
3.
Teori kedatangan
Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat.
Dikemukakan oleh
S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan pantai Koromandel
di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India telah terwujud
sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India untuk menyebarkan Islam.
Adapun beberapa bukti
dari teori ini yaitu :
1.
Terdapat batu marmar
pada batu nisan mempunyai cirri buatan India,
contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai.
2.
Unsur budaya India
amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.
1. MASUKNYA
ISLAM DI INDONESIA
a. Teori Gujarat
Teori ini merupakan
teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di Nusantara. Dinamakan
Teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang mengatakan bahwa Islam
masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan pelakunya
adalah pedagang India Muslim.
Bukti-bukti dari
teori ini yaitu :
1. Bukti batu nisan Sultan pertama Kerajaan Samudera
Pasai, yakni Malik al-Shaleh yang wafat pada 1297. relif nisan tersebut
bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di
Gujarat.
2. Adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan
melalui jalan dagang antara Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa.
b. Teori Makkah
Teori ini dicetuskan
oleh Hamka, Ia lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada
peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia, kemudian diikuti
oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah
semata, dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran
Islam.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam
baru masuk pada abad 13, karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah
berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh
sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi atau pada abad pertama Hijriyah.
Pada 674 M telah
terdapat perkampungan perdagangan Arab Islam di Pantai Barat Sumatera,
bersumber dari berita Cina. kemudian berita Cina ini ditulis kembali oleh T.W.
Arnold (1896), J.C. van Leur (1955) dan Hamka (1958). Timbulnya perkampungan
perdagangan Arab Islam ini karena ditunjang oleh kekuatan laut Arab.
Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam
dunia perniagaan seperti di atas, kemudian dikuatkan dengan kenyataan sejarah
adanya perkampungan Arab Islam di pantai barat Sumatera di abad ke-7, maka
terbukalah kemungkinan peranan bangsa Arab dalam memasukkan Islam ke Nusantara.
c.
Teori Persia
Pencetus teori ini
adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa agama Islam
yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan
waktunya sekitar abad ke-13. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya
kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang
dirasakan memiliki persamaan dengan Persia (Morgan, 1963:139-140). Di antaranya
adalah:
1. Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari
peringayan Syi'ah atas syahidnya Husein.
2. Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan
ajaran Sufi Iran al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H /
922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga
memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya.
Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat.
Teori ini berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari
Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya sekitar abad ke-13. Teori
ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan
masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia
(Morgan, 1963:139-140).
Di antaranya adalah:
1.
Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari
peringayan Syi'ah atas syahidnya Husein.
2.
Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan
ajaran Sufi Iran al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H /
922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga
memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya.
Dari uraian tentang tiga teori masuknya Islam ke
Indonesia di atas, dapat dilihat beberapa perbedaan dan kesamaannya:
1. Teori
Gujarat dan Persia mempunyai persamaan pandangan mengenai masuknya agama Islam
ke Nusantara berasal dari Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori
Gujarat yang melihat ajaran Islam di Indonesia mempunyai kesamaan ajaran dengan
mistik di India. Sedangkan teori Persia memandang adanya kesamaan dengan ajaran
Sufi di Persia. Gujarat dipandangnya sebagai daerah yang dipengaruhi oleh
Persia, dan menjadi tempat singgah ajaran Syi'ah ke Indonesia.
2. Dalam hal
Gujarat sebagai tempat singgah, teori Persia mempunyai persamaan dengan teori
Makkah, tetapi yang membedakannya adalah teori Makkah memandang Gujarat sebagai
tempat singgah perjalanan perjalanan laut antara Indonesia dengan Timur Tengah,
sedangkan ajaran Islam diambilnya dari Makkah atau dari Mesir.
3. Teori
Gujarat dan Persia keduanya tidak memandang peranan bangsa Arab dalam
perdagangan. Dalam hal ini keduanya lebih memandang pada peranan orang
India Muslim. keduanya meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-13.
Sebaliknya teori Makkah lebih meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-7,
karena abad ke-13 dianggap sebagai saat-saat perkembangan Islam di Nusantara.
4. Dalam
melihat sumber negara yang mempengaruhi Islam di Nusantara, teori Makkah lebih
berpendirian pada Makkah dan Mesir dengan mendasarkan tinjauannya pada besarnya
pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia. Sedangkan teori Persia, meskipun
mengakui pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia tetapi, bagi teori ini, hal itu
merupakan pengaruh madzhab Syafi'i yang berkembang di Malabar, oleh karena itu
teori ini lebih menunjuk India sebagai negara asal Islam Indonesia.
Walaupun dari analisa perbandingan di atas ketiga
teori tersebut lebih menampakkan tajamnya perbedaan dari pada persamaan, namun
ada titik temu yang bisa disimpulkan yakni, bahwa :
Pertama, Islam masuk dan berkembang melalui jalan
damai (infiltrasi kultural),
Kedua, Islam tidak mengenal adanya misi sebagaimana yang dijalankan oleh
kalangan Kristen dan Katolik.
Para Ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia
adalah Hamzah Fansuri,Syamsuddin Al-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniri, Abdurauf
Singkel, Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari, Syeikh Abdussamad al-Palimbani,
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari, Syeikh
Muhammad bin Umar al-Nawawi al-Bantani, Khatib Minangkabau.
2. ISLAM DI MALAYSIA
Islam merupakan agama resmi negara federasi
Malaysia.Hampir 50% dari 13 juta penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar
diantaranya adalah orang melayu yang tinggal di Semenanjung Malaysia.Adapun
sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang minoritas yakni diantaranya
Cina yang terdiri sekitar 38% dari penduduk Malaysia dan yang lainnya India dan
Arab. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada
permusuhan sehingga masyarakat di sana tentram dan damai. Perkembangan Islam di
Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai
saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat ibadahnya, kuat
memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamanya yang damai serta mencerminkan
keIslaman agamanya baik di perkampungan maupun dalam pemerintahan. Mengenai
hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negara-negara
Islam yang lain, seperti:
a.
Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti
Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong.
b.
Banyaknya bangunan-bangunan sekolah
Islam.
c.
Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia
(hukum Islam di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara).
Selain itu juga keputusan yang diambil oleh Perdana
Mentri Mahatir Muhammad pada tahun 1982untuk menjalankan kebijakan penanaman
nilai-nilai islami dalam pemerintahan juga membuat peran islam semakin penting
terutama ketika kebijakan tersebut dilaksanakan secara nyata.
3.
ISLAM DI THAILAND
Islam di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %,
selain itu masyarakat Muangthai menganut agama Budha dan Hindu.Orang Melayu
Muslim merupakan golongan minoritas terbesar ke-dua di Muangthai, sesudah
golongan Cina.Mereka tergolong Muslim Sunni dari madzab Syafi’I yang merupakan madzab
paling besar dikalangan umat Islam di Muangthai.Ikatan-ikatan budayanya telah
membantu memupuk suatu perasaan keterasingan dikalangan mereka terhadap
lembaga-lembaga sosial, budaya, dan politik Muangthai.Sejak bangsa Muangthai
untuk pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah yang takluk kepada
kekuasaannya.Pada akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim terus-menerus memberontak
terhadap kekuasaan Muangthai
Keinginan mereka adalah untuk menjadi bagian dari
Dunia budaya Melayu Muslim dengan pemerintahan otonom.Akhirnya keinginan yang
tak pernah mengendor itu pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomi dan
budaya mereka telah membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok kecil
yang mempunyai identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri
Muangthai.Masyarakat Muslim di Muangthai sebagian besar berlatarbelakang
pedesaan. Dan Perkembangan Islam di Muangthai telah banyak membawa
peradaban-peradaban, misalnya :
a.
Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang
sangat megah dan indah.
b.
Golongan Tradisional dan golongan ortodoks telah
menerbitkan majalah Islam “Rabittah”.
c.
Golongam modernis berhasil menerbitkan jurnal “Al
Jihad”.
4.
ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM
Brunei Darussalam
memperoleh kemerdekaan penuhnya pada tanggal 1 januari 1984. Penduduk negara
ini terdiri dari 65% suku melayu, 25% keturunan cina dan sisanya kelompok
pribumi kalimantan. Beberapa sumber menyatakan bahwa agama islam masuk ke
negara ini pada abad ke-15, dan sejak itu negara ini berubah menjadi kesultanan
Islam. Agama resminya juga Islam dan tradisi keislaman juga dijaga sangat baik
sampai sekarang.Dari segi politik situasi di negara ini terbilang tenang dan
stabil karena ukuran negara ini kecil. Dan sebagai agama resmi negara islam
mendapatkan perlindungan dari negara. Dominasi keluarga kerajaan di bidang
pemerintahan dan tidak adanya demokrasi politik memungkinkan pemerintah
memberlakukan kebijakan di bidang agama dan bidang lainnya tanpa banyak
kesulitan.
5.
ISLAM DI FILIPINA
Islam tersebar di
wilayah ini pada abad ke-6 H/12 M. Saat itu penjajah Portugis telah sampai di
wilayah ini. Kemudian disusul oleh Belanda dan Inggris yang datang pada tahun
1211H/1796 M. Terjadilah perlawanan dan revolusi di negeri ini sejak tahun 1305
H. Negeri ini berada dibawah perlindungan Inggris sejak tahun 1367 H/ 1947 M,
dan mengumumkan diri sebagai negara republic yang merdeka pada tahun 1385 H/
1965 M. Adapun di Filiphina, Islam tersebar hampir mencapai seluruh
kepulauannya, pula telah berdiri pemerintahan Islam. Akan tetapi, munculah arus
pemiliran keagamaan yang dibawa oleh penjajah Spanyol yang amat dibenci.Pada
tahun 928 H/ 1521 M, secara mendadak Spanyol menyerbu kepulauankepulauan
Filipina. Mereka datang denagn membawa seluruh dendam orang-orang salib
terhadap kaum muslimin,.
Maka, situasi di
Filipina saat itu hamper sama denagn situasi yang dialami oleh Islam Andalusia.
Penjajah Spanyol berada di Filiphina ini hingga tahun 1316 H/ 1898 M. Selama
masa yang hampir mencapai 4 abad, telah terjadi upaya penjauhan ajaran Islam
dari generasi kaum muslim secara berturut-turut lewat jalan peperangan yang
menghancurkan kaum muslimin dan memaksa mereka untuk memeluk agama Nasrani
denagn ancaman kekerasan. Sekalipun demikian, mereka tidak juga mampu
mengalahkan pemerintahan-pemerintahn Muslim, sehingga disana masih tersisa
beberapa pemerintahan.
Spanyol belum berhasil
sepenuhnya menguasai Filipina khususnya kepulauan Mindanao dan Sulu. Amerika
Serikat kemudian menguasai kepulauan Filipina pada tahun 1317 H/1899 M. Maka
timbulah perlawanan menentanganya dan berlangsung hingga tahun 1339 H/ 1920 M.
Setelah itu kaum Muslimin menyerah, karena mereka tealh ditimpa penyakit
“wahn”(penyakit cinta dunia dan takut mati). Kemudian tersebarlah berbagai
penyakit, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan diantara mereka.Pada saat
itulah orang-orang salib menawarkan berbagai bantuan, hingga akhirnya Islam
surut kembali di negeri itu. Amerika lalu mengumumkan kemerdekaan bagi Filipina
pada tahun 1366 H/ 1946 M. Sekarang ini Islam hanya tinggal ada di 13 wilayah
di selatan filipina, yang sampai saat ini masih tetap menuntut pemerintahan
otonomi dengan segala upayanya.
C.
KERAJAAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
Penyebaran Islam di
wilayah Asia Tenggara ditandai dengan berdirinya kesultanan Islam di kawasan
tersebut. Sejarah perkembangan kesultanan Islam di Asia Tenggara tidak lepas
dari kepentingan perdagangan dan syiar agama yang dibawa oleh para saudagar dan
ulama muslim dari Asia Barat. Adapun Malaka dikenal sebagai pintu gerbang
Nusantara.Julukan ini diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas
antara Asia Timur san Asia Barat bagi para pedagang yang hendak keluar masuk
pelabuhan-pelabuhan di Asia Tenggara.Berikut ini adalah profil beberapa
kesultanan Islam yang pernah berkuasa di Asia Tenggara.
Samudera Pasai
merupakan kesultanan Islam pertama di Indonesia.Letak
kesultanan ini di Aceh Utara.Sultan pertama Samudera Pasai adalah Malikush
Shaleh.Letak Samudera Pasai sangat strategis sebagai pusat pelayaran dan perdagangan
di Nusantara. Banyak pedagang muslim dari Arab, Cina dan India datang untuk
berdagang dan menyebarkan Islam. Kesultanan ini memperoleh sumber pendapatan
yang besar dari pajak perdagangan dan pelayaran.Samudera Pasai ditaklukkan
Portugis pada 1521. Sejarah Kesultanan Samudera Pasai dapat diketahui antara
lain dengan ditemukannya uang dirham emas dengan tulisan nama sultan yang
memerintah Samudera Pasai.
Kesultanan ini terletak
di Semenanjung Malaka.Islam di Malaka berasal dari Kesultanan Samudera
Pasai.Pendiri Kesultanan Malaka adalah Paramesywara, seorang pangeran dari
Sriwijaya.Paramesywara menikah dengan putri sultan Samudera Pasai dan kemudian
masuk Islam.Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Muzaffar Syah (1445-1459). Kesultanan ini runtuh ketika Portugis
menyerang dan mengalahkan Malaka pada 1511.Peninggalan sejarah Kesultanan
Malaka barupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15 dan
benteng A'Farmosa yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan
Portugis.
Kehadiran Islam di
Pattani dimulai dengan kedatangan Syekh Said, mubalig dari Pasai, yang berhasil
menyembuhkan raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah.Phaya
Tu Nakpa (1486-1530) beragama Budha kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan
Ismail Syah.Kesultanan Pattani mengalami kemajuan pesat setelah menjalin
hubungan dagang dengan Kesultanan Malaka.Kesultanan Pattani kemudian menjadi
pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari Cina dan
India.Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok.
Peninggalan sejarah Pattani berupa nisan kubur yang disebut Batu Aceh yang
melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudera Pasai.
Kesultanan Brunei
Darussalam merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah
utara.Islam pertama kali masuk ke Brunei pada 977, dibawa saudagar Cina.
Setelah raja Awang Alak Betatar (1406-1408) masuk Islam, ia mengubah kerajaan
itu menjadi kesultanan. Kata "Darussalam" ditambahkan pada kata
"Brunei" pada abad ke-15 untuk menekankan Islam sebaga agama
negara.Kesultanan Brunei Darussalam berkembang menjadi pusat penyebaran Islam
dan perdagangan wilayah Melayu ketika Kesultanan Malaka jatuh ke tangan
Portugis.Kesultanan Brunei Darussalam pernah dikuasai Inggris pada 1888, di
masa kepemimpinan Sultan Hasyim Jalilu Ageramaddin, sultan ke-15, namun dapat
meraih kemerdekaannya dari Inggris 1983.
Kesultanan Sulu
merupakan kesultanan Islam yang terletak di Filipina bagian selatan.Islam masuk
dan berkembang di Sulu melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan
Malaka dan Filipina.Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim al-Makdum, orang
Arab yang ahli ilmu pengobatan. Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah
dengan putri dari pangeran Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu dengan
mengangkat dirinya sebagai Sultan.
6.
Kesultanan Ternate (abad ke-15).
Kesultanan Islam
terbesar di Maluku adalah Kesultanan Ternate.Penyebaran Islam di daerah ini
dilakukan oleh para ulama dan pedagang dari Pulau Jawa.Islam menjadi agam
kerajaan setelah Sultan Zainal Abidin memerintah.Kesultanan Ternate menjadi
salah satu pusat penyebaran Islam di kawasan timur Nusantara.Kesultanan Ternate
mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Babullah.Kesultanan Ternate
bersaing dengan Kesultanan Tidore terutama dalam perdagangan.Kesultanan Ternate
berakhir setelah ditaklukkan oleh VOC (Verenidge Osst-Indische Compagnie) pada
1660. Peninggalan Kesultanan Ternate antara lain Benteng Portugis dan bekas
istana di Ternate (Maluku Utara).
Kesultanan Aceh atau
Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumatera bagian
utara.Kesultanan ini didirikan pada 1541 oleh Sultan Ali Mughayat
Syah.Kesultanan Aceh mengantikan peran Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan
Malaka yang jatuh ke tangan Portugis, terutama dalam perdagangan dan
pelayaran.Kesultanan ini mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan
Sultan Iskandar Muda.Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan
pemerintah Hindia Belanda pada 1912. Peninggalan sejarah Kesultanan Aceh antara
lain Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dan Cakra Donya, yaitu lonceng
hadiah dari kaisar Cina.
8.
Kesultanan Demak (abad ke-16).
Kesultanan Demak adalah
kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa.Raja Demak pertama adalah Raden Fatah,
bupati Majapahit di Bintoro dan mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan
Sultan Trengono.Kesultanan Demak berhasil melebarkan kekuasaannya sampai ke
daerah luar Jawa, seperti Kesultanan Banjar, Kerajaan Kotawaringin, dan
Kesultanan Kutai di Kalimantan.Kesultanan ini mengalami kemunduran di masa
Sunan Prawoto karena beberapa daerah taklukkan Demak memberontak.Peninggalan
Kesultanan Demak yang paling terkenal adalah Masjid Agung Demak. Ciri khas
masjid ini adalah bangunannya ditopang empat tiang atau saka guru yang dibangun
empat orang sunan dari sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan
Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.
9.
Kesultanan Cirebon (abad ke-16).
Kesultanan Cirebon
merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.Kesultanan Cirebon didirikan
pada 1450 oleh Pangeran Walangsungsang.Tokoh yang paling berperan menjadikan
Cirebon sebagai Kesultanan Islam adalah Syarif Hidayatullah. Sepeninggal
Panembahan Girilaya (1650-1662), Kesultanan Cirebon dibagi menjadi dua oleh
kedua anaknya, menjadi Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman. Meskipun
tidak mempunyai kekuasaan administratif, Kesultanan Cirebon tetap bartahan
sampai saat ini.
10.
Kesultanan Banjar (abad ke-16).
Kesultanan Banjar
merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan bagian
selatan.Kesultanan ini pada walnya bernama Daha, sebuah kerajaan Hindu yang
berubah menjadi kesultanan Islam.Kesultanan Banjar berdiri pada 1595 dengan
penguasa pertama Sultan Suriansyah.Islam masuk ke wilayah ini tahun 1470,
bersamaan dengan melemahnya kerajaan Maajapahit di Pulau Jawa.Penyebaran Islam
secara luas dilakukan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama yang
menjadi Mufti Besar Kalimantan.Kesultanan Banjar mengalami kemunduran dengan
terjadinya pergolakan masyarakat yang menentang pengangkatan Pangeran
Tamjidillah (1857-1859) sebagai sultan oleh Belanda.Pada 1859-1905, terjadi
perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari (1809-1862) melawan
Belanda.Akibat dari perang ini, Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar pada
1860.Peninggalan sejarah Kesultanan Banjar dapat dilihat dari bangunan masjid
di Desa Kuin, Banjar Barat (Banjarmasin) yang dibangun pada masa pemerintahan
Sultan Tamjidillah.
11.
Kesultanan Banten (abad ke-16).
Kesultanan ini adalah
kesultanan terbesar di Jawa Barat.Kesultanan Banten didirikan Sunan Gunung Jati
pada 1524.Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, Islam telah
mengalami perkembangan pesat.Hal ini ditandai dengan berdirinya bangunan masjid
dan pesantren.Kesultanan Banten mencapai masa keemasannya di masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683). Kesultanan ini mengalami kemunduran setelah
terjadi perang melawan Belanda.Peninggalan Kesultanan Banten berupa Masjid
Agung Banten, Menara Banten, Benteng Speelwijk, dan bekas Keraton Surosowan.
12.
Kesultanan Buton (abad ke-16).
Kesultanan Buton
merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi bagian
tenggara.Kerajaan Buton menjadi kesultanan setelah Halu Oleo, raja ke-6,
memeluk agama Islam. Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh syekh Abdul
Wahid bin Syarif Sulaiman al-Patani, seorang ulama dari Kesultanan Johor.
Peninggalan sejarah Kesultanan Buton berupa Benteng Kraton dan Batupoaro, yaitu
batu tempat berkhalwat (mengasingkan diri) Syekh Abdul Wahid di akhir
keberadaannya di Buton.
13.
Kesultanan Goa (abad ke-16).
Kesultanan Goa terletak
di sebelah selatan Pulau Sulawesi.Kerajaan Goa berubah menjadi kesultanan pada
akhir abad ke-16, di masa pemerintahan Sultan Alauddin (1593-1639).
Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669) meawan Belanda.Kesultanan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah dipaksa menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya.Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam Sultan Goa dan bekas rumah Sultan Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).
Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669) meawan Belanda.Kesultanan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah dipaksa menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya.Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam Sultan Goa dan bekas rumah Sultan Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).
14.
Kesultanan Johor (abad ke-16).
Kesultanan Johor
berdiri setelah Kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis.Sultan Alauddin
Riayat Syah membangun Kesultanan Johor pada sekitar tahun 1530-1536.Masa
kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil
Riayat Syah II.Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan sebuah
aliansi bersama Kesultanan Riau sehingga disebut Kesultanan
Johor-Riau.Kesultanan Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayah
tersebut dikuasai oleh Belanda.
15.
Kesultanan Kutai (abad
ke-16).\
Kesultanan Kutai
terletak di sekitar Sungai Mahakam, Kalimanta bagian timur.Pada awalnya, Kutai
merupakan kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu dan Buddha.Islam berkembang
pada masa kepemimpinan Aji Raja Mahkota (1525-1600).
Penyebaran Islam dilakukan oleh seorang mubalig bernama Said Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar al-Warsak. Kesultanan ini mencapai kejayaannya pada masa Aji Sultan Muhammad Salehuddin (1780-1850) memerintah.Kesultanan Kutai mengalami kemunduran setelah Aji Sultan Muhammad Salehuddin meninggal dunia.Peninggalan sejarah Kesultanan Kutai berupa makam para sultan di Kutai Lama (dekat Anggana).
Penyebaran Islam dilakukan oleh seorang mubalig bernama Said Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar al-Warsak. Kesultanan ini mencapai kejayaannya pada masa Aji Sultan Muhammad Salehuddin (1780-1850) memerintah.Kesultanan Kutai mengalami kemunduran setelah Aji Sultan Muhammad Salehuddin meninggal dunia.Peninggalan sejarah Kesultanan Kutai berupa makam para sultan di Kutai Lama (dekat Anggana).
16.
Kesultanan Pajang (abad ke-16).
Kesultanan Pajang
merupakan kerjaan Islam pertama di pedalaman Jawa.Kesultanan ini didirikan oleh
Joko Tingkir pada 1546, setelah Trenggono, Sultan Demak, wafat.Joko Tingkir
atau Sultan Adiwijaya membawa pengaruh Islam dari wilayah pesisir ke wilayah
pedalaman Jawa.Kesultanan Pajang hanya bertahan selama 45 tahun karena
dihancurkan oleh Kesultanan Mataram pada 1618.Peninggalan Kesultanan Pajang
berupa makam Pangeran Benowo.
17.
Kesultanan Mataram (abad ke-16).
Kesultanan Mataram
beridiri sejak 1582.Kesultanan ini berawal dari wilayah Kesultanan Pajang yang
dihadiahkan oleh Sultan Adiwijaya kepada Kiai Ageng Pamanahan.Sultan pertama
Mataram adalah Panembahan Senopati (1582-1601). Puncak kekuasaan Kesultanan
Mataram tercapai pada masa kepemimpinan Sultan Agung (1613-1645).Kesultanan
Mataram melemah setelah terjadi perpecahan wilayah akibat Perjanjian Giyanti
serta campur tangan pihak Belanda.Kesultanan Mataram selanjutnya terbagi
menjadi empat wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta, Pakualaman, Kasunanan
Surakarta, dan Mangkunegara. Peninggalan Kesultanan Mataram antara lain berupa
pintu gerbang Masjid Kotagede di Yogyakarta.
18.
Kesultanan Palembang (abad ke-16).
Pada awalnya,
Kesultanan Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Demak.Sultan
pertama sekaligus pendiri Kesultanan ini adalah Ki Gendeng Suro
(1539-1572).Pengetahuan dan keilmuan Islam berkembang pesat dengan hadirnya
ulama Arab yang menetap di Palembang.Kesultanan Palembang menjadi bandar transit
dan ekspor lada karena letaknya yang strategis.Belanda kemudian menghapuskan
Kesultanan Palembang setelah berhasil mengalahkan Sultan Mahmud
Badaruddin.Salatu satu peninggalan Palembang adalah Masjid Agung Palembang yang
didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur Rahman.
19.
Kesultanan Bima (abad
ke-17).
Kesultanan Bima adalah
kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumbawa bagian timur. Kerajaan Bima
berubah menjadi kesultanan Islam pada 1620 setelah rajanya, La Ka'i, memeluk
agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Abdul Kahir. Pada masa
pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682), Kesultanan Bima menjadi
pusat penyebaran Islam kedua di timur Nusantara setelah Makassar.Kesultanan
Bima berakhir pada 1951, ketika Muhammad Salahuddin, sultan terakhir, wafat.
Peninggalan Kesultanan Bima antara lain berupa kompleks istana yang dilengkapi
dengan pintu lare-lare atau pintu gerbang kesultanan.
20.
Kesultanan Siak Sri Indrapura (abad ke-18).
Siak Sri Indrapura
adalah sebuah kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah, dan penyebarab Islam di Sumatera Timur.Pusatnya adalah Desa
Buantan, kemudian pindah ke Siak Sir Indrapura (sekitar 90 km ke timur laut
Pekanbaru).Wilayah kekuasaan Siak Sri Indrapura meliputi Siak Asli, Bukit Batu,
Merbau, Tebing Tinggi, Bangko, Tanah Putih dan Pulau Bengkalis (Kabupaten
Bengkalis); Tapung Kiri dan Tapung Kanan (Kampar); Pekanbaru; dan sekitarnya.
Istana bekas tempat tinggal dan pusat Kesultanan Siak Sri Indrapura sampai
sekarang masih berdiri dengan megah di pinggir Sungai Siak dan merupakan salah
satu objek pariwisata di daerah Riau.
DAFTAR PUSTASKA
Abdullah, Taufik;
Sharron Siddique, 1978, Islam and Society in Southeast asia
(Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara),
Jakarta,LP3ES.
Alwi,
Al-Habib, 2001, Sejarah Masuknya Islam di Timur
Jauh, Jakarta: Lentera Basritama.
Aphornsuvan,
Thanet, 2003. History and Politics of The
Muslim in Thailand, Thammasat University
Azra,
Azyumardi, 2005, Jaringan Ulama Timur Tengah dan
Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta: Kencana.
Farouq,
Omar Bajunid, The Muslim In Thailand: A
Review, at Shouteast Asian Studies, (Volume 37. No. 2 September 1999)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar